Tersadar semua nyawa miliknya sudah berkumpul kembali. Ia membalikan tubuhnya dan kaget melihat apa yang ada dihadapannya saat ini. Membelalakan kedua matanya dan langsung mendorong menjauh tubuh pria dihadapannya. Ia melihat di balik selimut, lega melihat tubuhnya masih berbalut busana setidaknya ada kain berbentuk kemeja yang terpasang disana.
"Kau sudah bangun?" tanya Harvey.
Pria di sampingnya ikut terbangun setelah di dorongnya sekuat tenaga agar menjauh dari tubuhnya.
"Apa yang terjadi? Kenapa tuan bisa bersama saya?" tanya Theala.
Gadis tersebut yang sudah pasti adalah Theala sekretaris pribadi Tuan Muda Harvey.
"Aku melihatmu mabuk di mini market di tengah malam yang sepi, lalu kau jatuh pingsan dan aku membawamu pulang ke rumahku," jawab Harvey dengan santai menjelaskan.
Theala yang sudah ingat apa yang telah terjadi semalam di depan Tuan Muda, ia merasa sangat malu.
"Lalu kenapa harus pulang ke rumah Tuan?" tanya Theala.
"Aku tidak tahu dimana rumahmu dan juga tidak mungkin aku membawamu pulang ke hotel saat keadaanmu mengenaskan seperti itu," jawab Harvey.
Raut muka penasaran dan takut karena ingin menanyakan sesuatu terpasang jelas di wajah Theala saat ini.
"Aku tidak menyetubuhi paksa tubuhmu itu lagi," pekik Harvey seperti tahu isi hati Theala.
"Maaf Tuan, saya tidak bermaksud dan terima kasih banyak," ucap Theala.
Merasa bahwa ia sangat tertolong pada malam hari itu, Theala benar-benar merasa sangat bersalah karena sudah banyak berpikiran buruk kepada Tuan Mudanya itu.
Untuk pertama kalinya di akhir minggu Harvey menghabiskan waktunya hanya di rumah dan tidak sedang bersenang-senang dengan wanita-wanita mainan miliknya. Malah ia harus merawat gadis mabuk yang tidak ada urusan dengannya, juga pertama kalinya ia bertindak sejauh ini. Bahkan, saat ayahnya mabuk ia tidak sudi untuk merawatnya dan menyerahkannya kepada pegawai pengurus rumah miliknya.
Begitu pula dengan Theala, ini adalah pengalaman pertamanya menghabiskan malam di akhir minggu bersama seorang lelaki apalagi tidur bersama di satu ranjang. Bahkan, lelaki tersebut adalah Presiden Direktur perusahaan tempat ia bekerja.
Mereka menghabiskan waktu di hari minggu bersama di rumah pribadi milik Tuan Muda. Duduk bersama sembari mengobrol di sofa megah di ruang keluarga rumah tersebut seusai mereka menghabiskan sarapannya.
"Apa Tuan tidak mempunyai pelayan pengurus rumah tangga? Apa tidak ada orang lain yang tinggal disini? Kenapa dari tadi saya tidak melihat seorang pun," tanya Theala penasaran.
Bertanya kepada Harvey yang sedang duduk santai sambil menyeruput secangkir kopi di tangannya.
"Aku tidak suka tinggal bersama orang lain. Dimana rumah orang tuamu? Aku akan mengantarmu pulang setelah ini," jawab Harvey.
Theala terdiam beberapa menit lalu kembali berujar. "Saya tidak tinggal bersama keluarga saya lagi, dan saya tinggal di sebuah apartemen studio kecil di wilayah pinggiran kota," jelas Theala.
Tuan Muda yang melihat raut muka yang ceria itu tiba-tiba sirna setelah mengatakan tentang keluarga, ia pun penasaran.
"Ada apa? Kau sedang ada masalah dengan mereka?" tanya Harvey.
Theala yang mengingat perlakuan keluarganya tanpa ia sadari ia menitikan air matanya. Tuan Muda yang melihatnya menangis langsung mendekatkan diri dan memeluknya. Berusaha menenangkan gadis dalam dekapannya tersebut.
"Ah, maaf Tuan, saya telah kurang ajar, seharusnya saya tidak bersikap seperti ini kepada Tuan Muda," ucap Theala yang masih sesenggukan.
Theala yang sudah sedikit tenang melepaskan pelukan Tuan Muda.
"Kenapa kita tidak saling cerita dan mengenal? Toh, menurutku keadaan kita berdua tidak jauh berbeda," bujuk Harvey.
