Jono terbangun karena suara yang mengusik lelapnya. Perlahan, ia membuka mata yang sempat terpejam. Kali ini, ia kembali dilanda kebingungan saat mendapati dirinya berada di sebuah lokasi yang dikenal karena pernah ke tempat itu sebelumya.
"Inikan ...," ujarnya lirih dengan mata berkedip melihat ke arah langit yang mulai mendung.
Jono perlahan bangun. Namun, ia bingung. Dirinya berada di atas rumput dan sekelilingnya terdapat hamparan sawah luas dengan padi telah merunduk siap dipanen. Jono bisa merasakan semilir angin yang terasa dingin seperti akan turun hujan. Jono diam sejenak lalu menoleh. Seketika, matanya melebar saat melihat gubuk bambu dengan atap rumbia kering sebagai tempat berteduh. Jono bergegas mendatangi gubuk itu dan duduk di sana meski seperti orang linglung.
"Yang tadi apa ...?" tanyanya di mana ia ingat dengan jelas kejadian terakhir saat kembali ke masa sekolah dasar lalu kemudian bertemu pria tampan yang memberikannya jam tangan.
Spontan, Jono melihat ke arah pergelangan tangan. Ia mendapati jam tangan pemberian pria tampan masih terpasang, tapi tidak dengan tas Ultraman. Jono diam sejenak hingga merasakan angin semakin kencang membawa bulir jernih dari langit. Jono masuk ke dalam gubuk lebih dalam agar tak terkena hujan.
"Tempat ini ... kejadian ini ... sama persis ketika aku ...," gumannya yang kemudian berhenti bicara ketika melihat seorang bapak-bapak petani menggunakan caping melintas di depannya dengan tergesa sembari memanggul karung berisi banyak rumput. Seketika, mata Jono terbelalak. "Ini level 1 dari sistem! Kenapa aku kembali ke sini? Seharusnya aku sudah berada di level 4! Apa yang terjadi?" pekiknya dengan jantung berdebar.
BIB! BIB!
Mata Jono langsung tertuju pada layar jam tangan. Ia mencoba mengotak-atik. Pria tersebut kembali terkejut saat semua hadiah yang telah ia terima lenyap. Mulut Jono sampai menganga lebar.
"Jangan-jangan ... agh, sial! Apakah aku semacam di-restart? Aku game over lalu diminta mengulang sejak awal? Gila! Lebih baik aku mati saja!" teriaknya marah dan berusaha melepaskan jam tangan yang membelenggu pergelangan tangannya.
Namun, jam tangan itu tak bisa lepas. Jono kesal bukan main dan kini matanya terpejam seraya meremat kepalanya yang mendadak terasa berat karena beban yang dipikul. Perlahan, amarah Jono mereda. Ia mulai membuka mata dan melihat sekeliling saat hujan mulai mengguyur wilayah itu.
"Jika aku mengulang dari awal, seharusnya akan lebih mudah. Ya. Aku sudah tahu alurnya. Misi yang diberikan, siapa musuhku, dan hadiah apa sebagai imbalannya. Heh, tak buruk," kekehnya merasa beruntung.
Jono menguatkan mentalnya lagi. Ia ingat betul kejadian saat di level 1 di mana kondisi yang dialaminya saat itu persis dengan situasi saat ini. Sawah, hujan, petani, dan gubuk. Waktu yang sama saat semua hal itu datang seperti telah diatur.
"Tiga puluh menit lagi seharusnya hujan reda. Saat itu, aku harus segera pergi dari sini karena akan muncul segerombolan bebek aneh yang mengganggu langkahku karena diikuti. Mereka bau dan berisik," keluhnya saat teringat ia menjadi seperti pemimpin pasukan bebek karena dibuntuti sampai menemukan jalan raya.
Jono ingat rute yang pernah dilaluinya kala itu. Namun, hambatan selalu ditemuinya. Jono berpikir untuk melewati jalan lain yang mungkin bisa membuatnya menemukan alternatif demi mendapatkan hadiah level.
"Ada jalan setapak di sana! Aku belum pernah melewatinya. Ya, aku akan ambil risiko dengan berjalan di pematang sawah sampai ke jalan raya," ucapnya saat memutuskan tak melewati jalan tanah berbatu yang pernah ia gunakan.
Benar saja, 30 menit kemudian hujan reda. Jono bergegas melewati pematang sawah sebelum puluhan bebek datang mengeroyoknya. Kala itu, Jono yang bingung malah terbengong. Ia melamun sekitar 15 menit hingga makhluk-makhluk berparuh itu muncul mendatanginya. Jono melangkah dengan hati-hati karena jalan tanah yang licin. Ia terus melirik ke arah jam karena khawatir bebek-bebek itu akan muncul untuk mengganggunya.
