Setelah tiga jumlah kancing atas kemeja milik tuan muda terlepas, ia merangkul tengkuk leher tuan muda lalu mendekatkan wajahnya dan mulai mengecup hingga mencium bibir merah milik tuan muda.
Tuan muda yang sedari tadi hanya berdiam diri saja kini mulai roboh pertahanannya setelah menerima serangan yang mendarat di bibirnya.
Ia membopong Theala dan membaringkannya di sofa lalu menindih badannya, tidak mebuang-buang waktu tuan muda langsung bermain dengan seru bersama mainan baru yang dimilikinya secara paksa tersebut.
Permainan mereka pun selesai dalam waktu dua jam lamanya, sudah waktunya pulang kantor, mereka pun berpisah dan pulang kembali ke rumah mereka masing-masing.
Suara kemercik air yang berasal dari shower jatuh ke lantai kamar mandi, di bawah shower terduduk gadis itu masih berbalutkan busana kantor menangis sambil terungkup memeluk kedua lutut kaki yang di lipatnya.
Air shower yang berjatuhan dengan setianya menemani tangisan Theala dan ikut membantu membasahi sekujur tubuh Theala.
...🍁🍁🍁...
Harvey William
Disisi lain tuan muda sedang bersenang-senang dengan mainan lainnya yang ia miliki.
Di sebuah bar hotel di dekat perusahaan miliknya, namun berbeda dengan biasanya yang selalu bisa menikmati kesenangan-kesenangan yang telah ia ciptakan sendiri.
Kali ini berbeda, meski tidak pernah mempunyai hasrat atau pun perasaan sekecil apa pun terhadap mainannya tetapi ia tetap bisa untuk menikmatinya.
Hanya perasaan bosan dan jenuh yang ia dapatkan ketika ia sedang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan wanita-wanita mainan miliknya saat ini.
Ada apa yang sebenarnya terjadi pada ku?
Kenapa seperti ada sesuatu yang telah berubah.
Hand phone berdering di saku kiri celananya menyadarkan tuan muda dari lamunannya.
...📞Ketua is calling...
Begitulah tertulis di layar ponsel yang menyala itu.
Yang sedang menelpon di seberang sana tidak lain adalah ayahnya sendiri yaitu Louis William.
Tapi begitulah ia menamai nomor ayahnya di kontak nama ponsel miliknya.
"Ada perlu apa ayah menelpon saya malam-malam?" Ucap Harvey saat menjawab teleponnya.
"Masih suka berkeliaran saja kamu ini! Apakah kamu benar-benar tidak bisa berubah?" Jawab ayahnya.
"Cepat katakan, apa yang anda inginkan?" Ucap Harvey ketus.
"Ikutilah lagi program perjodohan yang sudah ayah atur untukmu." Jelas sang ayah.
Mendengar kalimat tersebut Harvey langsung keluar dari bar hotel tersebut dan masuk ke dalam mobilnya.
"Siapa yang akan mau menikah dengan anak Ketua World Rider gang mafia terbesar bahkan untuk dunia?" Pekik Harvey.
Apa yang sedang ayah pikirkan?
Apakah dia sudah gila?
Menyuruhku untuk apa?
Menikah?
Benar-benar hal gila yang tidak pernah terpikirkan oleh ku!
"Kau tinggal mengikuti rentetan perjodohan yang sudah ayah siapkan untukmu, kau bisa memilih sesuka hati mu gadis yang cantik menurutmu. Seperti sebelumnya." Jelas Louis.
"Bagaimana mungkin ada yang mau menjadi menantu dan istri dari seorang penerus ketua gang mafia, sudah jelas hidup mereka tidak akan merasa aman." Ujar Harvey.
"Heh baiklah kamu benar, tapi tidak ada yang bisa menolak menjadi menantu dan istri dari konglomerat seorang penerus Ketua perusahaan terbesar." Jawab Louis.
"Baiklah. Namun bila perjodohan kali ini juga membosankan seperti sebelumnya sebaiknya ayah berhenti mengaturnya untuk saya." Jelas Harvey seakan sudah muak.
Harvey menutup teleponnya.
Harvey pun tidak dapat mengelak atas pembenaran yang telah dijelaskan oleh sang ayah untuknya.
Tidak ada alasan atau pun cara untuk menghentikan niat yang di rencanakan seorang ayah kepada ananknya, semua pasti beralasan untuk kebaikan sang anak sebagai penerus sang ayah.
