The Seventh Secretary (Sekertaris Ke Tujuh)

The Seventh Secretary (Sekertaris Ke Tujuh)

Laki Laki Tua

"Halo, Stella.. uhuk.. uhuk.. bagaimana kabarmu, sayang" sapa wanita berusia 50an yang terdengar lemah melalui sambungan telfon dari negara kelahirannya.

"Bibi Mey, apa kau sedang sakit? apa sudah berobat? apa yang kau rasakan?" cecar Stella yang merasa khawatir terhadap kondisi sang bibi seorang diri.

Setelah ditinggal suaminya selingkuh, bibi Mey tak mau merajut rumah tangga lagi. Dia trauma akan kembali dikhianati.

"Tidak apa apa, sayang. Bibi hanya kurang minum. O iya, selamat atas kelulusan mu, nak. Bibi bangga padamu.. seandainya.. seandainya ayahmu.."

"Sudah lah bi. Ayah pasti bangga padaku" potongnya kala mendengar isakan sang bibi yang merupakan adik kandung dari ayahnya. Satu satunya keluarganya kini.

"Ah iya. Bibi sampe lupa, apa kamu akan mencari kerja disana?" tanya bibi Mey mengutarakan tujuan utamanya menghubungi keponakan cantiknya.

"Entah lah, bibi Mey. Semua lamaran yang sesuai dengan jurusanku membutuhkan pengalaman setidaknya 2 tahun. Pengalamanku kerja paruh waktu tak dihitung. Do'a kan saja, bi, semoga aku mendapat yang terbaik" jawabnya sendu sambil memutar mutar ballpoin dan menggoreskannya sesekali di lembaran kertas buram yang penuh dengan tulisan.

"Bolehkan bibi meminta bantuanmu sekali saja? tapi kalau kamu tidak bisa bibi tak masalah"

"Katakan saja, bi. Bibi Mey sudah seperti ibuku. Mana mungkin aku menolak permintaanmu. Kecuali menikah" kalimat terakhirnya ia tambahkan dengan sedikit jeda.

Bibi Mey tersenyum. Dia sangat tahu luka yang didapatkan keponakan rasa anaknya itu hampir sama dengannya. Dan dia menghargai keputusannya dengan tidak menjodohkannya dengan anak teman sekantornya.

"Tentu saja bukan masalah pasangan, sayang. Bibi hanya memintamu untuk menggantikan posisi bibi sementara mencari pengganti yang benar benar memenuhi kriteria. Bibi tau kalau pekerjaan ini tak sebanding dengan gelar magister mu. Bibi sudah tak ada tenaga untuk mengimbangi cara kerja bos baru bibi"

"Maksudmu, aku pulang ke Indonesia?"

"Hanya sementara, sayang. Tidak ada kontrak kerja. Kamu bebas pergi kapanpun saat pengganti bibi sudah ada. Bagaimana?" terdengar nada suara memelas diujung sana.

"Hhh.. baiklah. Demi bibi" Stella menerima sambil menguatkan diri. Dia berjanji tak akan lemah lagi. Kemungkinan bertemu dengan orang orang di masa lalunya sangatlah besar.

"Terimakasih, sayang. Bibi kirimkan e-tiket untuk penerbangan nanti sore ya"

tut

"Apa? sore- halo.. halo.. bibi Mey.. Aduuuh main tutup aja. Perasaan aku dijebak bibiku sendiri deh. Hhhh... oke, waktunya siap siap"

Sambil memilah pakaian yang akan dia bawa, Stella menyempatkan untuk searching mengenai profil perusahaan tempat bibinya bekerja. Tertera nama nama seluruh jajaran direksi dan presiden direktur yang menjadi prioritas utamanya dalam mengenali calon atasan sementaranya menggantikan sang bibi.

"Presdir William.. hmm.. laki laki tua ini masih punya tenaga untuk menjalankan perusahaannya. Apa dia tak punya penerus?" monolog Stella sambil menggosokkan telunjuknya di dagu untuk menilai karakter seseorang melalui wajah dalam foto itu.

