Hate - 8

Theala Anderson

Harvey sedang duduk di kursi kantornya, bekerja di depan laptop dan juga ada berkas-berkas proyek bisnis bertumpukan di atas mejanya.

Tok tok tok!

Gadis muncul di balik pintu tersebut beberapa saat setelah bunyi pintu itu.

"Tuan ini kopi anda." Ucap Theala sembari bersenyum.

"Aku tidak minum kopi." Jawab Harvey ketus.

"Emm.. Maaf tuan telah mengganggu pekerjaan anda, kalau begitu saya akan membuatkan minum baru untuk tuan. Permisi." Ujar Theala.

Aneh!

Bukankan dia minum kopi?

Saat aku berada di rumahnya juga melihatnya minum kopi.

Kebingungan di benak Theala yang tidak dapat terucap dari mulut mungilnya.

"Aduh Tuhanku.. Bekerja dengan atasan seperti ini, kerja tidak sampai setahun bisa kena serangan jantung." Ucap Theala di balik pintu di luar ruangan CEO.

Theala kembali membuatkan minuman untuk tuan muda dan mengantarnya kembali ke ruangannya.

"Tuan ini teh anda." Ucap Theala sambil meletakan secangkir teh di meja tuan muda.

"Buatkan aku kopi lagi." Timpal Harvey ketus.

Bukankah tadi dia bilang tidak minum kopi?

Pikiran dan otak Theala berselisih paham. Dibuat bingung oleh kemauan tuan mudanya.

"Meski pun aku tidak tahu bagaimana cara kau membujuk Hansen, tapi bila ingin berkerja disisiku kau harus memakai otakmu!" Jelas Harvey sinis.

A-apa maksudnya?

Batin Theala kebingungan dengan kalimat yang baru saja ia dengar yang keluar dari tuan mudanya itu.

Selang beberapa menit tuan muda kembali bicara. "Dengan kualifikasi seperti kau bisa menjadi sekretaris pribadiku, bukankah kau sudah mempelajari semua? Jangan pura-pura di hadapanku!" Ucap Harvey geram.

Seseorang lelaki tanpa mengetuk pintu langsung membuka pintu dan menyelonong masuk tanpa permisi ke dalam ruangan CEO.

Lelaki itu adalah Hansen yang langsung duduk di sofa ruangan itu, melihat kedua orang yang ada di hadapannya dengan ekspresi cuek sembari menyimak percakapan keduanya.

"Sejak perusahaan berdiri sampai sekarang belum pernah ada sekretaris pribadiku yang sangat jelek sepertimu! Tapi kau malah berhasil mendapatkan jabatan itu sejak di hari pertama aku mulai bekerja di perusahaan ini!" Harvey terus menjelaskan hal-hal yang tidak dimengerti oleh Thela dengan nada bicara yang sinis.

Bukankah waktu itu aku tidak pernah meminta untuk menjadi sekretaris pribadinya?

Malah tiba-tiba aku di paksa untuk pindah di hari itu juga.

Ini adalah penghinaan yang sangat keterlaluan yang pernah aku terima!

Begitu yang ada dipikiran Theala.

"Tuan muda anda memang pintar dan bijaksana, banyak wanita cantik yang berada di sampingmu. Bukankah anda sudah merasa bosan juga?" Teriak Theala yang sedari tadi menahan ucapannya di dalam hati.

Hansen yang dari tadi diam dan duduk di sofa hanya menyimak mereka berdua akhirnya tidak dapat menahan ketawa geli mendengar perdebatan yang ia tonton merasa sangat lucu.

"Karena saya sudah di pindah tugaskan untuk berada disisi anda itu berarti saya sudah sangat memenuhi kualifikasi. Bila anda keberatan juga harus beradaptasi pelan-pelan. Ini adalah kualitas paling dasar dari seorang CEO perusahan diposisi teratas!" Ujar Theala membela diri.

Harvey yang melihat sikap Theala yang meluapkan emosi seperti sudah lama tertahan di dalam hati itu pun bangkit dari kursinya berjalan perlahan mendekati Theala tidak perduli bahwa masih ada orang lain yang duduk manis di sofanya sedang melihat tontonan drama yang di perankan Harvey juga Theala.

"Sudah selesai bicara?" - Harvey.

Ujar Harvey sambil mendorong tubuh Theala memojokannya ke dinding ruangan.