...🍁🍁🍁 ...
Hari di mana kencan rencana perjodohan kali kedua.
Terduduk sepasang anak muda di salah satu meja makan di sudut restoran elit hotel berbintang, terlihat mereka sedang mengadakan kencan makan malam bersama.
Ya setidaknya seperti itulah yang terjadi dan terlihat meski bukan karena kemauannya sendiri.
Lagi-lagi biasanya Harvey selalu menikmati waktu ketika sedang bersama wanita walau pun hanya sekedar bersenang-senang semata, namun kali ini tidak.
Ia merasa tidak betah dan bahkan merasa muak ingin segera mengakhiri pertemuan pada malam itu.
Sial!
Sebenarnya apa yang sudah terjadi pada ku?
Kenapa aku terus-terusan merasakan hal-hal yang aneh.
Ini benar-benar sulit untuk ku mengerti.
Bangkit dari duduknya dan menyudahi pertemuan pada malam ini. Ia bergegas keluar dari restoran hotel tersebut, melajukan mobilnya entah kemana tujuannya untuk pergi.
Hingga tanpa ia sadari ia sudah sampai tepat di depan gedung apartemen di mana Theala tinggal, Harvey hanya mengetahui gedung apartemennya karena pernah mengantarkan Theala pulang setelah menginap di rumahnya di akhir minggu dulu.
Tetapi ia tidak mengetahui berapa nomor unit studio apartemen milik Theala.
"Kenapa aku bisa mengemudikan mobilku kesini?" Gumam Harvey.
Tidak berpikir untuk turun atau pun menelpon Theala juga, dia hanya sibuk dengan pikiran di benaknya sembari melihat gedung apartemen yang sudah di depan matanya itu dari jendela mobilnya.
Lalu ia mengeluarkan hand phone dan menelpon seseorang.
"Heh kau sekarang berada dimana?" tanya Harvey lewat telpon di genggamannya.
"Di kamar, ada perlu apa kau malam-malam mengaggetkan ku saja." Jawab seseorang dari seberang telpon.
"Aku ingin minum-minum, cepat keluar dan temani aku." Ucap Harvey tanpa basa-basi.
...🍁🍁🍁 ...
Mereka berdua pun sudah bertemu dan duduk berdampingan di sebuah bar hotel.
Harvey menceritakan dan menjelaskan hal-hal yang menurutnya terasa aneh yang di alaminya akhir-akhir ini.
Sontak yang mendengar ceritanya langsung tertawa terbahak-bahak, seperti mendapatkan cerita lucu yang mustahil terjadi pikirnya.
"Apa yang lucu?" Tanya Harvey bingung.
"Hei kau benar-benar tidak tahu?" Goda orang di sampingnya.
"Tahu soal apa?" Tanya Harvey masih bingung.
"Kau sekarang benar-benar terkena getah dari perbuatan mu selama ini! Tetapi itu pun juga tidak mungkin, pasti karena kau sedang senang untuk memainkan mainan favorit milikmu." Jelas orang itu dengan sedikit ragu.
Hansen yang tiba-tiba di telepon Harvey dengan kebiasaan tersebut sudah seperti pekerjaan tambahan khusus baginya, untuk menemani tuan muda kapan pun ia diperlukan.
Benar pasti bukan karena hal-hal yang mengerikan itu!
Aku tidak mungkin memiliki perasaan terhadap salah satu dari mainan-mainan ku!
"Baiklah, aku sudah merasa tenang sekarang. Kau pulanglah." Ujar Harvey.
"Heh tunggu! Ini pengalaman pertamamu merasa kebingungan dengan perasaanmu. Sebenarnya siapa yang menjadi koleksi baru untuk mainan milikmu?" Tanya Hansen penasaran.
"Sudah pulanglah! Aku tidak membutuhkanmu lagi." Usir Harvey.
"Cih, aku tidak akan mau membuang waktuku lagi untuk memenuhi panggilanmu." Jawab Hansen menyindir.
"Lakukan apapun yang kau mau, jika kau berani!" Jawab Harvey santai.
"Cih, sangat menyebalkan! Aku pergi." Ujar Hansen sembari melangkah pergi dan melambaik-lambaikan tangan tanpa melihat orang yang di tinggalkannya.
Harvey pun menyusul pergi meninggalkan bar hotel dan pulang ke rumahnya.
...🍂🍂🍂...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments