Murad dan Prasetya

Ketika Hanin sedang mengaduk kopi yang baru saja ia buat. Sebuah belitan tangan kekar melingkar di perutnya. Dan hal itu sangat mengagetkan Hanin.

"Mas!" pekik Hanin kaget.

"Nanti Ali melihat kita. Pemandangan seperti ini tidak baik di liat oleh Ali." protes Hanin.

"Ali sedang asik nonton TV. Pintu dapur sudah Mas tutup. Habisnya, Mas sudah sangat kangen sama kamu Han," desis Prasetya yang sudah menciumi leher sang istri yang di balut jilbab pashmina itu.

"Sabar Mas, nanti aku akan tunaikan kewajiban ku. Sekarang ada Ali, nanti kita tidak tenang jika melakukan sekarang." tutur Hanin, yang memang orangnya sangat peka dengan kebutuhkan seksual sang suami.

Prasetya kemudian melepaskan pelukannya.

"Kau benar-benar istri solehah Han. Mas makin cinta sama kamu." Ucap Prasetya yang kemudian melabuhkan satu kecupan manis pada bibir sang istri sebelum ia berlalu.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Flashback

"Selamat Pras, kamu akhirnya memenangkan tender proyek itu." Ucap Murad para Prasetya. Murad adalah sepupu Prasetya.

"Tanpa bantuan mu, aku tidak mungkin bisa mendapatkan tender ini Murad." ujar Prasetya sambil memeluk sepupunya itu.

"Sama sama, kita ini kan keluarga. Kita juga bergerak di bidang yang sama. Jadi, kita kan harus saling dukung." terang Murad pada Pras.

"Kau punya kehidupan yang sempurna Pras. Istri cantik, sudah di karuniai anak laki laki yang tampan. Perusahaan yang terus maju. Aku sampai iri dengan mu." Prasetya hanya tersenyum mendengar sanjungan dari sepupunya tersebut.

"Menikahlah Murad, umur mu sudah cukup untuk membina rumah tangga. Perusahan mu juga sama maju nya. Bahkan jika di bandingkan dengan perusahaan ku, perusahaan mu jauh lebih besar. Perusahan ku tidak ada apa apanya." jelas Prasetya pada Murad.

Mendengar pujian tidak lah membuat hati Murad bangga. Pujian itu hanya di tanggapi senyum kecut oleh Murad.

*Andai saja jika kau tau isi hati ku Pras, aku malah iri dengan mu.

Kau punya istri yang sangat baik dan solehah. Kau punya anak laki laki yang tampan. Kehidupan rumah tangga yang sangat harmonis*.

Saat kita bertemu dalam acara keluarga. Kehidupan mu lah yang selalu menarik untuk kami perbincangkan.

*Dan kau tau Pras, aku sebenarnya sudah lama naksir Haningrum.

Tapi malah keduluan kamu yang melamarnya*.

Hanin adalah sosok wanita solehah idaman ku sejak aku mengenalnya saat ia masih kuliah dulu. Dan sudah sejak lama aku mendambanya untuk di jadikan istri.

*Di saat aku akan melamarnya, kau malah sudah melamarnya duluan.

Dan sekarang, kau hidup bahagia bersama Hanin*.

Padahal, aku juga tau. Hanin itu tidak pernah pacaran dengan siapapun. Jadi, dia benar-benar seorang wanita suci.

Saat tau jika Hanin menerima lamaran mu. Aku begitu sakit hati Pras. Kau sudah menyalip ku. Padahal kau juga tau, aku pernah membicarakan tentang Hanin dengan mu.

Dan sekarang kamu hidup bahagia dengan Hanin.

Sedangkan aku, masih tetap sendiri dan hanya bisa menjadi pengagum rahasia istri mu.

"Murad, kok malah melamun." sergah Pras pada sang sepupu.

"Tidak, aku tidak melamun." sergah Murad sambil tersenyum tipis.

"Nanti malam ada party bisnis. Kamu ikut ya. Acaranya di hotel ini juga. Biasalah, acara rilex bersama beberapa rekan bisnis yang lain." ajak Murad.

"Pasti ada penari striptis nya ya. Tidak ah, aku tidak ikut. Hanin pasti marah kalau aku ikutan party party macam itu." jelas Prasetya menolak secara halus ajakan Murad.

"Tidak ada penari striptis. Paling acara minum wine saja. Datanglah, masa kamu tidak datang."

"Aku tidak janji." jawab Pras.

"Ya sudah kalau begitu. Aku pamit dulu ya. Aku harus bertemu klien lagi." tutur Murad sambil menepuk pundak Prasetya sebelum ia pergi.

"Sampai ketemu lagi Murad." ujar Prasetya sambil memeluk sang sepupu.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

"Pak, ada undangan acara jamuan malam malam di lounge hotel nanti malam. Apa Bapak mau hadir?" lapor Kinanti pada Prasetya, yang kala itu sedang menikmati secangkir kopi di kamar hotel nya.

"Oh, nanti aku pikir-pikir dulu. Sebenarnya aku ingin langsung pulang ke Jakarta siang ini. Meeting nya juga sudah selesai. Kamu bersiap siap saja untuk balik ke Jakarta." Tutur Prasetya.

