"Papi pergi dulu ya, kalian baik- baik di rumah ya" ucap irfan
" Ya pi, papi hati - hati ya jaga kesehatan disana" indira
" Ya mi"
" Jaga istri kamu kevin, saat papi pulang nanti papi akan tepati janji nya dan kamu memberikan kabar baik ya"
" Papi tenang aja, aku akan menjaga nya dengan baik"
" Ya sudah kalo begitu, Papi tinggal ya amira titip kevin ya"
" Ya pi"
Akhirnya nya irfan pun pergi meninggalkan kediaman ini, kevin pun ikut pergi juga karena ia akan ke kantor jesika sudah pergi duluan karena masuk pagi di kampus.
Tinggal aku dan mami di sini, aku sangat canggung karena aku belum tahu mami menyukai ku atau tidak.
" Ayo masuk mira"
" Ya mi"
Kami pun masuk ke dalam rumah.
" Mami istirahat dulu ya mir, mami kurang sehat soal nya"
" Ya mi"
mami pun pergi ke lantai dua menuju kamar nya, aku pun menuju ke belakang untuk membantu mbok inem mengerjakan pekerjaan rumah.
***
"Sayang" sapa seorang wanita cantik berambut panjang dengan balutan dress selutut yang sedikit pas di badan nya yang menunjukkan lekuk tubuh nya yang indah.
" Ya ampun sanyang bikin aku terkejut aja " jawab kevin yang memang terkejut akan teriakan itu.
" Maaf deh yank, soal nya aku ada kabar gembira buat kamu jadi lupa ketuk pintu" ucap nya dengan manja lalu duduk di pangkuan kevin sambil mengalungkan tangan nya di leher kevin.
" Kabar gembira apa amelia ku sayang" tanya kevin dengan lembut sambil mencubit pipi nya
Amelia putri kekasih kevin ricardo mereka sudah pacaran selama 3 tahun.
Amelia pun membisikan sesuatu di telinga kevin membuat kevin terkejut dengan kabar nya.
" Kamu serius yank?" tanya kevin dengan nada agak sedikit tinggi
" Ya sayang, apa kamu gak senang mendengar kabar ini?" jawab amel dengan suara sedih
" Tentu saja aku senang sayang, aku hanya terkejut dengan kabar ini" kata kevin sambil mencium bibir amel sekilas.
" Jadi kapan kamu akan ke rumah yank" tanya amel dengan nada manja nya sambil menggoda kevin dengan gunung kembar nya.
" Segera sayang, kamu jangan khawatir " jawab kevin sambil memeluk tubuh amel.
" Kamu gak akan bohong kan yang"
" Gak sayang, setelah urusan ku selesai aku akan segera ke rumah mu" jawab nya namun tangan kevin sudah mulai nakal.
" Aku akan tunggu janji kamu ya yank"
" Ya sayang " kata kevin dengan ******* bibir seksi amel, saat mereka sedang dalam nafsu yang tinggi tiba-tiba saja pintu nya di ketuk.
tok
tok
Mereka pun langsung melepaskan diri dan merapikan baju nya.
" Masuk" jawab kevin dengan nada dingin.
" Maaf mengganggu pak, rapat sudah mau di mulai" ucap intan sekretaris kevin
" Baik lah" jawab kevin lalu intan pun pergi lagi.
" Aku pergi rapat dulu ya, kamu mau disini atau mau pulang ?"
" Hem.. aku mau belanja ke mall aja deh karena hati ku lagi bahagia jadi aku mau merayakan nya" jawab amel dengan manis.
" Baik lah, tapi kamu harus hati-hati ya"
" Ya sayang "
Amel dan kevin pun keluar dari ruangan bersama.
***
" Non biar si mbok aja lo yang bersihkan"
" Gak apa-apa lo mbok, mira suka melakukan nya jadi mira gak merasa bosan"
" Tapi nanti non jadi kotor"
" Gak apa mbok"
Amira sedang membersihkan taman di belakang ia menanam beberapa bunga karena taman yang di belakang cuma ada tanaman pohon saja.
Saat sedang asik menanam bunga ada yang memandang nya dengan pandangan benci tak suka dengan amira.
Setelah selesai membereskan taman amira pun duduk di bangku yang ada di taman itu sambil menikmati hari.
Drett
Drett
ponsel amira berdering ia segera mengambil nya dari saku gamis nya, di keluar kan ponsel butut model lama, ya amira tak memiliki ponsel canggih seperti anak jaman sekarang ia cuma memiliki ponsel yang hanya bisa menelepon dan mengirim pesan saja.
Amira pun mengangkat panggilan tersebut.
" Assalamualaikum bu" ucap amira
" Waalaikumsalam ndok, bagaimana kabar kamu disana nak? " tanya imah ibu nya amira.
" Alhamdulillah, mira baik bu. ibu sama bapak apa kabar?"
" Kami baik nak, apakah kamu betah disana nak? "
" Mira betah kok bu, alhamdulillah kalo ibu sama bapak sehat"
" Bagaimana dengan suami dan keluarga nya pada mu nak? "
" Mereka semua baik kok sama mira bu, ibu gak perlu khawatir "
" Syukur lah nak kalo begitu "
" Bapak mana bu, mira kangen sama bapak!"
" Bapak masih di sawah nak belum pulang "
" Ya sudah kalo begitu, titip salam ya bu buat bapak"
" Ya nak, sudah dulu ya nak ibu mau masak kamu baik-baik disana ya nak, jaga diri kamu ya"
" Ya bu, maaf mira belum bisa membantu ibu ya"
" Ya nak gak apa-apa"
" Assalamualaikum "
" Waalaikumsalam "
sambung telepon pun terputus, amira hanya melihat ponsel nya yang layar nya sudah gelap.
" Maaf kan mira bu" ucap nya lirih.
Keluarga amira tinggal di sebuah pedesaan mayoritas warga di sana adalah petani.
Biasa nya amira yang akan membantu ke dua orang tua nya di ladang, bila pekerjaan amira sudah selesai ia akan membantu bapak nya di sawah atau di ladang.
Amira sendiri hanya bekerja serabutan karena disana masih pedesaan jadi agak susah mencari kerjaan.
Walaupun bekerja serabutan amira selalu bersyukur dengan rezeki yang ia dapat sikit banyak nya yang kita dapat akan sangat bermakna kalo kita pandai bersyukur atas nikmat itu.
Walaupun keluarga amira hidup dalam kekurangan namun mereka selalu bahagia dengan itu semua.
Itu semua karena rasa syukur mereka atas nikmat yang di berikan, bila kita memiliki penghasilan banyak namun tak bisa bersyukur hati kita akan terasa kosong dan merasa kekurangan dan tak cukup.
Itu lah ego manusia yang serakah, merasa tak cukup dengan apa yang di berikan tuhan selalu merasa kurang menginginkan lebih dari yang ia terima.
" Hem, apa aku cari kerja aja ya biar bisa bantuin ibu sama bapak"
" Tapi kerja apa ya, aku aja gak tau jalan disini keluar rumah aja baru kali ini ke rumah mertua "
" Tapi kalo aku gak kerja kasih ibu sama bapak di kampung mereka akan sangat capek kalo terus berladang, aku sangat khawatir pada mereka"
Amira merasa dilema ia ingin bekerja namun ia tak tahu jalan sama sekali, karena ini baru pertama kali nya ia ke kota bwsarr.
Selama ini ia hanya tinggal di desa yang jauh dari kota, saat ia tinggal di kota ia malah buta arah"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments