"Dah lah gak jadi, mending aku minta ajarin Daddy mu saja." balas Vino malas.
Vino tahu pasti syarat yang di minta Vian itu di luar nalar, kalau tidak minta mobil ya minta uang jajan.
Bukannya Vino pelit kepada keponakannya itu, tapi dia sudah memberikan jatah uang jajan yang jumlahnya tidaklah sedikit setiap minggunya kepada Vian, trus nanti kalau Vian minta lagi yang ada di gak bakalan bisa ngumpulin uang buat nikah, ckckck.
Di usia Vian yang segitu, dia sudah memiliki beberapa mobil sport dan juga motor hasil hadiah dari opa Omanya. Bahkan Vano yang notabenenya Daddy-nya sendiri aja belum pernah membelikan Vian mobil, karena Vano pikir belum saatnya Vian memiliki itu semua.
"Ya sudah, coba aja nanti kalau Daddy mau, Vian yakin sih pasti Daddy gak bakalan mau." balas Vian santai.
"Emang, kan Daddymu sama sifatnya seperti kamu." balas Vino.
Vian tak mengindahkan Om nya lagi, dia terlalu sibuk mengerjakan apa yang dia cari di laptop Vino.
Tok tok tok.
"Vian, Vino ayo makan." ucap Vanya memanggil keduanya untuk makan malam.
"Iya mom/ iya kakak ipar." balas mereka berdua kompak.
"Om nanti ini jangan di hapus ya." ucap Vian sebelum meninggal laptop Vino.
"Hmm." balas Vino.
Setelah itu mereka berdua pun beranjak pergi menuju meja makan untuk melaksanakan makan malam.
...**...
Pagi harinya, Amoora sudah siap dengan kemeja putih dan juga rok span hitam untuk berangkat kerja. Dia bangun pagi pagi sekali untuk menyiapkan segala keperluannya untuk kerja.
"Bismillah semoga aku bisa di terima." doa Amoora setelah dia selesai berdandan.
Setelah meneliti apakah ada yang kurang atau tidak dari penampilannya, dan ternyata penampilannya sudah perfek, baru setelah itu Amoora pergi meninggalkan kamar kosnya.
Disana Amoora belum mengenal banyak orang, karena memang Amoora masih baru di tempat kosnya. Mungkin nanti setelah pulang dari kerja Amoora akan mencoba untuk memperkenalkan dirinya kepada tetangga tetangga sekitarnya.
Amoora berjalan kaki menuju perusahaan tempat dia akan bekerja nanti, dengan menempuh perjalanan hampir sekitar lima belas menit akhirnya Amoora sudah sampai di perusahaan itu.
"Gede banget gedungnya." kagum Amoora saat menatap bangunan yang menjulang tinggi di hadapannya.
Mungkin sekitar ada 20 lantai yang tersusun ke atas, dan ada tulisan William Company di dinding kaca gedung itu.
"Kalau aku memang bisa bekerja di sini menjadi sekertaris, aku yakin banget bisa berangkatkan ibu sama bapak pergi umroh." lanjut Amoora.
Ya, Amoora memang memiliki keinginan untuk memberangkatkan kedua orang tuanya pergi ke tanah suci, karena Amoora pikir kedua orang tuanya sudah banyak berkorban untuk Amoora, maka Amoora juga ingin membahagiakan mereka berdua nanti.
Setelah puas memandangi gedung yang menjulang tinggi itu, Amoora pun memutuskan untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung itu.
"Permisi mbak." ucap Amoora menghampiri resepsionis yang sudah mulai berada di tempatnya.
"Iya mbak, ada yang bisa saya bantu?" balas resepsionis itu bertanya.
"Ini, aku kemarin di suruh ke sini sama mbak Lexa," ucap Amoora sambil menunjukkan kartu nama yang Lexa berikan kepadanya kemaren.
Resepsionis pun menerima kartu itu dan dia terlihat langsung menghubungi seseorang.
"Oh iya, mbaknya bisa langsung naik ke lantai 20, nanti di sana ada ibu Lexa yang sudah menunggu anda." ucap resepsionis itu setelah memutuskan sambungan telepon.
"Baik mbak, terimakasih ya." balas Amoora dan setelah mendapatkan anggukan dari resepsionis itu Amoora pun langsung melangkahkan kakinya menuju lift untuk pergi ke lantai 20.
...*** ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 387 Episodes
Comments
Dahlia Anwar
apakah Dady nya vino bernama varo
2023-03-05
0
💞 NYAK ZEE 💞
wah kalau jodoh ngak bakal kemana ya.....amoora ngantiin lexa jadi sekretarisnya vino.....
bagaimana reaksi mereka bila bertemu.....
2022-10-13
0