Mencari Kunci Dalam Tumpukan Laci*

Mata Jono terbelalak lebar saat melihat pemandangan hebat di depannya, persis seperti dalam mimpi. Mulutnya menganga lebar karena tak menyangka jika gedung yang kono dikatakan angker itu ternyata memiliki sebuah lantai terawat. Jono melangkah dengan takjub sampai badannya berputar. Rasa takutnya sirna sebab ruangan besar itu begitu bersih, sejuk karena AC yang menyala, meskipun sepi tak terlihat satu pun orang di sana.

Jono melangkah mengikuti arahan dari mimpi yang ditunjukkan oleh sang ayah. Jantung Jono berdebar saat langkah kakinya terhenti di depan pintu yang mirip dengan mimpinya. Hanya saja, saat dalam mimpi, apa yang ada di dalam sana tak diketahui olehnya. Jono terlihat gugup dan tegang. Berulang kali ia menarik napas dan mengembuskan dengan kasar karena gelisah.

"Oke, oke, gue pasti bisa. Semangat!" ucapnya mantap.

KLEK!!

"Buset!" pekiknya dengan mata melotot saat melihat ruangan besar itu dipenuhi oleh lemari arsip yang tersusun menjulang tinggi hampir menyentuh atap.

Mulut Jono sampai menganga lebar dengan kepala mendongak. Ruangan itu cukup terang, tapi sepi. Laci-laci besi berjumlah ratusan siap untuk menantangnya demi mencari sebuah kunci. Ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami.

"Jangan bilang gue harus nyari kunci itu di sini? Bisa berapa hari gue terkurung di tempat ini? Gila!" pekiknya langsung memegang kepala.

Saat Jono memasuki ruangan itu, KLEK! Praktis, kepanikan langsung melanda hatinya. Jono mencoba membuka pintu itu dan tak berhasil. Ia sibuk mencari benda apa pun untuk mencongkelnya, tapi tak bisa. Jono kembali takut seraya melihat sekitar.

"Jangan bilang lagi kalau gue bisa keluar dari sini kalau udah nemuin kunci sialan itu," ucapnya pada diri sendiri dengan banyak pertanyaan sekaligus jawaban di kepala. "Argh! Sistem gila! Lu kalau bikin permainan gak waras cari orang yang gak punya kerjaan! Bukan kaya gue. Kerjaan gue banyak. Nyapu, ngepel, masak, cuci baju, dan ... dan ... haish ngomong apa sih gue," gerutunya yang akhirnya menyadari jika dirinya juga termasuk tak waras.

Jono berjongkok seraya memegangi kepala. Ia menyenderkan punggungnya yang tiba-tiba terasa berat ke pintu tersebut.

"Hah, setidaknya tempat ini lebih baik ketimbang basement dan lantai dasar kemarin. Oke, gue sebaiknya harus cepat. Tempat ini juga gak ada jendela atau pintu lainnya. Bisa-bisa mati kelaperan di sini. Dih, gak elit banget cara matinya," ucapnya pada diri sendiri lalu segera berdiri.

Beruntung, Jono yang sudah sarapan dan membawa bekal di tasnya siap untuk memulai misi. Ia melihat segitiga ungu di jam tangan sebagai petunjuk misi level 3, berkedip di ruangan itu. Dirinya yakin jika kunci tersebut ada dalam sebuah laci file cabinet tempat brankas disimpan yang berjumlah hingga ratusan unit.

Jono membawa pulpen dalam tas yang didapatkan saat menjalankan misi level 2 dengan tema Eksekutif Muda. Ia menandai tiap laci besi yang sudah ia buka dan tak mendapati kunci di dalamnya. Jono mulai mencari dari barisan rak di depan pintu. Tangan kanannya sibuk menarik satu per satu laci besi itu dari atas sampai ke bawah.

Beruntung, Jono gemar berolah raga sehingga ia tak merasa pusing ketika berjongkok lalu berdiri dan berjongkok lagi demi membuka laci itu satu per satu. Jono hanya menggeser kakinya selangkah saat ia harus membuka laci di sisi kanannya dan terus seperti itu.

"Agh, aduh, pegel oi," keluhnya saat menoleh ke samping ke kiri dan sudah melihat banyak tanda dari pulpen yang ia tuliskan dengan huruf J pada papan penanda di bagian depan tiap laci. Saat Jono berjongkok dan menarik laci di depannya, tiba-tiba, "Hoahhh!" teriaknya histeris saat mendapati sebuah kepala tergeletak di sana.

Jono sampai jatuh terlentang karena panik. Ia langsung merangkak menjauh dari laci tersebut dengan jantung berdebar.

"Ke-ke ...," ucapnya sampai tergagap menunjuk kepala itu, tapi kemudian keningnya berkerut. "Eh, tunggu," lanjutnya yang kemudian kembali berjalan mendekati laci meski melangkah sedikit demi sedikit dengan gugup. "Eh?"

Ketakutan Jono sirna saat ia mengamati lebih dekat yang ternyata kepala tersebut adalah sebuah patung. Jono bernapas lega. Ia mendorong laci itu lagi dengan wajah sebal sembari menulis ke bagian kotak kosong dalam bingkai bertuliskan 'kepala'. Jono mengambil botol air minum dan segera meneguk untuk menenangkan hatinya yang panik tadi.

"Sialan, gue kena prank. Awas lu sistem," gerutunya sembari melirik sadis ke sembarang arah seolah sistem tersebut berada di sana.

