"Nay, bangun kita sudah sampai" ucap Alan menggoyangkan tubuhku pelan.
Aku mengerjap dan menatap sekeliling, ternyata benar kami sudah sampai. Aku melepaskan seatbelt dan keluar dari dalam mobil.
Aku membantu Alan membawa barang belanjaan.
"Assalamualaikum" ucapku.
"Walaikumsalam,"jawab Althaf keluar dari kamar.
"Yang lain mana dek? Nih bawa ke dapur" ucapku menyerahkan kantung belanjaa.
"Kak Nuha ada di kamar lagi murojaah, mama sama Ara lagi beki tusuk sate buat bbq.an"jawabnya.
"Mas saya mandi sama sholat dulu ya" ucapku."dek, itu mas Alan belum mahrib'an, pinjemjjn sarung sana ajak ke kamar kamu biar bisa sholat magrib" lanjutku.
"Iyaa mbak, ayook mas"ajak Althaf.
Selesai mandi dan sholat aku keluar kamar dan langsung ke dapur membuatkan coklat panas untuk Alan. Di dapur sudah ada mama,Nuha dan Ara yang sedang menata sosis, bawang bombai dan dumpling di tusukan untuk Bbq.
"Waaah Ara hebat"pujiku.
"Di ajarin sama nenek juga onty Nuha" jawabnya menunjuk mama dan Nuha.
"Ara mau coklat hangat juga nggak?" Tanyaku.
"No! Aku tadi udah dibikinin nenek susu cokelat tante"terangnya menggerakkan tangan ke kanan dan kekiri. Membuatku mama dan Nuha terkekeh gemas.
Aku membawa coklat panas ke ruang tamu. Tapi aku tidak menemukan Alan di sana. Aku berjalan ke teras depan dan melihat Althaf juga Alan sedang memainkan gitar setelah selesai membuat bara untuk bbq.an nanti.
Aku meyenderkan tubuhku di daun pintu sembari melihat Alan yang sedang memetik senar gitar menyanyikan lagu sewindu-Tulus.
###
Sudah sewindu ku di dekatmu
Ada di setiap pagi, di sepanjang harimu
Tak mungkin bila engkau tak tahu
Bila ku menyimpan rasa yang kupendam sejak lama
Setiap pagi kumenunggu di depan pintu
Siapkan senyum terbaikku agar cerah harimu
Cukup bagiku melihatmu tersenyum manis
Di setiap pagimu, siangmu, malammu
Sesaat dia datang pesona bagai pangeran
Dan beri kau harapan bualan cinta di masa depan
Dan kau lupakan aku semua usahaku
Semua pagi kita, semua malam kita
Oh tak akan lagi kumenunggumu di depan pintu
Dan tak ada lagi tutur manis kumerayumu
###
"Ekhemmmm, " deheman Nuha menyadarkankundari lamunan pesona Duren as duda keren di sana.
Aku menoleh ke samping Nuha dan mama mengulum senyum.
"Samperin mbak, jangan di liatin doang"goda Nuha.
"Apaa siih dek" jawabku. Wajahku pasti sudah memerah.
"Aku ke kamar sebentar buat cek handphone,"ucapku segera kabur ke dalam kamar membuat Nuha dan mama tertawa.
Aku memegang dadaku yang berdebar kencang, aku juga melihat wajahku yang merah merona di depan kaca. Aku menangkup kedua pipiku dan menepuknya pelan.
"Gilaaaa, ini bener bener gilaaa. Inget lu udah punya Rizwan Nay"tunjuk'ku pada diriku yang ada di pantulan kaca.
Aku meraih ponselku, pesanku belum di balas sama sekali oleh Rizwan . Aku mencoba menghubunginya tapi tidak di angkat. aku mendesah kasar lalu berjalan keluar kamar.
****
Aku dan Nuha membakar dan Nuha sedang membakar sosis , mama menemani Ara bermain lego, dan Althaf juba Alan masih asik main gitar.
"Gimana dek tadi rapatnya lancar ?"tanyaku.
"Amman kak" ucap Nuha membuat tanda Ok dengan tangan. Aku menganggukan kepala.
"Dek , Given katanya mau kenal kamu lebih deket, tadi juga titip salam dia buat kamu"ucapku.
"Walaikumsalam"jawabnya.
"Kamu kalau mau sama Given juga gapapa dek, dia orangnya baik meski agak tengil"ucapku menatap Nuha.
"Ya silahkan aku juga nggak ngelarang mbak, tapi aku nggak mau pacaran, aku mau masih ingin bahagian mama, mbak Nay juga Althaf" jawabnya tersenyum sendu.
"Althaf juga tahun ini juga LULUS SMA mbak, dia udah ganti pengin masuk kedokteran. Mbak kan tahu biaya Msuk kedokteran Mahal" ucapnya "aku jadi inget papa mbak, dulu masih ada papa yang biayain kita, tapi sekarang"lanjutnya mulai terisak pelan.
Aku memeluknya mengusap punggungnya pelan "masih ada mbak kan ? Kita sama-sama biayai Althaf ya, inget kata papa, pendidikan itu penting"ucapku mengingatkan kata papa dulu.
Nuha mengangguk dalam pelulanku.
"Ada apa nih pelukan kayak telletubis"ucap Althaf lalu mengambil piring sate sosis dan dumpling yang sudah matang.
"Nah giliran kamu sama mS Alan yang bakar, aku sama Nuha mau duduk sama Ara dan juga ibunda ratu" kekehku mengalihkan pertanyaan dan di hadiahi protesan Althaf yang membuatku dan Nuha terkekeh.
"Kamu duduk aja, minum dulu, biar saya yang gantian bakar"ucap Alan menatapku.
"Okee mas"jawabku lalu menarik Nuha untuk duduk bergabung dengan mama dan Ara.
"Psssssstttt ssttttttt Nay" aku menoleh ke kanan ke kiri tapi tidak ada orang mama Nuha dan Ara sedang asik bermaiin mainan gigi buaya. Aku mengedikan bahu.
"Nay, aku ndek (di) belakang kene (sini) loh" aku langsung menoleh ke belakang hampir saja aku berteriak untungnya aku sadar itu.bi Denok bukan setan meskipun sebelas dua belas sih. Hihii
Aku berjalan mendekati bi Denok.
"Ada apa bi?" Tanyaku.
"Kalian ngapain, kok.saya nggak di ajak"ujarnya.
"Bibi mau ?"godaku menaik turunkan alis.
"Yo jelas mau to," jawabnya sedikit sewot.
"Yaudah nanti tak kasih arangnya yo bi,lumayan abunya bisa buat jadi abu gosok"ucapku lalu berlari menjauh.
"NAYAA!dasar bocah edyaan, gendeng"teriaknya kesal.
Aku terbahak sambil memegang perutku yang terasa kaku karena tertawa lama. Nuha ikut tertawa bahkan Ara juga ikut tertawa karena melihat kami tertawa. Mama hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Widia Aja
bener2 tetangga lucknut
2023-01-28
0