Terlambat bangun

Pagi hari telah menyapa, sinar mentari mulai tampak menyinari bumi meninggalkan kegelapan malam, Arya terbangun dari tidurnya. Laki-laki itu tampak merasa tidak nyaman pada tubuhnya akibat tidur di sofa kamarnya.

Arya terpaksa tidur di sofa karena tidak ingin berdekatan dengan Dira, ia tidak ingin kejadian di Paris terulang kembali, di mana ia terbangun dengan Dira yang sedang memeluknya.

Bahkan Dira sudah membujuknya agar mau tidur satu ranjang, tapi ajakan tersebut tidak diindahkan olehnya. Arya terus membangun benteng agar Dira tidak dapat memiliki celah masuk kedalam hidupnya, karena sekarang saja gadis itu sungguh membuatnya pusing.

"Sialan, badanku sakit semua. Kalau begini terus aku sungguh tidak sanggup. Aku harus pikirkan bagaimana caranya agar gadis itu tidak mengganggu hidupku." Guman Arya.

Seluruh badan Arya terasa sakit akibat tidur di sofa yang tidak bisa menampung tubuhnya yang tinggi, ia terpaksa meringkuk agar bobot tubuhnya muat ketika tidur.

Arya semakin berpikir bagaimana caranya agar ia tidak harus tidur dalam satu kamar, dengan istrinya itu. Jika ia dan Dira terus tinggal di rumah ini pasti keinginan itu tidak akan terwujud. Dapat dipastikan kedua orang tuanya akan melarang keras keinginannya.

"Akh.... pagi-pagi kepalaku sudah pusing gara-gara gadis manja itu." Umpat Arya mengacak-acak rambutnya.

Tak ingin membuat moodnya semakin rusak, Arya memutuskan untuk bersiap ke kantor dan akan memikirkan rencananya nanti saja. Ketika ingin memasuki kamar mandi, Arya menatap sekilas kearah ranjang dimana istrinya sedang tertidur pulas dengan gaya yang jauh dari kata anggun.

"Dasar gadis manja, jam segini masih tidur. Seharusnya dia sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan tapi lihat ini, dia malah tidur pulas. Lihat saja nanti aku akan membuat kamu tidak betah menjadi istriku." Seringai licik terlihat dari senyum sinis laki-laki itu.

Arya kemudian melanjutkan aktivitasnya, tak berniat membangunkan Dira karena ia berpikir percuma Dira bangun yang ada dia semakin emosi karena ulah gadis tersebut.

Sampai Arya selesai memakai pakaian kantornya Dira belum juga bangun, gadis itu terlalu pulas dalam tidurnya mungkin karena terlalu lelah akibat perjalan jauh membuat gadis itu terlambat bangun.

Arya mengambil tas kerjanya dan bergegas keluar kamar, ia segera menuju meja makan menyapa kedua orangtuanya yang sedang menikmati sarapan.

"Pagi mama, papa" Sapa Arya kemudian ikut duduk bergabung dengan kedua orang tuanya.

"Pagi nak, kamu kok sendirian Dira mana?" Tanya Davina.

"Masih tidur, biasalah ma gadis manja jam segini belum bangun. Mungkin di rumahnya dia tidak biasa bangun pagi. Bukannya dia gadis manja yang selalu di layani oleh asisten rumah tangganya." Ucap Arya yang mulai mengoleskan selai di atas rotinya.

"Arya mulut kamu itu pedas bangat sih, Dira itu istri kamu." Ucap Davina menasehati putranya.

"Jangan terlalu mudah dalam menilai orang, apa yang kamu lihat belum tentu benar dan jangan terlalu berburuk sangka pada orang lain, yang kamu kira baik untuk kamu belum tentu baik begitu juga sebaliknya yang kamu pikir buruk untuk kamu belum tentu selamanya buruk. Bisa saja istrimu kelelahan akibat perjalanan jauh, kamu tidak ingat kalau fisik Dira memang lemah. Jadi jangan asal tuduh, terlebih dia istrimu. Bersikap baiklah padanya dan buka hatimu untuk gadis sebaik Dira, jangan sampai kalau sudah pergi baru kamu merasakan kehilangan." Ucap Hendra memperingati putranya.

Arya hanya diam tak mau membantah nasehat orangtuanya, karena percuma saja berbicara dengan kedua orang tuanya yang pasti selalu berpihak kepada menantu pilihan mereka itu.

