Bukan Cinderella Biasa

Bukan Cinderella Biasa

Bab 1

Indah, memang tepat untuk pemandangan di depan sana. Itu memang benar, tapi mungkin hati dan pikiranku yang saat ini sedang kosong hingga tak bisa menikmati keindahan itu.

Kuhela napas saat sebuah lenguhan terdengar dari arah belakang. Joan Alexander, pengusaha muda pemilik tubuh ini.

Terkejut? Santai, seperti inilah hidupku. Menjual tubuh demi segepok uang untuk memenuhi perut kami.

Tragis? Mungkin, apa aku menikmati? Tentu saja, ada kemewahan yang dulu mungkin tak pernah aku bayangkan.

Mengendarai mobil mewah, mengenakan pakaian, tas bahkan sampai pakaian dalamku pun harganya fantastis.

Bangga? Hei itu hanya simbol penutup segala kebusukan kelakuanku.

Ha ... Ha ... Jangan iri, ada harga yang harusku bayar untuk mendapatkan semua itu.

Cacian salah satunya. Perempuan malam dan wanita murahan itu salah satu panggilanku, jika kalian paham pekerjaanku.

Meski begitu bolehkan aku membela diri sedikit, tak kujual tubuh ini ke semua lelaki hidung belang, hanya dia ... Joan Alexander satu-satunya pria yang pertama mencicipi diri ini hingga sekarang.

Bolehkan aku berbangga hati jika aku wanita penghibur yang terhormat?

Aku berbalik, tersenyum, topeng yang harus terus aku pakai saat di hadapannya. Tuan muda ini tidak suka dengan wajah cemberutku, meski hati tengah dilanda sedih, dia tak akan peduli bagaimana tangisanku.

"Aku butuh uang Beib," rayuku sambil merangkak mendekatinya. Ranjang King Size ini sangat besar jika hanya untuk ditiduri kami berdua.

Namun percayalah, permainan gilanya di ranjang ini, akan membuat keadaan ranjang itu berantakan seperti terkena badai.

Dia melirik tajam? Apa aku terlalu tergesa-gesa ya?

Ah, sudahlah, toh aku memang lacur bukan? Untuk apa berbasa-basi. Dia juga lelaki yang tak suka jika aku berbasa-basi.

Kupeluk tubuhnya, menyandar pada dada bidangnya, nyaman? Tentu saja, sayangnya bukan lelaki ini yang kuinginkan untuk tetap terus bersama hingga rambut ini memutih.

Apa aku masih memiliki harapan untuk masa depan? Sepertinya tidak, masa depanku berhenti ketika umurku tepat dua puluh tahun, menyedihkan bukan?

Ulang tahun yang seharusnya menjadi momen membahagiakan untukku, tapi takdir berkata nestapalah yang harus aku rasakan.

Ya, tepat hari itu pula kurelakan mahkota berhargaku untuk sejumlah uang. Di saat para gadis menjaganya untuk pasangan halal mereka, aku justru menukarnya dengan uang.

Mau bagaimana lagi, hidup tak selamanya indah seperti dongeng di buku cerita, bukan?

Kalian tidak tahu bagaimana aku berusaha bertahan hidup dengan ketakutan dan kemalangan ini.

Beberapa kali mencoba ingin mengakhiri hidup ini, andai aku tak memikirkan kesehatan ayahku. Satu-satunya keluarga yang aku miliki meski dia sering menyakitiku.

Joan, melepaskan pelukanku dan mengecup mesra dahiku. Hemm ... Manis sekali, sayang sekali ini hanya topeng kami.

Tubuh indah itu berdiri meninggalkanku tanpa sehelai benang pun. Berjalan menuju ruang membersihkan diri yang juga sama besar.

Entahlah, orang kaya mungkin suka dengan sesuatu yang serba besar, mewah dan luas mungkin.

Aku memilih tetap merebahkan diri di ranjang, kubuka ponsel yang sejak semalam aku asingkan di nakas.

Beberapa pesan membuatku tersenyum, sedikit kegembiraan di hidupku yang suram ini.

Kuketik balasan pada Dila sahabatku. Tentu saja aku merindukan dia, kami jarang bertemu akhir-akhir ini, semenjak dia sudah memiliki sugar Dady baru.

Kalian pasti tertawa, menganggap orang sepertiku tentu saja circle pertemananku tak jauh dari wanita penghibur lainnya.

Terserah kalian, tapi kami, terutama aku dan Dila, punya masa lalu yang tak pernah kalian bayangkan, jadi baca sajalah.

