Jono berjalan sembari bersiul pura-pura tak melihat kambing bertanduk itu. Namun, si kambing tampak waspada dengan pria berpakaian hitam yang berjalan mendekat meski sesekali berjongkok mencabut rumput seraya mengumpulkannya dalam genggaman entah apa yang direncanakan. Jono kini melangkah perlahan dengan posisi berjongkok seraya membawa rumput dalam jumlah banyak. Pria itu terus bersiul dan mulai melancarkan strategi dengan mengulurkan tangan berisi rumput ke arah kambing bertanduk itu.
"Hem ... he hem ...," gumannya bersenandung berpura-pura tak tertarik pada si kambing.
Siapa sangka taktik Jono berhasil. Kambing yang menurut dia sulit untuk ditaklukkan, kini mendekat dengan sendirinya karena rumput segar yang disodorkan. Kambing itu mulai menarik potongan rumput dari tangan Jono.
Dengan sigap, "Kena kau!" teriaknya lalu menarik tali yang terikat pada tanduk kambing itu.
Kambing itu kaget dan memberontak. Namun, Jono yang telah siap dengan segera melilitkan tali itu ke leher lalu menarik si kambing ke arah pohon berbatang putih. Seringai Jono terpancar karena tak menyangka jika bisa menaklukkan si kambing dengan cepat. Jono melirik ke arah jam tangan di mana ia sudah menghabiskan waktu 3 menit untuk menangkap hewan bertanduk itu.
"Oke, sisanya kalian!" ucap Jono semangat menunjuk kambing-kambing yang asyik menikmati rumput di tepi sungai.
Jono berjalan mengendap dan menerapkan teknik yang sama. Sebelumnya, ia seperti orang bodoh dengan berlari untuk menangkap hewan-hewan itu. Tentu saja kambing-kambing itu ketakutan dan malah semakin berlari menjauh karena panik. Jono sampai kewalahan dan gagal dalam misi yang terbilang aneh itu.
Selain itu, sistem melakukan penghitungan ulang pada hari berikutnya. Hal inilah yang membuat Jono kesal karena harus menunggu semalaman. Tempat itu juga membuatnya seperti terkurung sebab terdapat dinding penghalang yang membuatnya tak bisa pergi ke mana pun. Jono yang kala itu sudah mencoba segala cara untuk kabur, akhirnya pasrah dan memilih untuk menyelesaikan misi meski terbilang mustahil.
"Haha! Aku tak menyangka akan semudah ini!" serunya senang saat berhasil menangkap semua kambing dan mengikat pada pohon berbatang putih.
Napas Jono tersengal dengan keringat bercucuran. Ia melihat jam tangan dan ternyata masih memiliki sisa waktu 1 menit sebelum misi selesai.
BIB!
"Selamat, Jono! Kau berhasil mendapatkan hadiah bonus!" ucapnya senang ketika melihat tulisan pada layar jam tangan karena pertama kali mendapatkan hadiah tambahan. "Yeah!" serunya senang.
Seketika, muncul sebuah bentuk segitiga berwarna ungu pada layar jam tangan. Jono diminta mengikuti arah segitiga itu karena di sanalah hadiah akan ia dapatkan. Jono bergegas dengan berlari kecil hingga menemukan sebuah rumah desa di mana ia belum pernah melihat bangunan itu sebelumnya. Sebab, saat misi pertama ia selesaikan kala itu, ia mendapatkan hadiah bukan di rumah tersebut, melainkan di sebuah jembatan.
"Hem, rumah yang unik," ucapnya ketika melangkah masuk sambil membungkuk karena sungkan.
Hatinya bergerak secara otomatis seperti rumah itu ada penghuninya. Jono melangkah dengan hati-hati mencoba untuk tak membuat berisik meskipun rumah itu sepi, tapi terlihat bersih dan asri karena ditumbuhi tanaman hias.
BIB! BIB!
"Oh!" pekiknya saat bentuk segitiga itu berkedip.
Jono melihat sebuah almari kayu di depannya. Ia segera membuka lemari yang memiliki ukiran berbentuk bunga besar dengan hati-hati. Diambilnya sebuah tas kerja dan sebuah topi dengan warna hitam. Hingga keningnya berkerut saat ia menatap topi itu saksama.
"Riska ...," ucapnya ketika teringat ia memakai topi itu di saat terakhirnya bersama sang kekasih sebelum tewas di misi level 4.
Jono diam sejenak. Ia lalu duduk di bangku kayu mulai merenung. Meskipun ia kembali ke level 1, tapi ingatannya tetap membekas saat di level 4.