"Baik kalau begitu, saya kembali ke tempat saya ya Pak." lapor Kinanti pada atasannya.

"Ya, nanti aku kabari lagi soal undangan makan malam nya." tutur Prasetya pada Kinanti.

"Baik Pak." Kinanti pun kemudian berlalu.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Karena tidak enak untuk tidak datang pada acara makan malam bersama para kolega bisnisnya pada malam itu. Prasetya akhirnya memutuskan untuk menghadiri acara makan malam di lounge hotel tersebut.

Dalam acara makan tersebut, para bos besar juga mengajak para asistennya untuk ikut membaur dalam acara pada malam itu.

Semakin malam acara tersebut semakin ramai.

"Pras, kau datang." sapa Murad pada Prasetya.

"Ketemu kamu lagi," jawab Pras sambil tersenyum. Murad kemudian memberikan Prasetya satu gelas minuman wine.

"Cherrrr." ajak Murad, mengajak Pras untuk cherrrr up.

"Aku sebenarnya tidak minum." tutur Pras.

"Itu tidak banyak Bro. Kau kira aku juga suka minum. Kita hargai acara ini sambil ikut minum wine nya." ucap Murad, kemudian mereka pun bergabung dengan yang lain di salah satu sudut meja.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

"Kinanti ya." pangil Murad pada Kinanti yang saat itu tengah berada di sebuah meja khusus untuk para sekertaris.

"Iya Pak, saya Kinanti." Jawab Kinan sopan pada Murad.

"Bos mu sedang mabuk di meja sebelah sana. Tolong kamu antarkan Prasetya ke kamar hotel. Kurasa dia tidak sanggup untuk menuju kamar nya sendirian." tutur Murad pada Kinanti.

"Pak Prasetya mabuk! Padahal beliau mau kembali ke Jakarta setelah acara ini." tukas Kinanti.

"Dia tidak mungkin bisa kembali ke Jakarta malam ini. Sopirnya kan kemarin mendadak minta izin pulang, karena istrinya sakit. Ya sudah, jangan banyak pikir. Tolong kamu antar Prasetya sekarang juga ke kamarnya." ucap Murad sedikit bernada ketus pada Kinanti.

"Baik Pak." Kinanti pun patuh.

Kinanti kemudian berjalan menuju sebuah meja yang sudah di tunjukan oleh Murad.

Kinanti kemudian melihat sang Bos sudah terkulai tak berdaya. Dengan posisi kepalanya diletakkan di atas meja.

"Pak, Pak Prasetya." pangil Kinanti.

"Sudah, langsung bawa dia ke kamarnya. Biarkan dia tidur, besok pagi baru kalian balik ke Jakarta." ucap Murad, memerintahkan Kinanti untuk segera membawa Prasetya ke kamarnya.

Terpopuler

Comments

Shanum❤️

Shanum❤️

Yaampun Murad ikut andil disini ternyata ,dia iri ke Pras jadi kayak gitu
kenapa juga harus Kinanti yg nganter ,kamu sendiri bisa kan Murad ? licik bangettt jadi oranggg

2022-11-14

3

Sunarti

Sunarti

dan akhirnya terjadi lah yg seharusnya tdk terjadi mw menyesal

2022-11-07

0

Ghiie-nae

Ghiie-nae

wah bahaya itu, istri kamu mau diincar orang...

