Perdebatan yang Salah Paham

Wanita berumur dengan pakaian seksi itu tengah menggandeng seorang pria muda seusianya, menatapnya dengan sama terkejutnya. Bahkan terkesan panik karena tertangkap basah.

Wanita dengan wajah yang sama persis dengan ibu tirinya, namun dengan pakaian yang sangat berbeda itu langsung pergi bahkan tanpa menghiraukan pria muda yang bersamanya.

Pria itu terlihat kebingungan, kemudian menyusul wanita yang Adiba yakini adalah ibu tirinya.

" Wanita menjijikan." Gumam Adiba menghela napas. Ia berusaha mengalihkan pikirannya, kembali melihat-lihat cincin untuk teman barunya.

Sementara itu Farah pergi ketoilet yang berada tak jauh dari sana. Baru wanita itu masuk dan menatap bayangannya didalam cermin, Haki masuk dan langsung mencengkram tangannya.

" Apa maksud kamu?." Pria itu menahan geram.

" Kamu ngomong apa sih Mas." Farah melepaskan cengkraman Haki dengan kesal.

" Kenapa kamu sengaja berteman dengan Adiba?."

Farah berdecak sinis, kembali menatap cermin dan menyalakan kran, mencuci tangannya.

" Emang ada yang salah dengan itu?." Tanyanya santai, tak memperdulikan Haki yang masih terlihat geram.

" Kamu masih tanya?."

Farah tersenyum manis pada calon suaminya itu, lantas memeluk Haki dengan erat.

" Sebentar lagi dia akan jadi kakak madu aku, jadi aku harus bisa akrab sama dia dong." Bisiknya dengan suara sensual, mengecup tengkuk Haki dengan mesra.

Hal itu jelas membuat pikiran Haki terbelah, pria itu menjadi tak fokus dengan apa yang tengah mereka bicarakan. Kemarahan yang tadinya memuncak menguap begitu saja, berganti dengan keinginannya sebagai seorang pria.

Farah tersenyum simpul dan melepaskan pelukannya begitu saja, dan tentunya membuat Haki kecewa.

" Udah kamu tenang aja, aku gak akan melukai Mba Adiba kok. Aku cuman mau berteman dengannya."

" Kamu yakin?."

" Iya." Farah mengangguk meyakinkan, lantas melangkah keluar begitu saja.

Namun Haki yang tak sabar ikut keluar dan menarik Farah dalam dekapan. Belum sempat ia meluncurkan niatnya, seorang pria keluar dari toilet sebelah.

" Tuan Sakha." Haki membungkuk hormat pada pria yang menjadi atasannya dikantor. Namun pria yang dikenal tegas dan dingin itu hanya menatapnya sinis dan pergi begitu saja.

" Dia siapa sayang?." Tanya Farah.

" Dia Tuan Sakha."

" Tuan Sakha...?" Gumamnya berusaha mengingat nama yang familiar.

" Dia Direktur Utama diperusahaan tempat kita bekerja." Jelas Haki.

" Benarkah?." Mata Farah membulat sempurna melihat pria tampan yang baru saja dilihatnya.

" Lalu kenapa aku tidak pernah melihatnya?." Tanya Farah yang menjadi sekretaris pribadi Haki dikantor.

" Tentu saja, karena dia memang jarang terlihat dilantai kita bekerja. Tapi dia berada dikantor setiap hari." Jelas Haki.

" Kenapa aku baru tau jika Direktur Utama kita sangat tampan..."

" Farah..." Haki menggeram kesal.

" Iya-iya, hanya kamu yang paling aku cinta." Ucap Farah memeluk lengan Haki manja. Meski dalam hati dia berniat menggoda atasan mereka dan yang baru saja dilihatnya.

" Ya udah, aku pergi dulu, nanti istri kamu nungguin lagi." Ucap Farah kemudian. Haki mengangguk, membiarkan Farah kembali ketempat istrinya berada.

" Gak papa, ini aku sudah pilihkan yang menurutku cocok." Adiba menunjukkan pilihannya pada Farah.