"Tiap level berbeda jenis misi yang harus kuselesaikan. Aku memang menyukai video games. Hanya saja, permainan sistem ini sungguh gila. Semua nyata. Dunia game dan nyata seperti menyatu. Lalu ... saat di misi level 4. Aku yakin jika mati, tapi ... kenapa tidak?" tanyanya heran. Jono kembali terdiam dengan wajah serius. "Oh, benar! Pakaianku anti peluru!" pekiknya lalu membuka tas hitam anti air yang didapatkan dari misi level 1.
Jono segera mencari kamar mandi untuk membersihkan diri karena tubuhnya yang kotor. Ia lalu melapisi pakaian hitam yang dikenakannya saat ini dengan pakaian baru yang didapatkannya berupa setelan layaknya karyawan kantoran. Ia juga mengganti sepatunya dengan fantovel.
Tas kerja itu juga dilengkapi dengan berbagai perlengkapan untuk membersihkan diri. Jono bercukur, menyisir rambut, dan menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Praktis, Jono yang kumal kini berubah menjadi Jono yang rupawan layaknya pegawai kantoran.
"Aku tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya," jawabnya dengan senyuman saat melihat dirinya tampak menawan.
BIB!
Layar pada jam tangan kembali menunjukkan bentuk segitiga ungu. Jono keluar dari rumah itu usai merapikan penampilannya. Ia membawa sebuah remote mobil dan berjalan menuju ke sebuah tempat sesuai arahan jam tangan. Seketika, senyumnya terkembang.
Sebuah mobil sedan hitam siap membawanya pergi dari level tersebut. Mobil itu adalah hadiah atas keberhasilannya di level 1. Mobil tersebut Jono gunakan hingga ke level 4 sampai akhirnya berakhir dengan peluru dan tercebur di laut kala itu.
BROOM!
Jono layaknya eksekutif muda. Ia mengikuti arahan dari jam tangan yang akan membawanya ke misi level 2. Jono terlihat siap karena ia tahu apa yang akan dihadapinya di tempat itu. Hingga jam tangan kembali berkedip di mana ia akan memasuki level 2.
Jono menepikan mobilnya di sebuah pom bensin yang berada di kota Yogyakarta untuk mengisi bahan bakar. Sebuah dompet berisi uang senilai 5 juta rupiah telah tersedia tunai di dalamnya. Jono mengisi penuh tangki yang kemudian kembali mengikuti instruksi misi.
"Selamat, Jono bin Slamet. Kau berhasil menyelesaikan misi level 1. Mobil, dompet, uang tunai, setelan ekslusif dan topi menjadi hadiah atas kesuksesanmu. Kau siap untuk menjadi pemenang dalam permainan Top of The World. Siapkan diri untuk melanjutkan ke misi level 2," ucap sistem dari alat pemutar musik di mobilnya. Jono mengangguk meski ia merasa suara itu mirip seperti Riska. "Kali ini, kau harus berkendara sampai ke kota Semarang. Kau akan mengikuti sebuah meeting penting sebuah perusahaan. Kau akan mendapatkan tugas begitu tiba di Semarang. Sekaranglah waktunya kau menerapkan ilmu bisnis yang dipelajari selama ini. Semoga beruntung."
"Hem, sayangnya ilmu bisnisku yang kudapat selama ini bukan dari bangku kuliah, melainkan otodidak dan pengalaman pahit di jalanan, Sistem," jawabnya yang siap berkendara lagi. Namun kemudian, ia terkekeh seperti merasa geli akan sesuatu. "Aku bicara pada komputer. Aku sudah gila."
BROOM!
Jono melaju menuju Semarang sesuai arahan GPS mobil. Jono terlihat serius dan fokus kali ini tak seperti saat ia mendapatkan misi pertama kali. Kala itu, dirinya malah bingung seperti orang linglung. Jono yang saat itu masih tak mengerti jika dirinya masuk dalam sistem permainan, membuat dirinya panik dan selalu waspada.
Jono saat itu berpikir dirinya terlibat dalam sebuah kasus yang tak disengaja dilakukan. Hal itu membuat sosoknya diburu dan nyawanya terancam. Namun, yang sesungguhnya tidak demikian. Ia kini terjebak dan memasuki sebuah sistem di mana dirinya belum mengetahui sepenuhnya tentang sketsa dari permainan yang disebut Top of The World.
***
uhuy makasih tipsnya diriku. lele padamu❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Wati_esha
Apakah Riska benar benar meninggal?
2023-10-23
0
Wati_esha
Bisa begitu ya, sudah lama jalan baru sadar diri bajunya anti peluru. 🤦♀️
2023-10-23
0
Wati_esha
Tq update nya.
2023-10-23
0