"Dari matanya saja sudah terlihat kalau orang ini pria yang kejam. Kasian bibi Mey. Ah.. aku tak boleh cengeng. Kini aku harus membuktikan diriku pada bibi Mey kalau aku sudah lebih kuat"

Sepanjang perjalanan menggunakan taxi ke bandara, Stella terus membaca job desc yang bibinya kirimkan. Dia mengingat satu per satu tahapan pekerjaannya juga nama nama perusahaan dan para petingginya agar memudahkannya dalam memulai pekerjaannya. Pesawat dijadwalkan berangkat pukul 16.50 waktu setempat (UTC+7) dan membutuhkan waktu sekitar 17 jam perjalanan karena harus transit terlebih dahulu di Dubai dan sampai di Jakarta pukul 15.40 WIB

(sumber : google)

"Sayang, kamu sudah datang" sambut sang bibi di ambang pintu unit apartemen. Koper koper yang berisi pakaian Stella ia masukan ke dalam unit yang sudah lama menjadi rumah barunya setelah ditinggal sang ayah.

"Halo, bibi Mey. Apa Stella mengganggumu?"

"Tidak, sayang. Ayo makan dulu. Kebetulan bibi baru selesai memasak"

"Bibi memang tau kesukaanku" sumringah Stella saat melihat opor ayam kesukaannya.

"Makanlah yang banyak. Bibi tau kamu cukup kesulitan bertahan hidup sendirian di negri orang"

Keesokan hari

Stella dan bibi Mey datang lebih awal. Itu karena bibi Mey akan menjelaskan detail pekerjaan dan cara menyusun dan memisahkan laporan dan proposal sesuai tanggal dan waktu dimana yang terkini adalah yang berada di paling atas atau paling depan, dan tata letak penempatan box berkas, tempat pinsil atau posisi laptop harus presisi dan tidak boleh miring.

Bibi Mey menjelaskan jika bos nya ini adalah seorang perfeksionis pada urutan dan tata letak suatu benda dan memiliki sedikit kelainan pada kecemasannya.

"Kamu tunggu di dalam saja. Bibi mau ke ruangan HRD untuk ikut menseleksi calon pelamar" titah bibi Mey yang tergesa berjalan kearah lift untuk turun ke lantai divisi HRD berada.

Stella melihat lihat setiap sudut ruangan sang Presdir yang tertata saaaaaangat rapi.

Telunjuknya mencolek rak buku sebatas lehernya yang ternyata tanpa debu setitikpun menempel disana.

"ck ck ck.. bahkan debu pun malas berada satu ruangan dengan pria tua kejam itu" decak Stella bermonolog.

Dia lantas memindai rak buku yang tingginya hingga hampir langit langit ruangan.

"Buset, ini rak apa tangga. Tingginya kebangetan. Gimana cara ngambilnya?" Stella lantas melihat samar samar sebuah buku dengan judul yang menarik perhatiannya.

Buku yang dulu pernah menjadi favoritnya berjudul 'Secret Admirer'.

Dia lantas berjinjit, berharap heels 5cm nya bertambah tinggi 5cm lagi.

"Ah, tangga. Gak mungkin orang bikin beginian kalo gak pake fasilitas pendukung."

Stella lantas mengitari rak dan dia menemukan tangga kayu yang memang diperuntukan mengambil dan menyimpan buku ke rak yang berada jauh dari jangkauan.

"Gak mungkin kan aku berharap ada laki laki cakep bantuin ambil buku di rak atas trus saling tatap kek di pilem pilem drakor itu" masih bermonolog sambil menarik titian tangga yang tingginya sekitar 50cm.

"Hah, dapet. Apa ku bilang. Mana ada cowok kek gitu" dia lantas membuka buku itu diatas titian. Tak berniat membawanya duduk.

"Buku ini.." dia melihat noda yang sama dengan yang diingatnya sewaktu sekolah. Lalu membuka halaman paling belakang.

