Ternyata pendekar yang Arogan bertubuh seperti Samson itu memang sangat digjaya dan punya pasukan bertubuh sama. Mereka datang dari Mongolia ingin menakhlukkan semua raja dari Mindanau hingga Borneo, sekarang masuk tanah Jawa.
"Sanjaya, mana pendekar jagoanmu, suruh hadapi aku, Goliat dari Gong Xi." kata pendekar yang bertubuh gempal itu sambil memukul dadanya brrkali- kali.
Tentu saja Sanjaya ikut panik karena pendekar yang datang itu tak sekedar pamer kekuatan tetapi sudah menangkap beberapa prajurit Jenggala dan menyiksanya dengan membanting tubuhnya ke tanah hingga terdengar jeritannya ke telinga raja itu.
"Bagaspati!!" panggil Kertajaya kepada seorang pengawalnya yang bertubuh besar dan sangat sakti.
Yang namanya dipanggil langsung melompat ke tengah arena dan memukul tubuh Goliat bertubi- tubi.
"Hiyat hiiyyaaat hiaaatt!!"
"Bukk Bukk Bukk!!"
Dipukuli perut dan wajahnya oleh genggaman tangan Bagaspati sampai keringatnya bercucuran, Goliat malah tertawa terbahak - bahak. Tentu saja pemandangan itu sangat menakutkan di mata Kertajaya maupun Sanjaya. Malah Goliat kemudian mencengkram leher Bagaspati dengan satu tangan dan mengangkat ke atas lalu mencampakkan tubuh pengawal Singosari ke tanah dengan sangat keras.
"Brukk!!"
Ketika gerombolan petarung dari Hong Xi itu sudah merangsek ke depan istana hendak menyerbu Sanjaya, Surogeni yang bertubuh besar dan ditumbuhi bulu lebat sekujur tubuhnya langsung melompat ke depan. Mata Surogeni yang terbawa emosi melotot menatap Goliat sambil pancarkan sinar terang kemerahan. Lalu Goliat membusungkan dadanya yang gempal sambil menggenggam tangannya yang gemeretuk.
"Hiiiaaaaattt!!!"
"Wuuuuuzzzzz!!!"
"Aaaaacccckkk!!!"
Pukulan kedua pendekar itu beradu sehingga terlihat cahaya yang terpancar dari kekuatan gaib tangan Surogeni. Goliat mengerang kesakitan dan tumbang ke belakang terkapar. Tangan Surogeni yang memancarkan cahaya merah itu adalah bara api yang sangat panas. Tentu itu hanya berasal dari tanah Jawa, bukan dari Mongolia yang hanya mengandalkan kekuatan murni tubuh manusia.
Wiro Sabrang melangkah ke depan menghadapi pasukan Goliat yang ingin mencoba kekuatan. Bukan saatnya Wiro untuk unjuk gigi melawan pasukan dari Gong Xi.
"Hiiiiaaatt!!"
"Aaaacchh!!"
Tak satupun dari orang Gong Xi yang terkenal sangat kuat itu tahan dengan pukulan Surogeni yang menyala bagai bara api. Goliat sendiri yang awalnya sangat bangga dengan kekuatannya, meremas kepalan tangan Surogeni yang seperti besi panas tukang Pandey senjata tajam mulai menangis. Tubuh tinggi besarnya telah melepuh dan menggelepar kepanasan di depan Kertajaya dan raja Sanjaya.
"Luar biasa" gumam Sanjaya.
Melihat kepala pasukannya tumbang, orang - orang bertubuh besar dari Mongolia itupun mulai panik dan malah rame-rame mengamuk menyerang rombongan Sanjaya yang sedang menyaksikan di depan istana.
" Serbuuuuu!!!"
Kini bagian Wiro Sabrang yang mendorong kan kedua telapak tangannya sambil membacakan ajian ini Bayu Saketi ke arah pasukan dari Gong Xi.
"Wuuuuzzzz!!!"
Badai api yang sangat dahsyat itu menyerang ke arah pasukan Ging Xi hingga mereka terhambur ke alun- alun dan jatuh bangun sambil menjerit- jerit kepanasan. Orang dari Mongolia yang sangat bertahan di dalam udara dingin dibawah nol, tentu tak tahan dengan kobaran api dari ajian Bayu Saketi yang dikirimkan Wiro Sabrang. Sanjaya mundur masuk ke dalam istana bersama Kertajaya yang tak kuat ikut merasakan panasnya desiran badai angin api.
"Kabuuurrrr!!!"
Teriak rombongan orang Mongolia yang masih bertahan hidup melarikan diri keluar dari alun-alun.
***
"Baiklah Wiro, aku akan melanjutkan perjalananku ke kahyangan menemui sang hyang Yama Dipati." kata eyang Bayurekso.
Wiro Sabrang dan Surogeni membungkukkan badan memberi hormat kepada pertapa tua itu. Sanjaya dan Kertajaya terharu melihat momen perpisahan itu. Seperti seorang ayah yang ingin merantau meninggalkan anak- anaknya. Hubungan guru dengan murid dalam dunia persilatan itu memang mirip dengan seorang ayah dengan putranya. Karena sepanjang hari mereka berkumpul untuk berlatih silat atau kungfu hingga tahunan.
"Wiro Sabrang anakku" gumam Kertajaya yang sangat bangga memiliki putra sangat sakti. Begitu pula pangeran Singojati dan Singoyudo yang mulai sadar dengan kondisinya. Singosari tanpa Wiro Sabrang mau jadi apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments