"Jadi, apakah sekertaris mu itu single?" tanya Murad menyelidik.
"Mana aku tau, aku tidak mengurusi kehidupan pribadi sekertaris ku. Kami bekerja profesional." jawab Prasetya.
"Ya, aku percaya. Seorang Prasetya Aditama tidak akan selingkuh kan. Kau sudah sangat beruntung punya istri secantik dan sesolehah Haningrum. Jika aku jadi kamu. Aku juga tidak akan main main dengan perempuan lain. Biasanya jika seorang wanita sudah setia seperti Haningrum, jika di khianati, dia tidak akan bisa mentolerir kesalahan seorang suami yang selingkuh." ujar Murad. Dan, perkataan Murad membuat jantung Prasetya langsung berdetak lebih cepat.
Brengsek, apa kamu sedang menakuti-nakuti aku Murad, desis Prasetya dalam hati. Merasa sedikit resah saat Murad mulai membicarakan sesuatu yang membuat Prasetya takut.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Berada di dalam mobi, Prasetya yang saat itu sedang mengendarai mobilnya untuk menuju ke arah pulang. Kembali memikirkan kejadian pada malam di mana dirinya dan Kinanti melakukan sebuah hubungan terlarang.
Dan perkataan Murad sudah benar-benar membuatnya khawatir.
Sejak kejadian di kamar hotel itu, Prasetya setiap malam tidak bisa tidur dengan tenang.
Karena ia takut, apa yang ia khawatirkan akan menjadi kenyataan.
Di tambah lagi ia pernah bermimpi. Dan di dalam mimpinya itu, Kinanti mendatangi rumahnya dalam keadaan perut membuncit. Dan hal itu menjadi sebuah keterkejutan oleh Hanin. Lantas, itu itu menjadi alasan Hanin meninggalkan rumah.
Meskipun itu hanya mimpi, mimpi itu sudah sangat menganggu pikiran Prasetya.
Ia tidak mau kehilangan wanita yang sangat ia cintai itu. Ia tidak akan mau berpisah dengan wanita yang sudah memberikan dia seorang putra tersebut.
Apa yang harus aku lakukan?
Ini sudah seminggu sejak kejadian malam itu. Sepertinya aku harus melakukan sesuatu. Aku harus memastikan Kinanti tidak hamil.
Karena hal itu menjadi satu-satunya ketakutan yang membuat aku khawatir.
Jika dia tidak hamil, maka semuanya pasti akan baik-baik saja. Tetapi jika dia mengandung benih ku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Dan aku bersumpah, aku tidak akan mau mempertaruhkan pernikahanku bersama Hanin demi apapun juga.
Berbagai macam pikiran-pikiran buruk pun terus menggelayuti pikiran Prasetya.
Sesampainya Ia di rumah, seperti biasa, Prasetya selalu menyingkirkan berbagai macam pikiran-pikiran negatif yang ada di kepalanya.
Ia tidak ingin, terlihat stres di hadapan sang istri. Karena sang istri sangat ahli dalam membaca raut wajahnya.
Sebab, Haningrum semasa kuliahnya mengambil jurusan psikolog. Sehingga sangat mudah bagi Hanin untuk menganalisa raut wajah sang suami jika saja Pras tidak berhati-hati dalam menunjukkan sikapnya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Malam itu, setelah memperhatikan sang istri sudah tertidur dengan begitu lelapnya. Pelan-pelan Prasetya beranjak dari tempat tidurnya. Saat ia berinsut dari tempat tidur, tak lupa Pras juga meraih ponselnya yang saat itu ia taruh di atas nakas di sisi tempat tidur.
Dengan sedikit mengendap-endap, Prasetya keluar dari kamarnya.
Malam itu telah menunjukkan pukul 00:30 malam. Dengan berjalan pelan, Prasetya menuruni anak tangga di rumahnya untuk menuju ruang kerjanya yang ada di lantai bawah.
Sesampainya Pras di ruang kerja. Prasetya langsung menutup pintu ruang kerjanya rapat-rapat dan bahkan menguncinya dari dalam.
Setelah memastikan semua kondisi telah aman. Prasetya kemudian mengambil ponselnya yang ia keluarkan dari saku celananya.
