Hate - 16

Rachel Anderson

Harvey mendapatkan mainan baru. Pikirnya bisa sepuasnya menikmati permainan yang sudah ditawarkan kepadanya. Tanpa berpikir ada sesuatu yang aneh dibalik semua perilaku Rachel. Sama seperti wanita-wanita lainnya ia hanya bermain apalagi dengan menggunakan alat kontrasepsi pasti tidak akan muncul masalah.

Tetapi tanpa disangka ia benar-benar jatuh kedalam perangkap yang sudah disusun Sarah dan juga Rachel. Sarah benar-benar sukses. Ia sudah mengetahui pasti Harvey tidak akan sembarangan melakukannya, makanya kamera-kamera itulah gunanya untuk membuat Harvey terjebak.

Keduanya benar-benar menikmati malam yang sangat indah bersama. Seakan memang yang terjadi sudah seharusnya.

Benar saja.

Harvey dan Rachel bermain hingga pagi menjelang.

Begitu pun Rachel yang telah sukses mengelabuhi pria incarannya itu.

"Terimakasih tuan muda. Atas malam yang indah ini." Ucap Rachel.

Harvey hanya menoleh ketika Rachel mengatakan kalimat tersebut. Tanpa mengucapkan kalimat balasan barang satu kata pun, tuan muda malah berlalu keluar pintu kamar hotel tersebut.

Haha kau boleh pergi setelah puas menikmati tubuh ku tadi malam.

Sebentar lagi adalah giliranku untuk menikmati kekayaanmu.

Harvey meninggalkan Rachel yang masih bertubuh polos dibalik selimut yang menutupinya.

Bagi Harvey semua berjalan seperti biasa tidak ada hal yang mencurigakan menurutnya.

Ia pun tidak mau berpikir banyak, karena memang ini hal yang sudah biasa yang sering ia lakukan terhadap mainan-mainan kepunyaannya.

"Gotcha! Satu rusa sudah terjerat." Gumam Sarah setelah mematikan kamera-kamera itu.

"Ibu. Bagaimana hasilnya?" Tanya Rachel yang sudah tidak sabaran.

"Putri ibu sangat hebat. Tapi kita belum selesai. Kau harus tetap berhati-hati." Ucap Sarah memperingatkan.

"Aku mengerti ibu. Tolong beri tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya?" Tanya Rachel.

"Ibu akan terus menuntunmu dari belakang." Ujar Sarah.

"Ibu memang yang terbaik. Aku sayang ibu." Ucap Rachel.

Lalu Sarah menjelaskan rencana mereka selanjutnya kepada Rachel. Yang menjadi pokok dari rencana mereka. Yaitu menunjukkan bukti kepada publik untuk mengancam Louis agar ia mau menikahkan Harvey dengan Rachel, putrinya.

...🍁🍁🍁...

Harvey William

Harvey terlihat sedang uring-uringan di dalam ruangannya. Terlihat jelas dari luar jendela. Hilang kabarnya Theala membuat hatinya merasa terganggu seakan sudak di permainkan oleh sekretarisnya itu.

Hansen pun menghampiri sepupunya yang juga sahabatnya itu. Karena melihatnya mondar-mandir tidak karuan di dalam ruangannya sendiri.

"Lantai di ruanganmu sudah tidak lagi kusut. Berhentilah menyetrika lantai." Kata Hansen mengejek.

"Siapa yang menyuruhmu masuk?" Ucap Harvey kesal.

"Mata ku sakit melihat mu uring-uringan dengan mondar-mandir sedari tadi. Makanya aku kemari." Jawab Hansen polos.

"Cih, kau mengganggu ku. Enyahlah." Ucap Harvey ketus.

"Oh.. Aku lupa memberitahu mu. Theala sedang sakit dan dirawat selama dua hari. Aku pergi." Ujar Hansen.

"Tunggu! Sakit apa dia? Di rumah sakit mana dia di rawat?" Tanya Harvey penasaran.

"Memangnya aku sedekat itu dengannya? Mana aku tahu." Jawab Hansen.

Hansen keluar dari ruangan CEO dan kembali ke dalam ruangan kerja miliknya.

Sedangkan Harvey yang penasaran dengan informasi tentang Theala yang sakit tidak dapat melakukan apa-apa. Tidak mungkin ia bertanya kepada pegawainya, selain Hansen. Tidak mungkin juga baginya untuk menelpon Theala menanyakan keadaannya.

Handphone miliknya berbunyi. Tertera nama Ketua disana.

...📞Ketua is calling...

"Ada apa ayah?" Tanya Harvey.

"Anak bodoh. Apa yang sudah kau lakukan?" Tanya Louis dengan nada membentak.

"Apa maksud ayah?" Jawab Harvey kebingungan.

"Semalam. Apa yang sudah kau lakukan?" Teriak Louis.

