BAB 2

Setelah menasehati kedua anakku, Clara dan Alan memapahku menuju kamar. Alan dengan pelan membaringkan tubuhku diatas tempat tidur.

"Bun, istirahat lagi ya" ucap Alan sambil menyelimuti kaki ku.

"Iya nanti Bunda istirahat lagi, tanggung sebentar lagi masuk waktu dzuhur" jawabku sambil tersenyum ke arah Alan.

Sedangkan Clara ikut naik ke tempat tidurku, memiringkan tubuhnya hingga kini ia memdekap tubuhku. Alan, tangannya masih Setia memijat-mijat kaki ku.

"Anak-anak Bunda, harus jadi anak yang sholeh dan juga sholehah ya. Jangan tanam rasa benci kalian kepada Ayah dalam hati. Kita ikhlaskan semuanya pada Allah. Bunda minta maaf, jika kalian harus merasakan sakit seperti ini" ucapku lirih.

"Bunda tak perlu minta maaf, disini Ayahlah yang salah. Alan janji Bun, usai lulus kuliah, Alan akan langsung bekerja. Kebetulan, dosen Alan mempunyai teman yang sedang mencari tenaga kerja untuk di perusahaannya" ucap Alan.

"Masha Allah, alhamdulillah kalau begitu Bang. Jika sudah berpenghasilan, sisihkan sedikit untuk shodaqoh ya"

"Pasti itu Bun. Kalau Alan sudah ada uang, Alan akan bawa Bunda berobat kemana saja, asalkan Bunda bisa sehat seperti sedia kala"

"Terima kasih Bang, Insha Allah Bunda akan segera sembuh" jawabku.

Ya, memang sakit ku ini sulit sekali di sembuhkan. Jika kalian berfikir aku sakit dalam waktu dekat, jawabannya salah. Aku menderita sakit sudah hampir 10 tahun lamanya, kalian tau? Jika aku sembuh dari sakit ini, tak berselang lama aku akan kembali jatuh sakit dengan kondisi yang parah.

Bukan aku tak pernah mengobatinya, aku sudah berbobat kemana-mana. Bukan hanya pengobatan medis, tetapi juga pengobatan non medis sudah aku lakukan. Namun qodarullah, sakit ini tak pernah sembuh.

Mungkin, jika orang lain melihat, aku hanya sakit biasa. Namun, beberapa orang yang pernah mengobatiku bilang jika sakit yang aku derita adalah akibat dari sihir yang sengaja dikirimkan kepadaku.

🌼🌼🌼

Namaku Laila Nur Safitri, sekarang umurku sudah menginjak diangka 43 tahun. Aku memiliki dua orang anak yang bernama Alan Wicaksono dan juga Clara Safina Wicaksono. Alan yang sekarang sedang berkuliah dan sudah memasuki semester akhir, sedangkan Clara, baru saja kelas 3 SMP. Memang, umur Alan dan Clara terpaut cukup jauh.

Aku menikah dengan Mas Aldo sudah cukup lama. Mas Aldo merupakan seorang manager di salah satu perusahaan bonafid di kota ini. Usiaku dan Mas Aldo hanya terpaut 3 tahun saja. Orang-orang sering menganggapku beruntung bersuamikan Mas Aldo.

Selain mapan, Mas Aldo juga terkenal baik, taat beragama dan juga family man. Selain itu, aku juga merasa menjadi wanita yang paling beruntung karena bisa dipersunting oleh Mas Aldo. Apalah aku ini, aku hanya wanita yang berasal dari kampung dan keluarga ku pun hanya seorang petani.

Setelah menikah, aku sungguh di jadikan Ratu oleh Mas Aldo. Limpahan kasih sayang dan juga materi ia berikan kepadaku. Bukan hanya Mas Aldo saja yang sayang dan baik padaku, tetapi Ibu mertua dan juga kakak iparku pun begitu baik dan juga menyayangi ku. Sedangkan Papa mertua, memang sudah lama tiada.

Hidupku benar-benar sempurna dan bahagia. Aku tak pernah kekurangan apapun. Dan itu, sangat aku syukuri sekali. Apalagi, setelah kedua orang tuaku tiada, limpahan kasih sayang dari suami dan juga keluarganya semakin besar padaku. Karena aku hanyalah anak satu-satunya dan tak memiliki sanak family lagi.

Namun, kebahagiaanku itu harus porak poranda setelah iblis berwujud wanita itu datang ke dalam kehidupanku dan Mas Aldo. Ia datang tanpa permisi dan menghancurkan mahligai rumah tangga yang sudah susah payah ku jaga dan ku bangun.

Dan, dari sanalah juga awal penyakit yang menggerogoti tubuhku di mulai. Bukan hanya menghancurkan rumah tanggaku saja, tapi wanita itu juga sudah menghancurkan mental anak-anakku dan juga tubuhku.

Masih segar di ingatanku, walaupun kejadian itu sudah hampir 10 tahun, tapi bayang-bayang kejadian kelam yang harus aku lalui sampai sekarang begitu menancap kuat didalam fikiranku.

Mungkin sekarang, bahasa yang tepat untuk menggambarkan hidupku adalah takdirku berada dalam tangan wanita iblis itu. Mungkin, kematian ku pun kini sudah berada di tangannya.

"Bun, sudah adzan. Kita shalat dulu yuk" ucapan Alan membuyarkan lamunanku.

"Eh, i-iya Bang" jawabku terbata.

"Udah, Bunda jangan banyak melamun. Dek, tolong anterin Bunda ke kamar mandi buat ambil wudhu" titah Alan pada Clara.

"Iya Bang, sekalian Adek juga mau wudhu"

Dengan hati-hati, Clara membantuku turun dari tempat tidur dan dipapah menuju kamar mandi. Ku ambil wudhu dengan khusuk dan tak lupa sambil membaca do'a. Usai wudhu, kini giliran Clara menggambil wudhu.

Selesai berwudhu, aku dan Clara berjalan menuju mushola di dekat ruang keluarga. Ku lihat, Alan sudah duduk diatas sajadahnya sambil memegang tasbih. Alhamdulillah, anak-anakku untuk soal ibadah tak perlu diragukan lagi.

"Sudah siap? Kita mulai ya sholatnya" ucap Alan.

Aku dan Clara pun mengangguk. Karena kondisi tubuhku masih lemah, jadi aku melaksanakan sholat dengan posisi duduk. Usai shalat, kedua anakku kemudian mencium tanganku takzim.

Alan kemudian melanjutkan dengan berdzikir, sedangkan Clara membaca al-qur'an. Aku, tentu saja mengalahkan tanganku, mencurahkan semua sakit hati ini dalam untaian do'a.

Aku tak meminta kesembuhan lagi untukku, aku hanya meminta pada Allah, semoga kebahagiaan selalu menyertai anak-anakku. Aku tak ingin, mereka menyimpan dendam kepada Ayahnya. Biarlah, nanti hukum tabur tuai yang akan bekerja. Aku yakin, Allah tak akan tidur. Allah maha tau apa yang terbaik untukku dan juga anak-anak.

Allah...

Sakit sekali hatiku jika mengingat semua ini. Bayangan kelam itu sekarang bak film yang sedang di putar di hadapanku.

Bersambung...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!