Lalu Prasetya nampak menghubungi seseorang. Dan seseorang itu adalah Kinanti.
Kinanti sendiri yang pada malam itu juga belum tidur di kamar kostnya. Merasa heran, karena tidak biasanya Prasetya menghubunginya malam-malam seperti itu.
Kinanti dengan sedikit ragu-ragu akhirnya mengangkat telepon dari bos nya tersebut.
"Malam Pak Pras. Ada apa malam-malam hubungi saya?" Tanya Kinanti dari seberang telepon.
"Maaf telah menghubungimu malam-malam begini. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan terhadapmu. Dan aku harap kamu jujur pada saya dengan sejujur-jujurnya, jangan ada yang kau tutup-tutupi." ucap Prasetya pada Kinanti.
"Memangnya ada apa Pak? Tanya Kinanti nampak penasaran.
"Aku ingin membicarakan masalah kita." Ucap Pras dengan nada suara lemah dari sebrang telepon.
"Bukankah saya sudah pernah bilang, jangan pernah lagi membahas soal itu Pak. Saya sudah melupakannya, Pak Pras jadi jangan ungkit-ungkit lagi masalah itu." ujar Kinanti.
"Aku juga sebenarnya tidak ingin mengungkit-ngungkit masalah itu. Tapi beberapa hari ini pikiranku sangat kacau. Aku takut dan ada sebuah rasa kekhawatiran yang selalu menghantuiku. Dan itu tentang kamu." jelas Prasetya pada sang sekertaris yang sudah bersamanya dua tahun ini.
"Maksud Bapak apa? Saya jadi bingung."
"Hari ini tepat seminggu setelah kita tidur bersama dengan tidak sengaja di hotel itu. Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu tidak hamil Kinanti." tandas Prasetya pada Kinanti dengan sangat hati-hati.
Dari seberang telepon, Kinanti terdiam. Ia sendiri juga bingung harus menjawab apa kepada Prasetya.
Karena kejadian itu baru seminggu. Kinanti juga tidak tau, apakah dia hamil atau tidak.
"Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Bapak. Dan saya juga tidak tahu saya hamil atau tidak. Saya juga tidak merasakan sesuatu yang terjadi pada tubuh saya. Misal sebuah pertanda mual atau pusing atau semacamnya." tukas Kinanti menjelaskan.
"Bisakah besok kamu beli alat Tespek. Kamu tes urine kamu. Dan semoga hasilnya negatif, jika hasilnya negatif maka aku akan tenang dan kau pun juga tenang, karena kamu tidak hamil." jelas Prasetya.
Dan ketakutan Prasetya kini juga menjadi sebuah ketakutan untuk Kinanti juga.
Sejenak Kinanti hanya terdiam memaknai kata-kata Prasetya.
Seandainya dia hamil, apa yang harus dia lakukan. Minta pertanggungjawaban Prasetya. Tapi itu suatu hal yang tidak mungkin ia lakukan. Karena Prasetya adalah seorang pria yang sudah punya istri dan juga telah mempunyai seorang anak.
"Kinanti." panggil Prasetya dari sebrang telepon, saat Prasetya tidak mendengar suara Kinanti padahal saat itu mereka masih tersambung.
"Iya Pak."
"Kamu dengar perkataan saya, besok kamu beli tespek, dan kamu tes urine kamu. Setelah kamu mengetes urine mu, segera hubungi saya. Agar saya bisa tau hasilnya." ucap Prasetya dengan tegas.
"Baik Pak, saya akan tes urine saya besok." ucap Kinanti patuh.
"Terima kasih Kinanti, selamat malam, maaf sudah mengganggu malam-malam begini."
Setelah Prasetya selesai menelpon Kinanti. Ia langsung menghapus historis panggilan terhadap Kinanti.
Kemudian ia kembali menuju kamarnya. Dan melanjutkan istirahatnya pada malam itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Shanum❤️
dagdigdug nih akuuu
2022-11-15
1
Sunarti
apa yg ada di pikiran mu Pras.. klo Kinan hamil
2022-11-08
0
Mommy Ghina
masih menyimak dulu
2022-10-19
3