Mereka pun saling bertukar cerita satu sama lain tanpa sadar mereka sudah menghabiskan waktu yang lumayan panjang hingga malam hari tiba. Keduanya pun merasa sudah saling dekat berkat waktu di akhir minggu yang mereka habiskan bersama.
...•••HATE•••...
Theala Anderson
Kembali saat berada di perusahaan, senyum Theala memercah sepanjang hari itu. Entah, apa yang membuatnya sangat bahagia, akankah ia berpikir bahwa tuan mudanya tidak akan bersikap buruk lagi kepadanya setelah hari itu.
Ia mengetuk pintu kantor Presdir lalu masuk ke dalamnya, memberi tahukan dan melaporkan deretan-deretan jadwal kepada Tuan Muda dengan senyuman indah yang memerkah di wajahnya. Berbeda dengan Theala, raut wajah Tuan Muda kembali dingin seperti semula. Seperti tidak ada hal-hal yang baik telah terjadi di antara mereka berdua.
Apakah karena sedang berada di perusahaan makanya tuan muda bersikap profesional?
Setelah selesai melakukan pekerjaannya Theala masih mematung diam dengan banyak pikiran yang terbesit di dalam kepalanya.
"Sampai kapan kau akan makan gaji buta!" bentak Harvey.
Tersadar dari lamunannya. "Maaf Tuan, apa ada hal lain yang perlu saya bantu?" tanya Theala gugup.
"Pergilah. Kau menggangguku!" pekik Harvey sinis.
Theala menganggukan kepala lalu keluar dari ruangan tersebut, kembali duduk di kursi meja kerja miliknya di ruangan samping kantor Presdir. Ia mengambil sebuah cermin di dalam laci meja kerjanya, memandangi pantulan bayangan miliknya menerka-nerka sebenarnya apa yang sedang terjadi kepada tuan mudanya.
Kemarin sikapnya begitu baik dan hangat kepadaku lalu kenapa tiba-tiba sikapnya kembali normal lagi?
Di tengah-tengah kebingungannya, bunyi dering telepon di atas mejanya mengagetkannya.
"Cepat kemari!" teriak Harvey.
Seperti biasa, baru mengangkat ganggang telepon dan belum sempat mengucapkan sepatah kata apa pun telpon sudah ditutup dari seberang telpon itu. Tanpa berlama-lama Theala langsung memenuhi perintah sang Tuan Muda, ia masuk ke kantor Presdir dan menemui sang penelpon tersebut.
"Aku sangat bosan dan lelah, bisa kah kau menghiburku?" ujar Harvey.
Theala kembali merasakan hawa mengerikan tubuhnya bergidik merinding.
"Aku bilang aku lelah! Aku tidak mau bekerja keras sendirian! Untuk pertama kali sudah pernah aku ajarkan! Kau harus bisa membuatku puas kali ini!" timpal Harvey menjelaskan.
Theala tidak bergeming atau pun menggerakan tubuhnya, ia masih tertunduk pandangannya terjatuh melihat kedua lututnya yang mulai bergetar ketakutan.
"Pergilah bila kau tidak mau melakukannya dan jangan pernah kembali lagi!" ucap Harvey tegas.
Tidak dapat menolak, benar-benar ia seperti tinggal di neraka yang membuatnya hidup segan mati tak mau. Sudah tidak ada jalan lain untuk keluar dan terbebas, ia perlahan menggerakan kedua kakinya mendekat kepada Tuan Muda dan menjatuhkan diri ke dalam pelukan tuan muda.
"Pilihan hidupmu bergantung pada hasil kerja kerasmu kali ini!" ucapan Harvey semakin menekan.
Harvey pun langsung menekan tombol remote untuk menutup tirai-tirai jendela dan mengunci pintu kantornya dengan salah satu tangannya. Sedangkan salah satu tangan lainnya memeluk pinggang langsing milik Theala. Benar-benar Tuan Muda tidak melakukan serangan apa-apa, sedari tadi hanya memeluk pinggang Theala seperti menunggu Theala bekerja keras sendiri untuk membuatnya merasa senang dan terhibur.
"Jangan menangis! Aku akan menganggapnya gagal bila kau melakukannya dengan tangisan!" peringatan tegas Tuan Muda Harvey pada Theala.
Kedua mata Theala yang sudah berkaca-kaca diusapnya dengan kedua tangan miliknya. Ia mengencangkan pelukan Tuan Muda di pinggangnya, lalu ia mulai dengan melepaskan dasi dan beberapa kancing atas kemeja Tuan Muda.
...•••HATE•••...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Rika Lengary
part ini😢
2021-05-14
1