"S-sudah selesai bicara, tetapi tuan muda yang terhormat anda sudah terlalu dekat dan saya kekurangan oksigen mohon jaga jarak anda, terimakasih." Ucap Theala sambil menengok Hansen yang tetap duduk dengan santainya di sofa, Theala yang malu memejamkan matanya karena jarak wajahnya sangat berdekatan dengan tuan muda.

Harvey yang melihat ekspresi Theala yang sedang memejamkan kedua matanya seperti itu sangat terlihat imut baginya.

Ia tanpa sadar hendak mencium bibir Theala di depan Hansen sambil salah satu tangannya memeluk pinggang Theala sedangkan tangan lainnya menahan ke dinding.

"Tuan muda mohon jaga sikap anda!" Ujar Theala setengah berteriak karena merasakan suhu panas yang berasal dari hembusan nafas tuan muda menyentuh pipinya.

"Hansen! Enyahlah dari ruanganku!" Bentak Harvey di tujukan kepada Hansen sepupunya.

Hansen pun bangun dari duduk manisnya meninggalkan sofa berjalan mendekat ke arah Harvey dan Theala berada di sudut ruangan.

"Hei kalian benar-benar menyuguhkan tontontan yang sangat menarik, beberapa menit aku disini sudah merasa terhibur berkat kalian."

- Hansen.

Hansen kembali mendekatkan mulutnya tepat ditelinga Harvey dan melanjutkan kalimatnya.

"Ngomong-ngomong tuan muda yang terhormat bukankah kau sendiri yang merampas paksa sekretaris ku ini untuk bekerja disisi mu?" Ucap Hansen berbibisik.

Hansen pun berbalik berjalan meninggalkan keduanya, sambil masih memegangi ganggang pintu yang terbuka belum di tutupnya kembali.

"Silahkan melanjutkan permainan anda tuan muda." Ucap Hansen menggoda.

Hansen menutup pintunya, sudah meninggalkan ruangan CEO sekarang tinggal Harvey dan Theala  yang sedari tadi masih setia dengan posisi mereka yang memojok ke dinding sisi ruangan.

"Sangat pintar bicara, sangat menegaskan bahwa kau memang berkompeten, sepertinya aku sudah terlalu meremehkanmu." Ujar Harvey melepaskan cengkraman yang ada di pinggang Theala berjalan kembali ke meja kerjanya dan duduklah ia di kursinya.

"S-saya permisi." Ucap Theala.

Theala yang menyadari bahwa wajahnya sudah tidak merasakan hembungan nafas panas kembali membuka kedua matanya, melihat tuan mudanya sudah duduk di meja kerja miliknya ia langsung bergegas pamit dan meninggalkan ruangan kantor CEO tersebut.

"Hosh.. Hosh.. Hampir saja jantungku berhenti. Aku benar-benar lupa untuk bernafas saat tuan muda hampir menempelkan wajahnya di wajahku." Gumam Theala lirih mengatur pernafasannya yang sudah ngos-ngosan.

Hari-hari Theala semakin hari semakin merasa mudah kelelahan dan juga sering mual yang tiba-tiba, tidak terhindarkan sering merasakan pusing di kepalanya.

"Tuan muda sore ini jadwal anda sudah kosong, saya pamit pulang." Ucap Theala.

Setelah Theala menyelesaikan pekerjaannya dan melaporkannya kepada tuan muda, juga sudah selesai berpamitan ia pun berbalik berjalan hendak keluar dan pulang tetapi tiba-tiba.

Bruuukk!

Suara keras terdengar tepat di luar pintu ruangan presdir, tubuh Theala jatuh ke lantai yang sebelumnya menghantap ke pintu itu.

Tuan muda yang kaget mendengar suara itu, langsung mencari sumber suara tersebut dan mendapati tubuh sekretarisnya sudah tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.

"Hei apa kau masih bisa mendengarku?" Ucap Harvey panik.

Harvey pun mengangkat tubuh Theala dan membopongnya, membaringkannya di sofa, mengambilkan minyak angin dan mengoles-oleskan di leher Theala sambil menghirupkan aroma minyak angin ke hidup Theala.

Setia menunggu Theala tersadar dari pingsannya, meninggalkan perkerjaan-pekerjaan yang tergeletak di atas mejanya.

"Kenapa kau bisa sakit?" Gumam Harvey sambil mengelus rambut Theala.

Dan beralih duduk di sofa, mengangkat kepala Theala diletakannya di pahanya agar menjadikannya bantal untuk Theala.

...🍂🍂🍂...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!