Setelah obrolan tersebut suasana di meja makan kembali hening, ketiganya menghabiskan sarapannya dengan diam. Arya pamit kepada kedua orang tuanya setelah menghabiskan sarapannya.

Setelah kepergian putra mereka, Davina mulai bersuara mengatakan kekhawatiran dirinya atas sikap Arya yang terlihat tidak menyukai Dira menantu mereka.

"Mas aku takut Arya tidak bisa menerima Dira sebagai istrinya, aku juga takut ia menyakiti Dira. Kita harus bagaimana agar Arya bisa menerima Dira sebagai istrinya." Devina mengungkapkan kegelisahannya.

"Bukannya itu spesialis kamu sayang, kamu sangat tahu cara membuat laki-laki bertekuk lutut kepada seorang wanita. Buktinya aku yang bertekuk lutut dengan cintamu. Bukannya kita sama dengan mereka, menikah karena di jodohkan. Sekarang kamu ajarkan menantu kita cara merebut hati seorang suami agar tidak bisa berpaling dari istrinya." Ucap Hendra tersenyum mengingat kisahnya dengan Davina.

"Apa itu akan berhasil mas, kamu tahu sendiri bagaimana keras kepala anak kamu itu. Aku saja sampai pusing di buatnya." Davina mengeluh dengan tingkah putranya.

"Aku percaya sama kamu sayang. Mulai hari ini kamu bantu menantu kita, buat ia menjadi istri sempurna di mata putra kita. Kamu tahu seperti apa tipe perempuan yang di sukai Arya." Hendra menggenggam tangan istrinya memberi semangat dan kekuatan.

Davina tersenyum dan mengangguk, apa yang di katakan suaminya itu benar ia yakin bahwa Dira adalah pasangan yang cocok untuk putranya. Hanya perlu memoles menantunya sedikit lagi, agar menjadi sosok istri idaman putranya.

Terdengar suara langkah kaki menuruni tangga, membuat sepasang suami istri itu menoleh dan melihat menantu mereka menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

"Sayang jangan lari-lari, nanti kau jatuh." Davina menegur menantunya yang terlihat buru-buru.

Sedangkan Hendra hanya tersenyum melihat tingkah Dira yang menurutnya lucu, dengan tampilan yang acak-acakan dapat di pastikan kalau menantunya itu baru saja bangun dan belum sempat membersihkan diri. Hendra jadi teringat dengan putri mereka yang seumuran dengan Dira, tapi mereka harus ikhlas karena putri mereka sudah bahagia di surga.

Arya mempunyai adik perempuan jika ia masih hidup pasti sekarang seumuran Dira. Tapi adik perempuan Arya tersebut meninggal setelah Davina berhasil melahirkannya ke dunia. Bayi mungil tersebut tidak bisa di bertahan karena lahir prematur dengan kondisi yang memprihatinkan.

"Kamu kenapa lari-lari begitu sayang, bahaya nak." Ucap Davina sembari memberikan segelas air putih untuk menantunya yang terlihat ngos-ngosan.

Dira langsung menerima air tersebut dan langsung meminumnya karena jujur saja tenggorokannya memang terasa kering.

"Mas Arya dimana ma?" Tanya Dira.

"Duduk dulu nak, suami kamu sudah berangkat kerja." Kali ini Hendra yang menjawab pertanyaan menantu mereka.

Dira terlihat sedih setelah mendengar ucapan papa mertuanya, di hari pertama menjadi istri setelah usai bulan madu. Dira malah terlambat bangun, padahal tadi malam ia sudah berencana bangun lebih awal dan menyiapkan segala kebutuhan suaminya. Dira ingin membuktikan kalau ia bukan gadis manja seperti apa yang selalu di tuduhkan suaminya.

Melihat menantu mereka yang bersedih, Hendra memberi kode agar istrinya menghibur Dira.

"Jangan sedih, mama tahu kamu pasti kelelahan akibat perjalanan jauh. Tidak apa, besok kamu bisa bangun lebih awal agar bisa menyiapkan kebutuhan Arya." Davina mengusap punggung menantunya yang terlihat tidak bersemangat.