Satu lagi pesan yang ingin sekali kubuka. Namun ibu jariku mendadak kelu, kugigit bibir bawah untuk meredakan rasa gugup.

Air mata ini sungguh menyebalkan, baru melihat nama itu saja, mataku sudah berembun. Sial, tak bisa di ajak kerja sama. Saat ini aku masih bekerja, dan harus selalu tampak bahagia, bisa kacau segalanya jika aku bersedih.

Gegas kuusap kasar dan kukipas-kipas wajah ini untuk segera mengeringkan air mata.

Aroma maskulin langsung menguar ketika Joan membuka pintu kamar mandi. Wangi sekali, meski bukan kali pertama aku melihat tubuh indah itu, tetap saja pemandangan di depan mata ini selalu membuatku terdiam.

Perut yang tercetak sempurna di sertai dengan otot lengan yang aku yakin dia selalu menjaganya dengan rajin berolah raga.

Belum lagi wajah rupawan idaman kaum hawa di luaran sana dan jangan lupakan tatapan mata tajamnya. Lelaki itu tersenyum miring saat tahu aku menatapnya buas.

"Udah puas?" ledeknya.

Dilemparnya handuk kecil yang sedari tadi digunakannya untuk mengeringkan rambut ke arahku.

Sial! Andai aku bisa mengumpatnya, sayangnya aku hanya bisa tersenyum bodoh saat ini dan melakukan apa keinginannya.

Apalagi jika buka menggosok rambutnya. Menatap punggung lebar itu yang selalu mengungkungku di bawah kendalinya saat kami berbagi peluh benar-benar membuat buyar pikiranku.

Dasar murahan.

"Tiga hari ke depan, Gue ngga bisa nemuin lu! Lita balik,” ucapnya acuh.

Ada yang teriris di sebagian hati ini, meski rasanya tak pantas, kuyakinkan diri untuk sadar di mana posisiku.

Cemburu? Entahlah, aku menyebutnya iri mungkin.

Wanita yang di sebut Joan, Esterlita atau Lita biasa dia memanggilnya, adalah tunangannya. Model papan atas yang aku yakin dia juga dari keluarga kaya lainnya seperti Joan.

Aku tak begitu mengetahui peringkat orang terkaya di negara ini, bagiku sama saja. Mereka pasti pemuja kemewahan dan kehormatan.

Harusnya aku senang, karena itu berarti aku bisa menjadi manusia normal seperti pada umumnya. Bisa menunjukkan segala emosi yang ingin aku keluarkan jika sedang tak bersama dia.

Tapi nyatanya, itu menjelaskan posisiku, di mana aku hanya wanita penghangat ranjangnya.

"Syukurlah, jadi tiga hari ke depan aku ngga kamu pake 'kan?" sambil terkekeh kuucapkan kata untuk meredam ngilu di hati.

Bruk!

Tanpa aba-aba Joan berbalik dan menjatuhkanku. Mengangkat kedua tangan ini sejajar dengan kepala. Otakku mendadak berhenti seketika, tapi kucoba untuk kembali berpikir.

Apa aku tadi salah bicara? Sepertinya begitu.

Tatapan nyalang itu menghujam dadaku yang saat ini terekspos indah. Dua buah bukit kesukaannya seakan menantang.

Debaran itu tak kunjung usai, oh ayolah otak bekerja samalah, saat ini Joan seperti akan memangsamu hidup-hidup.

Aku kembali tersenyum seperti orang bodoh, meski tatapan ketakutan yang pasti dia lihat, jika dia peka.

"Hei, bukannya kamu ada rapat penting hari ini?" rayuku.

Dia memejamkan mata, meski giginya saling bergemeletuk di dalam sana. Sepertinya dia tengah menetralisir emosinya.

Bodoh, kenapa aku membuat singa jantan ini kesal. Bisa-bisa aku tak bisa berjalan dengan baik jika dia melampiaskan has*ratnya saat ini.

Tiba-tiba dia kembali membuka mata dengan bibir yang di angkat sebelah. Sungguh, itu sangat menakutkan.

Yang bisa kulalukan hanya menelan kembali salivaku.

.

.

.

Tbc.

Terpopuler

Comments

Ida. Rusmawati.

Ida. Rusmawati.

/Smile/

2024-05-06

0

Miswa Ryani

Miswa Ryani

dibalik gemerlapnya wanita malam, ada kisah pilu tak nampak permukaan,,
kita simak check this out 👉👉👉

2023-01-28

1

Baihaqi Sabani

Baihaqi Sabani

mmpir.......seru kyy tpi miris sedih karakter cweyaaaaa😭😭😭😭

2022-10-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!