Pagi ini aku dan Nuha membantu mamah di dapur, sedangkan Althaf ? Jangan tanyakan dimana dia berada, tentu saja masih molor di kamarnya, betapa enaknya jadi anak bontot. Huh
Seteleah membantu mamah, aku menyirami tanaman-tanaman mamah dan menyapu halaman dan juga di teras, ku lirik rumah bik Denok yang sepi dan teras yang masih kotor.
Ceklek
"Hoooaaaaaam, nah anak perawan tuh gitu bangun pagi-pagi , nyapu, ngepel, masak" ucapnya bik Denok di teras rumahnya dengan tampilan yang masih acak-acak'an karena bangun tidur.
"Iyaa bik, kan aku anak cantik, baik hati dan tidak sombong" jawabku menaik turunkan alis.
"Heleh, cantik apa'an ? Muka biasa aja gitu, masih cantikan juga desti anak saya" ucapnya mencibir.
"Itukan kata bibi, kalau kata mamah juga pasti cantikan aku bi, terus aku juga rajin bantu si mamah, anak bibi kemana ? Kenapa nggak bantuin bibi nyapu, ngepel, masak gituh?" Pancingku
"Heh, emang kenapa kalau desti nggak bantuin, diakan udah capek kerja, lagian bukan urusan kamu!" Ucapnya berkacak pinggang "udah ah, saya mau masuk rumah aja, males saya ngmong sama kamu, dasar nggak punya adab kalau ngomong sama orang tua, nggak kayak adiknya" ucapnya serayasuk ke dalam rumahnya.
"Sabar, sabar Nay,. Anggap saja angjn lalu". Gerutuku
Aku melanjutkan kegiatanku yang tertunda, setelah selsai aku masuk ke dalam rumah dan mengambil air dingin di dalam kullas.
"Kamu tuh kenapa sib mbak, tiap hari kok berantem terus sama bu Denok, nggak malu sama tetangga yang lain? " tegur mamahku
"Kanaa bukan aku yang mulai mah, bik Denok tuh sukanya bikin perkara, tetangga semua juga udah pada tahu sifat bik Denok itu kayak apa, jadi pasti mereka semua maklumlah" ucapku
"Ya kalau gitu nggak usah di tanggepin dong mbak, diemin aja udah, nanti lama-lama juga capek sendiri" mamah masih menasehatiku.
"Entar dibilang nggak punya sopan, nggak punya adab, nggak tau tata krama, tahu sendirikan mah si bibik kayak apa mulutnya" ucapku menggebu-gebu. Mamah hanya geleng-geleng kepala. Dari dulu memang bik Denok selalu saja mencari masalah dengan semua orang, terutama dengan keluargaku.
Aku dan desti pernah satu sekolah waktu SMA, setiap pengambilan raport bibik pasti menyembunyikan raport Desti tapi selalu melihat raport milik'ku. Lalu bilang "oh, cuman dapet rangking 3 toh, gitu aja jangan bangga" dan mamah pasti hanya tersenyum menanggapinya. Sedangkan aku sudah ingin meledak rasanya, rangking 3 juha udah bagus menuruku, daripada enggak dapat sama sekali seperti anaknya,
Setiap kali aku mau menjawab mamah pasti menataoku dan menggelengkan kepalanya untuk membiarkan saja apa yang bik Denok katakan.
#######
"Ma, nanti aku mau camping di pantai ta mah sama Rizwan, aku ajakin Nuha juga kok mah, soalnya minggu sore Rizwan udah harus berangkat ke Surabaya" ucapku saat semua berkumpul di ruang makan.
"Iyaaa boleh, tapi jangan satu tenda ya mbak," nasihat mamah
"Assiyaaaapppp ndoro" kekehku. Mamah juga ikut terkekeh.
"Enak banget mbak camping di pantai, aku ikut yaa" pinta Althaf
"Kalau kamu ikut yang jaga mamah di rumah siapa tejo" jawabku.
"Isshhh, Al mbak , enak aja nama bagus-bagus di ganti Tejo"sungutnya , aku hanya tertawaa.
"Udah di habisin dulu makannya, jangan berisik" titah sang bunda ratu.
"Dimana rumah wanita yang bernama Desti itu, dasar ******!!!keluar kamuuu" teriak seseorang di luar rumah,.
Nahloooo siapaaa tuhhh ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Widia Aja
Waduh......
2023-01-27
0