Terpopuler

Comments

Lily Formosa Lily

Lily Formosa Lily

jhat Arya

2025-01-04

0

lihat semua
Episodes
1 Pengantin wanita kabur
2 Perjanjian pranikah
3 Sah
4 Paris
5 Jalan-jalan
6 Penyakit Dira
7 Pulang
8 Terlambat bangun
9 Belajar masak
10 Makan siang bersama
11 Rencana Arya
12 Pindah
13 Berkunjung ke rumah mertua
14 Jaga Dira untuk kami
15 Janji semu
16 Masa lalu Tari
17 Tidak terkendali
18 Nasehat sahabat
19 Membuka hati
20 Khawatir
21 Perhatian Arya
22 Kencan
23 Terpesona
24 Pergi ke rumah sakit
25 Dokter pengganti
26 Semakin serius
27 Melamun
28 Sudah berapa lama
29 Perdebatan
30 Ceraikan aku
31 Pingsan
32 Manis di bibir
33 Bantu aku masuk ke hatimu
34 Perkataan adalah Doa
35 Mesra
36 Jaga mata jaga hati
37 Bertemu
38 Terlalu manis
39 Asal kamu bahagia
40 Khawatir
41 Mendatangi Bimo
42 Jujur
43 Membongkar
44 Hari bahagia
45 Tatapan maut
46 Kesedihan Dira
47 Perawatan
48 Pakaian Dinas
49 Benih-benih cinta
50 Membaik
51 Tabrakan
52 Kabar buruk
53 Saling mengancam
54 Memilih Diam
55 Tangisan Dira
56 Pesan terakhir
57 Pulang dengan sejuta luka
58 Sandaran ternyaman
59 Bangkit
60 Kembali ceria
61 Berubah
62 Jangan Ganggu Mereka
63 Berhenti Menyalahkan Orang Lain
64 Hadiah
65 Terpesona
66 Aku Mencintaimu
67 Akting
68 Hasutan Tari
69 Berubah
70 Wanita Berkelas
71 Apa Kamu Akan Menceraikannya?
72 Draft
73 Aku Menyesal Menikah denganmu.
74 Diatas Angin
75 Peringatan Keras Istri
76 Rumah Sakit
77 Mengandung
78 Keputusan
79 Menunggu
80 Berjuanglah Demi Anakmu
81 Pulang
82 Bunga dan Dira janjian
83 Hancur
84 Semoga Saja
85 Masa Bodoh
86 Sekali Murahan tetap Murahan
87 Ketahuan
88 Panik
89 Amarah Davina
90 Jangan Mau enaknya saja
91 Melepaskan
92 Kedatangan Tamu
93 Semakin Memanas
94 Jangan Sampai Menyesal
95 Dilema
96 Permintaan
97 Sedikit Egois
98 Amarah Tari
99 Kecewa
100 Permintaan Dira
101 Tidak Terpengaruh
102 Fatamorgana
103 Jatuh Terlalu Dalam
104 Kembar
105 Semuanya Sudah Hancur
106 Bahagiakan Dia
107 Mulai Terungkap
108 Fakta yang Sangat Mengejutkan
109 Membaik
110 Liburan
111 Bintang Jatuh
112 Permainan Sudah dimulai
113 Diambang Kehancuran
114 Draft
115 Hidup Hina Sebagai Narapidana
116 Ketakutan Tari
117 Gugup
118 Arya Mengetahui Semuanya.
119 Detik-detik Kehancuran Tari
120 Menguping
121 Tidak Berkutik
122 Dira Mengetahui Semuanya
123 Kambuh
124 Ungkapan Cinta Arya
125 Ketakutan Arya
126 Bidadari Tak Bersayap
127 Perbincangan Tiga Sahabat
128 Sebelas Dua Belas
129 Suami Siaga
130 Bucinnya Arya
131 Curahan Hati Arya
132 Penantian yang tidak sia-sia
133 Bunga Melahirkan
134 Perioritas Utama
135 Kamu Pasti Kuat
136 Wanita Seutuhnya
137 Anugerah
138 Menjenguk
139 Jalan Pagi
140 Surat Wasiat
141 Arya Marah
142 Panik
143 Draft
144 Operasi
145 Bayi Kembar
146 Hancur dan Terpuruk
147 Koma
148 Nasehat Davina
149 Si kembar sudah boleh di bawa pulang
150 Harapan
151 Tari dan Penyesalannya
152 Ancaman Arya
153 Berjuang sekali lagi
154 Semangat Dari semua orang
155 Memasuki Ruang Operasi
156 Operasi Berhasil
157 Membuka Mata
158 Pertemuan Ibu dan Anak
159 Penantian berujung bahagia
160 Kehidupan Bahagia Dira
161 Vitamin
162 Bertemu kembali
163 End
Episodes