Siapa sangka, usaha Jono berhasil. Ia akhirnya tiba di tepi sungai dan tak mendapati bebek-bebek di sekitarnya. Senyumnya terukir. Jono melihat ada sebuah jembatan bambu untuk menyeberang. Ia dengan sigap mendatangi jembatan itu dan menyeberanginya meski dengan jantung berdebar karena jembatan itu menyuarakan bunyi berdecit seperti akan ambruk.
"Akan menjadi nasib sial jika jembatan ini sampai ro— huwaaa!!" teriaknya histeris karena apa yang ditakutkannya terjadi.
Jembatan itu runtuh dan membuat Jono tercebur ke dalam sungai berarus deras karena hujan lebat tadi mengguyur. Jono terseret arus yang membuatnya timbul tenggelam. Hingga ia mendapati batang pisang yang tumbang berada di dekatnya. Jono berusaha meraihnya, tapi lagi-lagi ....
DUAKK!! BLUB! BLUB!
"Hah! Uhuk, uhuk! Argh!" erangnya saat dirinya tertabrak batang pisang itu dan membuatnya tenggelam sementara.
Jono segera naik ke permukaan meski ia harus menelan air sungai yang kotor karena berwarna cokelat. Namun, Jono berhasil meraih batang pisang untuk ia gunakan sebagai pelampung agar tak tenggelam.
"Agh, sial! Ini sama saja dengan bebek!" keluhnya kesal.
Hingga Jono melihat mendung di langit mulai memudar dan arus sungai tak begitu deras lagi. Jono bergegas berenang ke tepian dan naik ke daratan dengan tubuh basah kuyup. Napasnya terengah. Ia merebahkan tubuh di atas rumput sembari memejamkan mata. Hingga tiba-tiba ....
"Embek ...."
"Hah!" kejutnya saat melihat ada seekor kambing muncul dan diikuti kambing lain yang menikmati rumput segar di sekitarnya.
Wajah Jono berubah masam. Ia akhirnya sadar jika misi pertamanya di level 1 ini bertemakan petani. Jono melihat jam tangan seperti menunggu instruksi misi di mana ia merasa seperti menemukan jalan pintas karena tempatnya berada sekarang adalah tempat misi tersebut dilakukan.
BIB!
"Oh! Dia menyala!" pekik Jono saat melihat jam tangannya menyala lampu biru dan muncul tulisan di sana.
Jono melihat sekitar dan mendapati genangan air di jalan tanah. Jono menekan tombol di sisi kanan jam tangan itu dan muncullah sinar warna biru yang menyorot genangan air. Senyum Jono merekah di mana genangan air itu ia gunakan layaknya pantulan agar bisa melihat instruksi misi dengan jelas.
"Jono bin Slamet. Selamat datang di misi level 1. Penggembala Kambing. Tangkap 10 kambing dan ikat pada pohon berbatang putih. Hadiah misi akan diberikan jika mampu melakukan dalam waktu 15 menit. Gagal, kau akan mengulang. Bila mampu menyelesaikan kurang dari 15 menit, hadiah bonus akan diberikan. Selamat berjuang," ucap Jono membaca instruksi itu karena ia sedikit lupa dengan detailnya.
Jono menekan tombol pada jam tangannya lagi usai membaca instruksi misi. Ia melihat ke arah kambing-kambing yang berkeliaran di berbagai tempat. Kali ini, Jono lebih hati-hati mengingat sebelumnya ia sampai mengulang 3 kali karena gagal. Namun, ia yang penasaran dengan hadiah bonus, bertekad untuk menyelesaikan dalam waktu kurang dari 15 menit.
"Kau si jelek bertanduk yang susah ditangkap. Kau akan menjadi incaran pertamaku," tunjuk Jono ke arah seekor kambing yang sedang asyik mengunyah rumput dan memandanginya dengan polos.
"Embek!"
"Misi dimulai!" seru Jono.
Seketika, waktu penghitung mundur bekerja secara otomatis ketika Jono mulai berlari ke arah kambing bertanduk yang menatapnya dengan wajah malas.
***
ILUSTRASI
SOURCE : GOOGLE
Uhuy dpt tips😍 tengkiyuw lele padamu💋 sering2 ya kwkwkw😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Wati_esha
Harusnya bisa, Jono. Kan pernah mengulang sampai 3x.
2023-10-22
0
Wati_esha
Tq update nya.
2023-10-22
0
Wati_esha
Ternyata masih di dunia halu yang lain. ☺
2023-10-22
1