"Saya hanya bersenang-senang. Tidak ada yang istimewa. Apa yang sedang ayah bicarakan?" Jawab Harvey menjelaskan.

"Benar-benar bodoh! Apakah mainan yang kau punya masih kurang? Rubah betina itu. Kenapa membuatnya menjadi koleksimu?" Ujar Louis dengan nada serius.

"Dia sendiri yang telah menawarkan diri kepadaku. Saya pikir ini bukan masalah." Jawab Harvey.

"Kita berdua berhasil di jebak olehnya. Kenapa kau bisa lengah? Kau terlalu terlena dengan kesenanganmu. Dasar bodoh!" Bentak Louis.

"Apa maksud ayah? Saya tidak mengerti." Tanya Harvey yang masih kebingungan.

"Pulanglah. Cepat!" Ucap Louis lalu menutup telponnya.

...📞Call is ended...

...🍁🍁🍁...

Sebelumnya. Sarah Anderson menghubungi melalui paket yang dikirimkan ke kediaman keluarga William.

Paket tersebut berisikan foto-foto dan video cuplikan sisa rekaman semalam. Juga sekertas surat yang menyatakan.

...-----------...

To Louis William

Ini semua adalah bukti dari perilaku busuk anakmu. Akan sungguh menarik bila ini disebar luaskan ke media. Bagaimana menurut anda tuan Louis William yang terhormat?

Jangan bersikap panik dulu. Saya punya penawaran yang sangat bagus untuk kita berdua.

Segera nikahkan Harvey dengan Rachel. Buatlah kami menjadi besanmu. Maka semua akan baik-baik saja.

^^^From Anderson^^^

...----------...

Louis membanting semua isi paket tersebut di depan Harvey. Berserakan di atas meja yang ada di depan anaknya.

"Sialan! Kenapa aku sama sekali tidak mencurigai apapun." Teriak Harvey penuh penyesalan.

"Mereka pintar. Hanya wajahmu yang terlihat dengan jelas dan wajah Rachel di sensor dalam bukti yang mereka kirimkan. Tapi ayah yakin mereka akan tetap menyebarkan rekaman aslinya." Kata Louis.

Harvey memeriksa sekilas semua foto-foto dan juga cuplikan video yang ada.

"Saya memang sudah terkenal bermain-main dengan para wanita. Tidak begitu berdampak buruk bagiku. Tapi ini akan menghancurkan nama Rachel beserta keluarga Anderson." Jelas Harvey.

"Apa kau gila?" Kata Louis.

"Ayah. Sudah rahasia umum dengan sifatku yang sering tidur dengan banyak wanita. Media hanya akan mengekspos apa yang mereka inginkan lalu opini publik akan menggiring pendapat mereka sendiri, lagi pula juga media di bawah kontrol kita." Jelas Harvey.

"Kau benar. Harusnya kau bisa urus masalahmu sendiri. Bila kau memperburuk keadaan. Aku akan mengerahkan World Rider untuk membantai mereka." Ujar Louis.

"Ayah. Kita harus ikut ke dalam permainan mereka. Lalu buat mereka menjalani sisa kehidupannya seperti mayat hidup. Tidak perlu repot membunuh mereka. Biarkan mereka mati dengan keinginannya sendiri." Jelas Harvey.

"Terserah apa yang akan kau perbuat. Ayah mempercayai mu." Ujar Louis.

Setelah Harvey selesai membaca isi surat yang ditulis oleh Sarah Anderson.

"Ayah. Saya ingin menikah." Kata Harvey.

"Apa maksudmu?" Tanya Louis kaget.

"Siapa pun gadis yang saya pilih. Ayah harus memberikan restu." Ucap Harvey meyakinkan.

"Asal bukan rubah betina itu. Ayah tidak perduli." Jawab Louis.

"Percayakan semuanya pada saya. Terimakasih ayah." Ucap Harvey.

Harvey pun masuk ke dalam kamarnya di kediaman ayahnya, rumah keluarga William. Ia berusaha memikirkan cara. Memutar otak. Menemukan solusi untuk rencananya membalas perlakuan yang sudah keluarga Anderson lakukan kepadanya.

Ancaman!

Sarah Anderson benar-benar sangat meremehkan lawan.

Yang pasti, mencari masalah dengan keluarga William adalah suatu kesalahan fatal.

Sarah Anderson salah mengira bahwa mereka hanyalah sama-sama keluarga pembisnis besar di negaranya. Dengan munculnya skandal seperti yang telah ia rancangkan akan mempengaruhi nama baik dan juga nilai saham milik keduanya.

Ancamannya tetap akan berdampak untuk Louis, walaupun nilai kekayaan perusahaan Anderson jauh lebih rendah dari keluarga William. Fatalnya ia tidak mengetahui identitas asli di balik nama William yang sesungguhnya.

...🍂🍂🍂...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!