Fisik Jono digempur habis-habisan dalam misi kali ini. Ia hanya istirahat minum lalu melanjutkan pencarian lagi. Anehnya, laci-laci itu tidak dikunci. Jono membuka semua laci dengan cepat hingga akhirnya ia kembali histeris saat menemukan potongan tubuh lain yakni tangan dari sebuah patung.

"Stop bikin gue jantungan, Kamprett!" pekiknya marah kepada sistem permainan.

Jono mengelus dadanya di mana ia hampir pingsan karena kaget saat menemukan potongan tubuh yang lain dari sebuah manekin. Jono menuliskan 'tangan' pada bagian depan laci. Selanjutnya, ia sangat berharap tak menemukan benda-benda aneh lagi dari laci-laci itu. Praktis, dua temuan yang mengejutkannya membuat Jono sedikit berhati-hati dalam membuka laci tak seagresif tadi.

"Kan, jadi lemot gue. Gara-gara lu dan lu!" gerutu Jono menunjuk laci yang berisi kepala dan tangan.

Jono yang telah selesai menyusuri barisan pertama segera bergerak ke barisan kedua. Jono khawatir jika pencarian itu memakan waktu lama hingga malam menjelang. Jono yang takut jika terjebak di tempat itu segera bergegas sebelum bulan muncul. Pria itu sampai berjalan dengan sempoyongan.

Matanya terasa lelah karena jumlah laci yang begitu banyak. Tangannya juga pegal karena menarik dan mendorong laci dalam jumlah banyak. Namun, tanpa ia duga, setelah susah payah membuka semua laci, tak ada satu pun kunci yang ditemukannya. Jono kesal bukan main sampai menendang lemari arsip yang terbuat dari besi itu.

DANGG!!

"Woi! Yang bener dong! Kalau bercanda jangan kebangetan! Gak ada kunci di semua laci. Jangan main curang lu ya!" teriaknya marah seraya bertolak pinggang dengan keringat bercucuran.

Jono lagi-lagi menyalahkan sistem. Napas pria itu menderu. Ia melotot ke berbagai arah seperti memaki kepada sosok tak terlihat. Jono yang diliputi emosi terus mengumpat berulang kali di tempat sepi yang hanya berisi lemari besi brankas.

Hingga akhirnya, saat pria itu sudah puas melampiaskan kekesalannya dengan menarik semua laci, seketika kewarasannya kembali. Pria itu lalu diam begitu saja dengan wajah serius seperti memikirkan sesuatu.

"Tunggu ... tunggu," gumannya seraya menggerakkan telunjuk kanan seperti menyadari ada hal yang terlewat olehnya.

Dari beberapa laci yang dibukanya, Jono menemukan banyak potongan tubuh dari sebuah manekin. Ia heran, kenapa benda-benda itu diletakkan secara acak oleh sistem. Jono lalu mendatangi salah satu barisan dari laci brankas seraya mencari tulisan yang sudah ia tandai.

"Ah, ini dia!" ucapnya sembari menarik laci itu. Jono menemukan sebuah wig hitam panjang, ia diam menatap benda itu saksama lalu mengambilnya. "Kepala, tangan, kaki, bahkan ada payudaara dari si manekin. Lalu ada wig, baju, tas, sepatu, bahkan aksesoris cewek. Buat apa ini semua?" tanyanya heran memikirkan benda-benda temuannya.

Jono kali ini membawa wig itu lalu meletakkannya di lantai yang terlihat bersih. Ia masih ingat di mana menemukan benda-benda itu sebelumnya. Jono mengumpulkan semua potongan tubuh patung berikut perlengkapannya. Jono akhirnya memasang tiap bagian itu termasuk memakaikannya baju layaknya manusia. Praktis, manekin itu terlihat seperti seorang wanita cantik berkulit sawo matang dengan pakaian seperti seorang karyawan.

"Hem, patung aja bisa terlihat cantik," gumannya dengan senyuman saat menatap patung yang bisa berdiri tanpa penopang. Saat Jono mengambil botol minum karena ia merasa sangat lelah akibat pencarian yang sia-sia, tiba-tiba, "Ha-ha-ha, haaaaa!" teriaknya histeris saat manekin tersebut hidup dan malah menepuk pundaknya.

Jono berteriak sekencang kencangnya karena kengerian tersebut. Jono langsung berlari, tapi patung itu malah mengikutinya. Jantung pria itu seperti akan meledak karena dikejar oleh benda mati, tapi tiba-tiba seperti memiliki nyawa.

"Kebangetan! Misinya kebangetan!" teriaknya panik dan berlari menjauh dari manekin yang terus mengejarnya.

Rasa letih Jono sirna karena ketakutan. Ia mencoba membuka pintu saat masuk tadi, tapi tak terbuka. Praktis, ketakutannya semakin melebar dan membuat pria itu tak fokus dengan langkahnya.

BRUKK!!

"Agh!" erangnya karena jatuh dengan keras dalam posisi tengkurap akibat tersandung tasnya yang digeletakkan di atas lantai. Jono yang ketakutan berusaha merangkak dan bangun, tapi seketika matanya mendapati sesuatu di kolong dari lemari arsip di sampingnya. "Eh, itukan ...."

***

ILUSTRASI

SOURCE : GOOGLE

Terpopuler

Comments

👑 N 💣

👑 N 💣

itu "konon" kah mbk..

2023-11-01

0

Wati_esha

Wati_esha

Lieurrr.

2023-10-25

0

baby Ajah💕

baby Ajah💕

mau ketawa takut dimarahin bang Jono😂

2022-12-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!