"Aku belum mandi Mas, masih bau asap." Keluh Hanin, yang saat itu di pelukan erat dari belakang oleh Prasetya.
"Kebetulan kalau begitu, Mas juga belum mandi. Kalau begitu kita mandi sama sama ya." Ajak Prasetya.
"Kalau mandinya sama sama, nanti pasti tidak selesai selesai di dalam kamarnya mandi."imbuh Hanin.
"Ngak boleh bantah kalau suami sudah ngajak." Ucap Pras. Yang tau tau sudah membopong tubuh Hanin kedalam gendongannya. Dan membawanya ke kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi. Mereka benar-benar mandi bersama.
Pasangan suami-istri itu kini sedang berada di bawah guyuran air shower hangat di kamar mandi.
Awalnya, Prasetya berdiri membelakangi Hanin. Sejurus kemudian, ia berbalik badan dan menghadap ke arah sang istri.
Begitu wajah mereka saling berhadap-hadapan. Dan kedua mata itu saling tatap. Baik Prasetya dan Hanin kemudian saling mendekatkan wajah mereka. Dan, saling berciuman pun tak terelakkan.
Di bawah guyuran air shower yang mengalir deras kala itu. Sepasang suami-istri itu nampak sedang berciuman dengan mesra dan penuh gairah.
"Aku sangat sayang dengan mu Haningrum. Berjanjilah untuk tidak pernah meninggalkan aku. Meski apapun yang terjadi." bisik Prasetya pada sang istri tercinta.
"Mas selalu bicara seperti itu. Padahal tidak perlu berjanji pun aku akan selalu setia sama kamu Mas. Aku tidak perlu berjanji. Aku sudah setia sama Mas." Jawab Hanin sambil menyentuh kedua pipi Prasetya dengan kedua tangannya.
"Aku tidak akan bisa hidup jika tanpa kamu di sisi ku Han. Kamu adalah separuh hidupku. Saat aku menikahi mu dulu. Aku hanyalah seorang karyawan biasa yang tidak punya apa-apa. Sejak aku menikah dengan mu. Aku mencoba untuk bangkit dan membangun perusahaan ku sendiri. Tidak perlu waktu yang lama. Perusahaan ku berkembang. Dan kau tau, itu semua karena kamu."
"Mas salah, apa yang Mas dapat ini semua dari Yang Maha Kuasa, meskipun Hanin juga bantu doa. Aku percaya sama Mas Prasetya. Mas Pras tidak akan pernah aneh aneh di luar sana, iya kan!" Mendengar perkataan Hanin. Prasetya kemudian diam membeku.
"Hanin percaya sepenuhnya sama Mas Prasetya. Kalau Mas itu orangnya sangat setia. Mas tidak akan pernah melakukan hal hal yang bisa membuat hubungan kita retak kan. Misalnya, maaf selingkuh. Mas bebas beraktivitas di luar sana. Karena Hanin sangat percaya Mas tidak akan pernah main perempuan, apalagi selingkuh. Hanin sudah sangat percaya sama Mas. Hanin percaya jika Mas tidak akan melakukan hal-hal semacam itu. Selama Mas Prasetya selalu jujur pada Hanin, tidak ada satu orang pun yang bisa mempengaruhi kesetiaan Hanin sama Mas Prasetya." Tandas Hanin penuh keyakinan.
"Cinta yang Hanin miliki untuk Mas Prasetya adalah sebuah cinta yang tulus. Saat aku memutuskan untuk menerima pinangan Mas Prasetya dulu. Itu karena, Hanin juga sudah memiliki rasa sama Mas Prasetya. Dan saat Mas Prasetya menikahi ku. Aku sudah memutuskan untuk sepenuhnya menjadi seorang ibu rumah tangga. Meskipun saat itu aku juga baru saja lulus kuliah. Aku mantap memutuskan untuk tidak bekerja, karena aku ingin menjadi seorang istri yang bisa mengabdi untuk suaminya. Dan itu aku pegang sampai sekarang Mas. Aku di rumah, mengurus Ali, buah cinta kita dan mengurusi keperluan mu. Dan aku senang melakukannya. Aku merasa, kehidupan rumah tangga kita seperti di berkahi sama Allah. Karena sebagai sepasang suami istri, kita telah sama-sama menjalankan dan kewajiban kita. Bukankah menjalani rumah tangga itu juga untuk ibadah. Dan kita melakukan itu kan Mas." Tutur Hanin dengan penuh kepolosan dan ketulusan.
"Iya Sayang. Kau bidadari ku." Sahut Prasetya. Kemudian, Prasetya nampak kembali menikmati bibir lembut Hanin di bawah guyuran air shower kala itu. Dan sepasang suami istri yang saling mencintai itu kembali bergelayut satu sama lain. Untuk melakukan aktifitas suami istri yang lebih dari sekedar berciuman.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Tempat Kost
Kinanti yang saat itu sedang berada di tempat kostnya. Nampak sedang sibuk di hadapan laptop miliknya.