Wanita itu tersenyum, namun dalam hati mengejek selera Adiba yang menurutnya sangat jelek. Meski begitu dia tetap membeli cincin yang Adiba pilih, meski sebenarnya cincin pernikahannya dengan Haki sudah disiapkan jauh-jauh hari.

Keduanya menuju foodcurt untuk memesan makanan ringan, lantas membeli beberapa perlengkapan perempuan bersama. Hingga Farah kemudian pamitan lebih dulu. Haki yang sedari tadi melihat interaksi merekapun pergi, setelah merasa semuanya akan terkendali.

Adiba baru berniat menaiki motornya saat melihat seorang pria paruh baya ketakutan didepan seorang pria muda yang berdiri dengan angkuh.

Ia yang tak bisa menerimanya menghampiri mereka.

" Ada apa ini?."

Kedua pria beda usia itu tak menjawab, yang satu sibuk memohon, yang satu hanya diam dengan tatapan mengintimidasi.

" Jangan mentang-mentang udah sukses terus menghina orang lain seenaknya begini dong." Protesnya pada pria yang entah siapa itu. Pria berjas hitam itu bahkan tak melihat kearahnya sedikitpun.

" Ayo Pak, bangun!."

Adiba membantu pria paruh baya dengan pakaian lusuh itu berdiri. Ia menatap pria yang tak lain adalah Sakha dengan geram.

" Minta maaf sekarang?." Ucapnya kesal.

" Gak usah Neng, bapak yang salah." Sibapak paruh baya itu menatap Adiba dengan mengiba, membuat wanita hamil itu semakin kasihan sekaligus geram pada Sakha yang masih diam.

" Kita ini emang orang miskin Pak, tapi bukan berarti kita bisa diinjak-injak seenaknya. Lagian semiskin-miskinnya kita, kita gak bergantung sama orang kaya, apalagi yang belagu kaya dia." Adiba menatap Sakha dengan berapi-api. Sementara yang ditatap justru kini berdecak sinis.

" Bukan begitu Neng, tapi..."

" Cepet minta maaf sekarang!." Desak Adiba semakin emosi

" Terima kasih ya Mas..." Tiba-tiba seorang wanita paruh baya dengan kedua plastik ditangannya datang dan berterima kasih pada Sakha, membuat Adiba kebingungan.

Namun belum sempat Adiba mengerti, pria yang sejak tadi hanya diam itu memberikan sebuah cek pada bapak paruh baya itu.

" Tolong gunakan dengan semestinya, dan jangan mengulang kesalahan yang sama."

" Ia Mas, sekali lagi terima kasih." Ucap Bapak dan ibu itu bersamaan.

Sakha mengangguk, menatap Adiba dengan sinis lantas pergi begitu saja.

" Terima kasih?." Adiba mempertanyakan maksud ucapan mereka setelah mobil Sakha pergi meninggalkan area mall.

" Iya Neng, Mas itu tadi nolongin kami." Balas ibu paruh baya itu menatap pria paruh baya disamping Adiba yang merupakan suaminya.

" Nolongin?." Adiba semakin dibuat tak mengerti.

" Iya. Tadinya kami terpaksa mencuri tas orang yang lagi duduk disana." Ibu itu menunjuk kursi dibawah pohon yang tak jauh dari mereka.

" Lalu?."

" Terus kami ditangkap, dan hampir digebukin kalau Masnya tadi gak datang tepat waktu dan menghentikan orang-orang yang mau mukul kami." Jelas si Ibu membuat Adiba merasa dia telah salah paham.

" Si Masnya ngasih uang kewanita yang kami curi tasnya biar gak dilaporkan kekantor polisi. Untungnya wanita itu mau, dan kami gak jadi masuk penjara." Jelas si ibu.

Penjelasan itu membuatnya semakin merasa bersalah, karena ternyata dia sudah salah paham. Dan baru saja memaki Sakha tanpa tahu masalahnya.

" Memangnya kenapa kalian sampai mencuri?."