salam dari pengantin yang tertukar

2022-10-17

1

lihat semua
Episodes
1 Awal kesalahan
2 Murad dan Prasetya
3 One night stand
4 Mimpi Buruk
5 Parfum lain di kemeja Prasetya
6 Kecanggungan Kinanti dan Prasetya
7 Kesedihan Kinanti
8 Keresahan Kinanti
9 Saling mencintai
10 chemistry
11 Sindiran Murad, kekawatiran Prasetya
12 Tes kehamilan
13 Tentang Kinanti
14 Dua garis merah
15 Rahasia Yang Menjadi Beban
16 Cerita sama Ibu (Bu Lastri)
17 Perhatian Kecil
18 Tamu tak di undang
19 Hanin dan Kinanti
20 Rasa bersalah
21 "Dia anak mu juga"
22 Tuntutan Kinanti
23 Kejanggalan
24 Penyesalan
25 Curhat Sama Ibu
26 Meluruskan masalah
27 Dukungan keluarga
28 Pesan Misterius
29 Brigadir Bagas Pramudya
30 Suami idaman
31 Kekesalan Murad.
32 Mengundurkan diri
33 Terbongkar
34 Hati yang kau sakiti
35 Tidak ada gunanya berbohong
36 Kejujuran Prasetya
37 Menerima kenyataan
38 Perasaan sesama wanita
39 Mencoba berdamai
40 Emosional
41 Hanin vs Kinanti
42 Titik terang
43 Perhatian yang mendebarkan
44 Hanin merajuk
45 Kesabaran Hanin
46 Menyukai Suami orang
47 Dukungan Mama Mertua
48 Bau Parfum Itu Lagi
49 Minta Bantuan Mama
50 Klarifikasi
51 Pertemuan Bu Damayanti dengan Kinan
52 Etikat baik
53 Berubahnya sikap Hanin
54 Merajut kembali rasa cinta
55 Mengundurkan diri
56 Aku bukan pelakor
57 Hanin Pras vs Kinan Bagas
58 Kegundahan hati Hanin dan Kinanti
59 Mengembalikan kepercayaan Hanin
60 Makan malam romantis
61 Duel Murad dan Prasetya
62 Menyapa Kinanti
63 Awal pernikahan (Hanin dan Prasetya)
64 Prasetya di bawa ke kantor polisi
65 Istri luar biasa
66 Julian Anthony
67 Ancaman Hanin pada Murad
68 Setelah satu, dua ujian terlewati
69 Berbalas chat
70 Cinta memang buta
71 Datang berkunjung
72 Bersama mu
73 Godaan sang Pelakor
74 Runtuhnya kepercayaan seorang istri
75 Sakit hati
76 Hampa
77 Kehilangan
78 Pernyataan sikap Prasetya
79 Rindu
80 Masih perang dingin
81 Aib
82 Frustrasi
83 Feel
84 Penyesalan terdalam
85 Dramatis
86 Berusaha lebih baik
87 Berdebar
88 "Aku belum memaafkan mu"
89 Sudah tidak bisa seperti dulu
90 Hubungan yang tidak jelas
91 Curhat Hanin pada sahabatnya Sisilia
92 Keputusan Hanin
93 Dua sisi hati yang berbeda
94 Tidak Mau Berpisah
95 Gara gara hujan dan mati lampu
96 Kita masih suami istri
97 Emosional love on the bed
98 Takut Hamil
99 Menghilangkan Jejak
100 Keputusan Hanin (Tamat)
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Awal kesalahan
2
Murad dan Prasetya
3
One night stand
4
Mimpi Buruk
5
Parfum lain di kemeja Prasetya
6
Kecanggungan Kinanti dan Prasetya
7
Kesedihan Kinanti
8
Keresahan Kinanti
9
Saling mencintai
10
chemistry
11
Sindiran Murad, kekawatiran Prasetya
12
Tes kehamilan
13
Tentang Kinanti
14
Dua garis merah
15
Rahasia Yang Menjadi Beban
16
Cerita sama Ibu (Bu Lastri)
17
Perhatian Kecil
18
Tamu tak di undang
19
Hanin dan Kinanti
20
Rasa bersalah
21
"Dia anak mu juga"
22
Tuntutan Kinanti
23
Kejanggalan
24
Penyesalan
25
Curhat Sama Ibu
26
Meluruskan masalah
27
Dukungan keluarga
28
Pesan Misterius
29
Brigadir Bagas Pramudya
30
Suami idaman
31
Kekesalan Murad.
32
Mengundurkan diri
33
Terbongkar
34
Hati yang kau sakiti
35
Tidak ada gunanya berbohong
36
Kejujuran Prasetya
37
Menerima kenyataan
38
Perasaan sesama wanita
39
Mencoba berdamai
40
Emosional
41
Hanin vs Kinanti
42
Titik terang
43
Perhatian yang mendebarkan
44
Hanin merajuk
45
Kesabaran Hanin
46
Menyukai Suami orang
47
Dukungan Mama Mertua
48
Bau Parfum Itu Lagi
49
Minta Bantuan Mama
50
Klarifikasi
51
Pertemuan Bu Damayanti dengan Kinan
52
Etikat baik
53
Berubahnya sikap Hanin
54
Merajut kembali rasa cinta
55
Mengundurkan diri
56
Aku bukan pelakor
57
Hanin Pras vs Kinan Bagas
58
Kegundahan hati Hanin dan Kinanti
59
Mengembalikan kepercayaan Hanin
60
Makan malam romantis
61
Duel Murad dan Prasetya
62
Menyapa Kinanti
63
Awal pernikahan (Hanin dan Prasetya)
64
Prasetya di bawa ke kantor polisi
65
Istri luar biasa
66
Julian Anthony
67
Ancaman Hanin pada Murad
68
Setelah satu, dua ujian terlewati
69
Berbalas chat
70
Cinta memang buta
71
Datang berkunjung
72
Bersama mu
73
Godaan sang Pelakor
74
Runtuhnya kepercayaan seorang istri
75
Sakit hati
76
Hampa
77
Kehilangan
78
Pernyataan sikap Prasetya
79
Rindu
80
Masih perang dingin
81
Aib
82
Frustrasi
83
Feel
84
Penyesalan terdalam
85
Dramatis
86
Berusaha lebih baik
87
Berdebar
88
"Aku belum memaafkan mu"
89
Sudah tidak bisa seperti dulu
90
Hubungan yang tidak jelas
91
Curhat Hanin pada sahabatnya Sisilia
92
Keputusan Hanin
93
Dua sisi hati yang berbeda
94
Tidak Mau Berpisah
95
Gara gara hujan dan mati lampu
96
Kita masih suami istri
97
Emosional love on the bed
98
Takut Hamil
99
Menghilangkan Jejak
100
Keputusan Hanin (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!