Updated 163 Episodes

1
Pengantin wanita kabur
2
Perjanjian pranikah
3
Sah
4
Paris
5
Jalan-jalan
6
Penyakit Dira
7
Pulang
8
Terlambat bangun
9
Belajar masak
10
Makan siang bersama
11
Rencana Arya
12
Pindah
13
Berkunjung ke rumah mertua
14
Jaga Dira untuk kami
15
Janji semu
16
Masa lalu Tari
17
Tidak terkendali
18
Nasehat sahabat
19
Membuka hati
20
Khawatir
21
Perhatian Arya
22
Kencan
23
Terpesona
24
Pergi ke rumah sakit
25
Dokter pengganti
26
Semakin serius
27
Melamun
28
Sudah berapa lama
29
Perdebatan
30
Ceraikan aku
31
Pingsan
32
Manis di bibir
33
Bantu aku masuk ke hatimu
34
Perkataan adalah Doa
35
Mesra
36
Jaga mata jaga hati
37
Bertemu
38
Terlalu manis
39
Asal kamu bahagia
40
Khawatir
41
Mendatangi Bimo
42
Jujur
43
Membongkar
44
Hari bahagia
45
Tatapan maut
46
Kesedihan Dira
47
Perawatan
48
Pakaian Dinas
49
Benih-benih cinta
50
Membaik
51
Tabrakan
52
Kabar buruk
53
Saling mengancam
54
Memilih Diam
55
Tangisan Dira
56
Pesan terakhir
57
Pulang dengan sejuta luka
58
Sandaran ternyaman
59
Bangkit
60
Kembali ceria
61
Berubah
62
Jangan Ganggu Mereka
63
Berhenti Menyalahkan Orang Lain
64
Hadiah
65
Terpesona
66
Aku Mencintaimu
67
Akting
68
Hasutan Tari
69
Berubah
70
Wanita Berkelas
71
Apa Kamu Akan Menceraikannya?
72
Draft
73
Aku Menyesal Menikah denganmu.
74
Diatas Angin
75
Peringatan Keras Istri
76
Rumah Sakit
77
Mengandung
78
Keputusan
79
Menunggu
80
Berjuanglah Demi Anakmu
81
Pulang
82
Bunga dan Dira janjian
83
Hancur
84
Semoga Saja
85
Masa Bodoh
86
Sekali Murahan tetap Murahan
87
Ketahuan
88
Panik
89
Amarah Davina
90
Jangan Mau enaknya saja
91
Melepaskan
92
Kedatangan Tamu
93
Semakin Memanas
94
Jangan Sampai Menyesal
95
Dilema
96
Permintaan
97
Sedikit Egois
98
Amarah Tari
99
Kecewa
100
Permintaan Dira
101
Tidak Terpengaruh
102
Fatamorgana
103
Jatuh Terlalu Dalam
104
Kembar
105
Semuanya Sudah Hancur
106
Bahagiakan Dia
107
Mulai Terungkap
108
Fakta yang Sangat Mengejutkan
109
Membaik
110
Liburan
111
Bintang Jatuh
112
Permainan Sudah dimulai
113
Diambang Kehancuran
114
Draft
115
Hidup Hina Sebagai Narapidana
116
Ketakutan Tari
117
Gugup
118
Arya Mengetahui Semuanya.
119
Detik-detik Kehancuran Tari
120
Menguping
121
Tidak Berkutik
122
Dira Mengetahui Semuanya
123
Kambuh
124
Ungkapan Cinta Arya
125
Ketakutan Arya
126
Bidadari Tak Bersayap
127
Perbincangan Tiga Sahabat
128
Sebelas Dua Belas
129
Suami Siaga
130
Bucinnya Arya
131
Curahan Hati Arya
132
Penantian yang tidak sia-sia
133
Bunga Melahirkan
134
Perioritas Utama
135
Kamu Pasti Kuat
136
Wanita Seutuhnya
137
Anugerah
138
Menjenguk
139
Jalan Pagi
140
Surat Wasiat
141
Arya Marah
142
Panik
143
Draft
144
Operasi
145
Bayi Kembar
146
Hancur dan Terpuruk
147
Koma
148
Nasehat Davina
149
Si kembar sudah boleh di bawa pulang
150
Harapan
151
Tari dan Penyesalannya
152
Ancaman Arya
153
Berjuang sekali lagi
154
Semangat Dari semua orang
155
Memasuki Ruang Operasi
156
Operasi Berhasil
157
Membuka Mata
158
Pertemuan Ibu dan Anak
159
Penantian berujung bahagia
160
Kehidupan Bahagia Dira
161
Vitamin
162
Bertemu kembali
163
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!