"Ini kan buku perpustakaan sekolah"

Stella lalu mengembalikan buku itu ke tempatnya semula lalu turun dan hendak mengembalikan titian itu. Namun nahas, karena terburu buru dia menjatuhkan beberapa buku.

"Mampus" gumamnya.

"Apa yang kau lakukan?" seru suara baritone yang tiba tiba berada dibelakangnya.

"Ah? bisakah kamu menolongku? apa kamu tau urutan buku bukunya? aku tau aku ceroboh, kali ini saja bantu aku sebelum laki laki tua itu datang" bisiknya sambil memohon dan melihat kumpulan buku yang berserakan. Dia lupa tak menghafal urutannya.

"Laki laki tua?"

HAI HAI HAAAAAI

KETEMU LAGI SAMA KARYA BARUKU

JUDUL INI DIIKUTKAN LOMBA YA BEIBZ

TOLONG BANTU VOTE YA

JAN LUPA LIKE N COMMENT

SEMOGA SYUKAAAA

😘😘😘

Terpopuler

Comments

Rohayani Yani

Rohayani Yani

mampir kesini dulu thor setelah ngakak dicerita Aurel

2024-03-02

0

Fajar Ayu Kurniawati

Fajar Ayu Kurniawati

.

2024-01-02

0

Bun SanMar

Bun SanMar

laki laki tua ada di depanmu

2023-11-23

0

lihat semua
Episodes
1 Laki Laki Tua
2 Jinak?
3 Malaikat Pencabut Nyawa
4 Bertemu dengannya
5 Hadiah Untuk Ayah
6 Satu Satunya
7 Bibi Mey
8 Kado Ultah
9 Jatuh Cinta Ituu...
10 Ditembak?
11 Aku Mau Ayahku
12 Tidak Akan Mengembalikan Ayah
13 Munafik
14 Takut Jatuh Cinta
15 Menjauhlah
16 Ancaman Lusi
17 Secret Admirer
18 Muslihat Lusi
19 Tanda Perpisahan
20 Pernikahan Tak Diinginkan
21 Pergi
22 Melupakanku
23 Menghormati Orangtua
24 Pecel Lele
25 Bukan Melamar Pekerjaan
26 Permintaan Deri
27 Kedatangan Lusi
28 Tukang Ngadu
29 Pecat Aku
30 Gadis Rendahan
31 Aku Mau...
32 Mungkin Akan Membalas
33 Kembali Ke Sekolah
34 Hati hati Dengan Sekertarisnya
35 Jadi Pelakor
36 Panggil Tuan Besar
37 Pulang Ke Rumah Besar
38 Lelaki Idaman
39 Membawanya Pulang
40 Sarapan Buatan?
41 Aku Ikut
42 Ikut Meeting
43 Peringatan Stella
44 Salah Minum Obat
45 Memilih Bunuh Diri
46 Imbalan
47 Kakak Madu
48 Tolong Aku
49 Setan Cabul
50 Menjagamu
51 David Mengancam Balik
52 Ikhlas
53 Terpisah
54 Obsesi Deri
55 Bukti Pengakuan
56 Membimbing
57 Meeting Berdua
58 Wejangan
59 Rumor
60 Pelet
61 Tugas Istri
62 Bukan Ibunya Lagi
63 Pelampiasan
64 Maaf
65 Honey Moon Plus?
66 Merdu
67 Menjalankan Tugas
68 Kunci Pintu
69 Linglung
70 Omelan Istri
71 Makan malam
72 Tensoplas
73 Nasib
74 Memberi Pelajaran
75 Mimpi
76 Perdebatan Suami Istri
77 Rudolph
78 Sapu Tangan
79 Sebel
80 Memberi Kejutan
81 Menghilang
82 Kabar Gembira?
83 Mencari
84 Setitik Harapan
85 Berhasil Menyelamatkan Diri
86 Di Bandara
87 Kena Karma
88 Janji Deri
89 Si Biru
90 Angan Yang Nyata
91 Memaafkan
92 Murka Wiliam