" Anak kami sakit kanker Neng, dan kami gak punya biaya buat berobat. Jangankan berobat, makan aja susah. Jadi kami terpaksa mencuri."

" Terus Masnya malah ngasih kami uang, jadi saya langsung belanja deh." Ia memperlihatkan kedua kantong plastik dikedua tangannya. " Dan ini malah ngasih kami uang buat berobat anak kami." Tambah si ibu.

Adiba terdiam mendengar penjelasan wanita paruh baya didepannya. Kini dia menyadari, jika apa yang terlihat belum tentu kebenarannya. Hal ini mengajarkan padanya, untuk selalu berbaik sangka, bahkan pada orang yang terlihat buruk dimatanya sekalipun.

Jika Sakha belum pergi, dia ingin pasti akan meminta maaf.

' Tapi ini salahnya jugakan karena diem aja.' Gumamnya dalam hati, membenarkan perbuatannya barusan.

Adiba menggeleng cepat, menatap kedua orang didepannya dengan senyuman. Dia meraih dompetnya, memberikan beberapa lembar uang yang ia miliki pada mereka, yang langsung berterima kasih padanya.

Adiba kemudian melanjutkan niat awalnya, menaiki motornya untuk pulang.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Red Velvet

Red Velvet

Sakha itu org baik... Penasaran gimana proses pertemuan mereka nanti.