Ia nampak sedang mengerjakan beberapa pekerjaan kantor yang belum selesai ia kerjakan di kantor.
Sambil menyuapkan makanan ke mulutnya. Kinanti nampak membagi fokus untuk pekerjaan dan juga untuk bersantap makan malam kala itu.
Saat ia sedang mengunyah makanannya, tiba-tiba rasa mual menyeruak dari dalam perut Kinanti.
Sambil membekap mulut dengan kedua tangannya. Kinanti buru buru lari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya saat itu.
Di kamar mandi, Kinanti terlihat susah payah memuntahkan semua isi perutnya yang barusan ia isi.
Mengandung semester pertama kehamilannya. Membuat Kinan mulai merasakan berbagai gejala seperti mual, pusing dan juga badan terasa cepat lelah.
Meskipun begitu, Kinanti tetap berusaha untuk profesional dalam menjalankan tugas nya di kantor. Seperti biasanya, setiap pagi ia bangun dan bersiap untuk bekerja.
Meskipun sebenarnya, ia saat ini tengah gundah dengan status kehamilan yang ia alami.
Karena sejauh ini, tidak ada kejelasan sikap yang di tunjukkan oleh Prasetya terhadap dirinya.
Prasetya sendiri justru terlihat tidak mau tau dengan kondisinya.
Padahal, Kinanti ingin, Pria itu menunjukkan sikap yang setidaknya ia peduli dengan keadaan yang ia alami.
Karena, bagaimanapun juga, benih yang sedang tubuh dan berkembang di rahim Kinanti saat ini adalah benih Prasetya, anak biologis bosnya tersebut.
Ketika Kinanti sedang melamunkan sesuatu tentang Prasetya.
Deringan ponsel miliknya seketika langsung membuyarkan konsentrasi Kinanti.
Kinanti kemudian meraih ponselnya dan mengangkat panggilan telepon tersebut.
Ternyata sambungan telepon itu dari Bapaknya yang ada di kampung.
"Assalamu'alaikum Bapak." Sapa Kinanti pada sang Bapak.
"Waalikumsalam Kinanti. Nduk, Kamu sedang apa?"
"Biasa Pak, Kinan lagi kerja in pekerjaan yang belum selesai tadi siang di kantor" Jawab Kinanti.
"Sudah makan?" Tanya sang Bapak dari sebrang telepon.
"Sudah Pak." Jawab Kinanti, padahal semua isi perutnya barusan ia muntahkan lagi.
"Bapak langsung saja ya Nduk ngomongnya. Ibu sudah cerita sama Bapak tentang apa yang menimpamu. Sebagai seorang Bapak, ada sedikit rasa kecewa yang Bapak rasakan sama kamu Nduk. Tapi ya sudahlah, apapun rasa kecewa itu, sudah tidak ada gunanya jika di lampiaskan. Bapak tau, kamu tidak sepenuhnya salah saat itu. Ibumu sudah cerita semuanya dan sudah cerita banyak sama Bapak. Dan Bapak cuma pesan, Bapak ingin kamu pulang dulu ke kampung. Bapak nggak bisa membicarakan ini lalu sambungan telepon. Jadi Bapak minta kamu izin dulu sama bos mu untuk pulang ke kampung. Carilah alasan yang tepat supaya kamu diizinkan oleh bos untuk pulang. Bapak nggak bisa Nduk, kalau untuk membicarakan masalah ini melalui telepon. Bapak ingin bicara langsung sama kamu." Ucap Bapaknya Kinanti terdengar serius.
"Ya sudah kalau begitu Pak, besok Kinan akan izin sama Pak Prasetya untuk pulang kampung."
"Ya sudah, itu bagus. Hati-hati dalam perjalaan Nduk. Bapak tunggu di rumah."
"Iya Pak." pembicaraan mereka pun kemudian terputus.
Sebaiknya aku memang harus pulang kampung dulu.
Bagaimanapun ini adalah aib.
Aku tidak bisa sendirian menanggungnya. Apalagi Pak Prasetya juga hanya diam saja.
Bersyukurnya Bapak dan Ibu sangat pengertian. Sungguh aku bersyukur punya orang tua seperti mereka. Padahal aku sudah buat malu nama keluarga, terutama Bapak dan Ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Shanum❤️
makin seru nih ,Kapan Hanin tahu ya
2022-11-15
1
Sunarti
pulang saja dan bicara lah sama kedua orng tua mu dng jujur dan Terima aja resiko nya.. Prasetya pun akan kena batunya
2022-11-13
2
KUNCORO'S Days
Yaaaahhh, ngarep nih ye
2022-10-25
1