93 Ungkapan Terima Kasih Wiliam
94 Efek Belum Tidur
95 Sial
96 Menggertak
97 Meeting Mengejutkan
98 Anak IPA
99 Kedatangan Imelda
100 Masih Imelda
101 Nasib Imelda
102 Membuat Makan Malam
103 Drama Realita
104 Rela Dimanfaatkan
105 Mengidap Penyakit Serius
106 Yoda
107 Topeng
108 Pilihan
109 Tumbuh Lagi?
110 Cari Cewek Cantik
111 Main Ular Di Tangga
112 Kontraksi
113 Spin Off
114 Mengusir
115 Caraku Mencintaimu (END)
116 Beautiful Impostor
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Laki Laki Tua
2
Jinak?
3
Malaikat Pencabut Nyawa
4
Bertemu dengannya
5
Hadiah Untuk Ayah
6
Satu Satunya
7
Bibi Mey
8
Kado Ultah
9
Jatuh Cinta Ituu...
10
Ditembak?
11
Aku Mau Ayahku
12
Tidak Akan Mengembalikan Ayah
13
Munafik
14
Takut Jatuh Cinta
15
Menjauhlah
16
Ancaman Lusi
17
Secret Admirer
18
Muslihat Lusi
19
Tanda Perpisahan
20
Pernikahan Tak Diinginkan
21
Pergi
22
Melupakanku
23
Menghormati Orangtua
24
Pecel Lele
25
Bukan Melamar Pekerjaan
26
Permintaan Deri
27
Kedatangan Lusi
28
Tukang Ngadu
29
Pecat Aku
30
Gadis Rendahan
31
Aku Mau...
32
Mungkin Akan Membalas
33
Kembali Ke Sekolah
34
Hati hati Dengan Sekertarisnya
35
Jadi Pelakor
36
Panggil Tuan Besar
37
Pulang Ke Rumah Besar
38
Lelaki Idaman
39
Membawanya Pulang
40
Sarapan Buatan?
41
Aku Ikut
42
Ikut Meeting
43
Peringatan Stella
44
Salah Minum Obat
45
Memilih Bunuh Diri
46
Imbalan
47
Kakak Madu
48
Tolong Aku
49
Setan Cabul
50
Menjagamu
51
David Mengancam Balik
52
Ikhlas
53
Terpisah
54
Obsesi Deri
55
Bukti Pengakuan
56
Membimbing
57
Meeting Berdua
58
Wejangan
59
Rumor
60
Pelet
61
Tugas Istri
62
Bukan Ibunya Lagi
63
Pelampiasan
64
Maaf
65
Honey Moon Plus?
66
Merdu
67
Menjalankan Tugas
68
Kunci Pintu
69
Linglung
70
Omelan Istri
71
Makan malam
72
Tensoplas
73
Nasib
74
Memberi Pelajaran
75
Mimpi
76
Perdebatan Suami Istri
77
Rudolph
78
Sapu Tangan
79
Sebel
80
Memberi Kejutan
81
Menghilang
82
Kabar Gembira?
83
Mencari
84
Setitik Harapan
85
Berhasil Menyelamatkan Diri
86
Di Bandara
87
Kena Karma
88
Janji Deri
89
Si Biru
90
Angan Yang Nyata
91
Memaafkan
92
Murka Wiliam
93
Ungkapan Terima Kasih Wiliam
94
Efek Belum Tidur
95
Sial
96
Menggertak
97
Meeting Mengejutkan
98
Anak IPA
99
Kedatangan Imelda
100
Masih Imelda
101
Nasib Imelda
102
Membuat Makan Malam
103
Drama Realita
104
Rela Dimanfaatkan
105
Mengidap Penyakit Serius
106
Yoda
107
Topeng
108
Pilihan
109
Tumbuh Lagi?
110
Cari Cewek Cantik
111
Main Ular Di Tangga
112
Kontraksi
113
Spin Off
114
Mengusir
115
Caraku Mencintaimu (END)
116
Beautiful Impostor

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!