2023-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Pesan Dari Nomor Asing
2 Bertemu Rival
3 Memberi Tahu Kehamilan
4 Rencana Pernikahan Kedua
5 Bertemu Ibu Tiri
6 Perdebatan yang Salah Paham
7 Ingatan Masa Lalu
8 Masa Lalu yang Kelam
9 Siapa Wanita Itu?
10 Cinta Pertama
11 Tragedi 300 Juta
12 Kembali Bekerja di Kantor
13 Mengajukan Gugatan Cerai
14 Kedatangan Calon Madu
15 Identitas Adiba
16 Kehidupan Sakha
17 Pertolongan Sakha
18 Hari Pertama Bekerja
19 Awal Balas Dendam
20 Maafkan Aku, Adiba
21 Menikah Secepatnya
22 Menandatangani Surat Cerai
23 Satu Miliyar
24 Jatuhnya Talak
25 Kita Sudah Bercerai
26 Kanker Paru-paru
27 Kamar VIP
28 Menikahlah Denganku
29 Tawaran Atau Ancaman?
30 Stadium Tiga
31 Menjadi Sekretaris
32 Bermalamlah Denganku
33 Tania Ainaya
34 Mantan Kekasih
35 Pengunduran Jadwal Operasi
36 Pingsan
37 Bertemu Angel
38 Panggilan 'Mama'
39 Rahasia Mengejutkan
40 Jalan-jalan
41 Bukan Urusanmu!
42 Calon Suami
43 Ulang Tahun Perusahaan
44 Kenapa Harus Saya?
45 Obat Perangsang
46 Terjebak Dalam Lift
47 Terjebak Dalam Lift 2
48 Dua Mangkuk Mie
49 KATAKAN PADAKU!
50 Bersabarlah Sebentar Lagi
51 Lamaran Dadakan
52 Terlalu Manis
53 Alasan Konyol
54 Materi Bukan Tolak Ukur Kebahagiaan
55 Peragaan Busana
56 Secepatnya Menikahimu
57 Penjelasan Nisa
58 Rekaman CCTV
59 Hari Pernikahan
60 Operasi Irwan
61 Dipecat Atau Mengundurkan Diri
62 Penjualan Rumah
63 Teriakan Misterius
64 Tentang Mengikhlaskan dan Memaafkan
65 Aku, Temanmu
66 Dimana Cincinku?
67 Bab 67
68 Perubahan Sikap Sakha
69 Membuat Bakwan
70 Design Workshop Project
71 Taman Bunga Tulip
72 Mengungkit Masa Lalu
73 Mengungkit Masa Lalu 2
74 Memutuskan Mengikhlaskan
75 Kedatangan Tina
76 Belum Waktunya
77 Surat Pemecatan Haki
78 Dia Adikku
79 Ketakutan Nia
80 Rian Ditangkap Polisi
81 Apa Kamu Masih Mencintainya?
82 Aku Mencintaimu, Adiba
83 Nyonya Buana
84 Perdebatan Dalam Mobil
85 Jalan-jalan
86 Kenapa Mas Menikahiku?
87 Maafkan Aku, Maafkan Ayahku
88 Berdamai
89 Kekacauan yang Angel Buat
90 Sebuah Tamparan yang Diharapkan
91 Berjanjilah Padaku
92 Dendam yang Tersembunyi
93 Salah Paham ( Ending )
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Pesan Dari Nomor Asing
2
Bertemu Rival
3
Memberi Tahu Kehamilan
4
Rencana Pernikahan Kedua
5
Bertemu Ibu Tiri
6
Perdebatan yang Salah Paham
7
Ingatan Masa Lalu
8
Masa Lalu yang Kelam
9
Siapa Wanita Itu?
10
Cinta Pertama
11
Tragedi 300 Juta
12
Kembali Bekerja di Kantor
13
Mengajukan Gugatan Cerai
14
Kedatangan Calon Madu
15
Identitas Adiba
16
Kehidupan Sakha
17
Pertolongan Sakha
18
Hari Pertama Bekerja
19
Awal Balas Dendam
20
Maafkan Aku, Adiba
21
Menikah Secepatnya
22
Menandatangani Surat Cerai
23
Satu Miliyar
24
Jatuhnya Talak
25
Kita Sudah Bercerai
26
Kanker Paru-paru
27
Kamar VIP
28
Menikahlah Denganku
29
Tawaran Atau Ancaman?
30
Stadium Tiga
31
Menjadi Sekretaris
32
Bermalamlah Denganku
33
Tania Ainaya
34
Mantan Kekasih
35
Pengunduran Jadwal Operasi
36
Pingsan
37
Bertemu Angel
38
Panggilan 'Mama'
39
Rahasia Mengejutkan
40
Jalan-jalan
41
Bukan Urusanmu!
42
Calon Suami
43
Ulang Tahun Perusahaan
44
Kenapa Harus Saya?
45
Obat Perangsang
46
Terjebak Dalam Lift
47
Terjebak Dalam Lift 2
48
Dua Mangkuk Mie
49
KATAKAN PADAKU!
50
Bersabarlah Sebentar Lagi
51
Lamaran Dadakan
52
Terlalu Manis
53
Alasan Konyol
54
Materi Bukan Tolak Ukur Kebahagiaan
55
Peragaan Busana
56
Secepatnya Menikahimu
57
Penjelasan Nisa
58
Rekaman CCTV
59
Hari Pernikahan
60
Operasi Irwan
61
Dipecat Atau Mengundurkan Diri
62
Penjualan Rumah
63
Teriakan Misterius
64
Tentang Mengikhlaskan dan Memaafkan
65
Aku, Temanmu
66
Dimana Cincinku?
67
Bab 67
68
Perubahan Sikap Sakha
69
Membuat Bakwan
70
Design Workshop Project
71
Taman Bunga Tulip
72
Mengungkit Masa Lalu
73
Mengungkit Masa Lalu 2
74
Memutuskan Mengikhlaskan
75
Kedatangan Tina
76
Belum Waktunya
77
Surat Pemecatan Haki
78
Dia Adikku
79
Ketakutan Nia
80
Rian Ditangkap Polisi
81
Apa Kamu Masih Mencintainya?
82
Aku Mencintaimu, Adiba
83
Nyonya Buana
84
Perdebatan Dalam Mobil
85
Jalan-jalan
86
Kenapa Mas Menikahiku?
87
Maafkan Aku, Maafkan Ayahku
88
Berdamai
89
Kekacauan yang Angel Buat
90
Sebuah Tamparan yang Diharapkan
91
Berjanjilah Padaku
92
Dendam yang Tersembunyi
93
Salah Paham ( Ending )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!