"Ah oma kalau ngomong suka bener deh, Vian jadi makin sayang." balas Vian mengambil tempat duduk di samping mama Vani.
"Gemes banget sih sama cucu Oma satu ini." mama Vani langsung memeluk Vian.
"Ah oma jangan peluk peluk Vian, Vian ini udah gede bukan anak kecil lagi." kesal Vian.
"Makanya kamu minta sama Daddy mommy mu biar di buatin adek, biar kamu bisa lolos dari Oma." balas mama Vani membuat pipi Vanya memerah karena malu, padahal dirinya sudah bukan ABG lagi.
Sedangkan Vano yang mendengar itu mesem mesem gak karuan.
"Sayang kamu dengerkan apa kata mama tadi." bisik Vano pada Vanya yang duduk di sampingnya.
"Tuh Dad, dengerin apa kata Oma, gaspol Dad." ucap Vian pada Vano.
"Vian kamu tahu dari mana hal begituan?" tanya papa William tak menyangka kalau Vian sudah mengerti hal hal yang berbau dewasa.
"Astaga ini lagi opa, apakah opa lupa kalau Vian ini udah SMP, sedangkan di pelajaran IPA waktu SD aja sudah ada materi pembuahan dan yang lainnya." tak habis pikir Vian pada papa William.
"Ah iya, ternyata kamu memang sudah besar. Opa merasa baru kemaren gendong kamu."
"Makanya opa, kalau Daddy sama mommy gak mau buatin aku adik, nikahin saja Om Vino biar opa sama oma ada cucu kecil lagi, biar gak Vian terus aja ya kalian manjain." balas Vian.
Vian memang berbeda dari anak anak yang lain, di saat anak anak yang lain suka di manja, Vian malah risih dengan itu semua.
Mungkin karena dia sudah di manja sedari orok hingga semakin besar dia semakin bosan juga karena tidak bisa bergerak bebas.
"Itu dia yang jadi masalahnya, sekarang Om kamu lagi stres gara gara mau di tinggal menikah ama ceweknya."
"Wah benarkah itu opa, ya sudah kalau gitu Vian pamit ganti baju dulu. Kalian semua tenang saja, soal Om Vino serahkan semuanya pada Vian." ucap Vian dengan pedenya seolah dia bisa menaklukkan Vino.
"Coba saja kalau kamu mampu sayang." suruh mama Vani yang memang tahu bagaimana kelakuan anaknya yang satu itu.
"Mama jangan meragukan bibit Vano." balas Vano yang tahu kalau anaknya pasti akan melakukan hal yang di luar otak manusia.
"Mas kamu itu ya, Vian mommy gak suka ya kalau kamu jahilin Om Vino terus." tegur Vanya karena dia sudah sering melihat bagiamana anaknya ini kalau sudah berhadapan dengan Vino.
"Iya mom, mommy jangan khawatir Vian gak akan apa apain Om Vino kok. Udah ah Vian mau ke kamar dulu, bye kesayangan Vian semua." ucap Vian dan langsung pergi menuju kamarnya yang ada di lantai dua di rumah papa William.
"Papa heran deh, sebenarnya Vian itu mewarisi sifat siapa sih, kadang seperti Vano kadang juga bisa seperti Vanya." bingung papa William memandang kepergian Vian.
"Ya kan emang kita berdua buat itu buat menyempurnakan rumah tangga kita pa, jadi Vian itu adalah perpaduan dari kita berdua." balas Vano.
"Apaan sih kamu kalau ngomong tuh di saring dulu, buat buat emangnya kue apa." omel Vanya.
"Ya kan emang kita buat sayangku, kamu lupa dulu tiap malam kita selalu membuatnya." balas Vano santai.
"Udah udah, kamu ini dari dulu gak pernah berubah Van, ayo sayang kita ke dapur, biarkan mereka berdua dengan dunia gila mereka." lerai mama Vani dan mengajak Vanya untuk pergi ke dapur meninggalkan para suami di sana.
"Iya ma." balas Vanya.
"Mas aku ke dapur dulu." pamit Vanya pada Vano.
"Iya sayang, nanti buatin aku coklat hangat ya." balas Vano.
"Iya mas." Vanya pun langsung pergi ke dapat mengikuti langkah kaki mama Vani.
...**...
Hari pun sudah malam, Amoora sudah pulang sejak sore hari tadi, sekarang dia tengah menunggu kedatangan Lexa dan Lucas di kosannya.
Tok tok tok.
"Iya sebentar." ucap Amoora dan berjalan untuk membukakan pintu kosannya.
"Hai."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 387 Episodes
Comments