"Luciel ...!!" teriak Keisha sambil berlari.
"Hm?" Seketika Luciel yang sedang berjongkok di pinggir kolam menoleh. Lalu berdiri dan juga menghampiri Keisha. "Kapan Keisha pulang?"
"Sudah dari tadi, Keisha sudah mencari Luciel di mana-mana, ternyata Luciel di sini. Ini sudah sore, sudah waktunya nyamuk bangun tidur. Ayo cepat Luciel, kita masuk ke rumah!"
Keisha langsung menggandeng tangan Luciel, bermaksud untuk mengajaknya masuk ke dalam rumah. Namun justru Luciel masih berdiam diri di tempat.
"Keisha masuk saja sendiri," ucap Luciel dengan wajah tertunduk.
"Kenapa? Luciel marah ya sama Keisha?"
"Bukan, tapi rumah ini kan miliknya Keisha, bukan milik Luciel. Jadi, Luciel tidak berhak masuk ke rumah itu."
"Luciel berhak, kok! Kita kan saudara!" ucap Keisha sambil meringis.
"Saudara ...?" Luciel melongo kebingungan.
"Iya, mulai hari ini kita jadi saudara! Bunda sudah bilang pada Keisha, dan kalau nanti mami nya Luciel sudah ketemu, Luciel boleh kembali tapi kita akan tetap jadi saudara selamanya!"
"Keisha, menjadi saudara bukankah artinya juga jadi keluarga?" tanya Luciel dengan tatapan berharap. Selama ini dia hanya hidup dengan Chelsea seorang sebagai keluarganya, namun sekarang dia tidak bisa menutupi rasa senangnya ketika tahu akan mendapat keluarga baru.
"Iya, kita akan jadi keluarga! Jika Luciel kesusahan bisa mengandalkan Keisha, dan jika Keisha kesusahan bisa gantian mengandalkan Luciel! Kita akan tumbuh bersama sampai dewasa nanti!"
Tiba-tiba saja Keisha menyodorkan jari kelingkingnya. "Luciel, ayo kita buat janji! Mulai sekarang kita akan jadi saudara yang saling melengkapi!"
"Baik, Luciel janji! Mulai sekarang Luciel dan Keisha akan jadi saudara!" Dengan senyuman yang berseri, Luciel pun mengaitkan jarinya pada jari Keisha.
Bahkan tanpa disadari oleh siapa pun, kedua bocah itu telah membuat sebuah janji yang bisa saja akan mengubah segalanya di masa depan nanti. Mengingat jika fakta tersembunyi yang sebenarnya mereka berdua memang ada hubungan darah.
Jauh berbanding terbalik dengan masa lalu, masa di mana ayah kandung dari masing-masing anak itu saling bermusuhan walaupun sebenarnya juga saudara. Hubungan yang buruk itu masih dipelihara hingga sekarang. Entah hal seperti apa yang terjadi nanti, mungkin saja janji yang dibuat oleh dua anak kecil itu akan turut membawa perubahan besar bagi orang lain.
Luciel kini hatinya telah luluh, dia kembali optimis dan berpikir jika mami tersayangnya tidak pernah membuangnya. Dia juga telah menerima maksud baik dari Nisa yang menjadikannya anak angkat.
Saat Luciel mengikuti makan malam bersama, dia tetap merasa canggung dengan keberadaan Keyran. Bahkan bisa dibilang jika Luciel hampir tidak pernah bicara dengan Keyran selama di rumah itu. Pikirnya, dia senang mendapatkan mami angkat yang penyayang, tetapi dia masih ragu apakah ayah angkatnya akan sama baiknya atau justru menyeramkan seperti yang Chelsea katakan selama ini.
"Luciel," panggil Nisa di kala tengah-tengah makan.
"Iya, m-mami angkat?" tanya Luciel dengan canggung, dia masih berusaha menyesuaikan diri dengan menyebut Nisa sebagai mami angkat.
"Nanti setelah selesai makan, Luciel bisa kan menyiapkan peralatan sekolah sendiri? Kalau kesulitan, Keisha akan membantumu."
"Besok Luciel sudah bisa sekolah?!" tanya anak itu dengan antusias.
"Iya, Luciel berani, kan? Apa perlu mami angkat temani di hari pertama? Keisha dulu juga begitu loh~"
"Ishh ... Bunda! Keisha waktu itu masih kecil!" protes Keisha sambil mengerucutkan bibirnya.
"Luciel berani sendiri kok!"
"Haha, baguslah. Luciel anak pemberani! Keisha juga sekarang sudah semakin pemberani!" puji Nisa dengan senyuman, dia benar-benar bersikap tidak membeda-bedakan serta tidak memberi tembok pembatas di kedua anak itu.
Tentu harus berani sekolah sendiri, kau saja berani menelusuri kota sendirian demi mencari orang tua yang telah membuangmu.
"Nisa, memangnya kapan kau mendaftarkan Luciel sekolah?" tanya Keyran.
"Tadi siang, tadinya aku bermaksud menjemput Keisha pulang sekalian. Tapi ternyata kau sudah menyuruh Valen untuk menjemputnya duluan, lain kali bilang padaku agar aku tidak bingung! Aku kira Keisha diculik!" jawab Nisa sambil melotot.
"O-ohh, maaf ... Aku hanya bermaksud meringankan pekerjaanmu. Aku pikir kau pasti sudah kelelahan mengurus si kembar di rumah, jadi tidak ada waktu menjemput Keisha."
"Humph, tentu saja aku selalu punya waktu untuk anakku! Aku bukan pebisnis yang super sibuk sepertimu!" ucap Nisa seolah menyindir.
Keyran mulai berkeringat dingin, dia tahu jika istrinya saat ini sedang menuntut sesuatu darinya. "Baiklah ... Aku akan mengatur jadwalku, akhir pekan nanti kau mau ke mana?"
"Hmm ..." Nisa menyeringai, lalu melirik ke arah Keisha dan memberikan kode untuknya.
"Kebun binatang! Keisha mau lihat pertunjukan lumba-lumba lagi! Luciel juga mau, kan?" tanya Keisha penuh semangat.
"Lumba-lumba?! Wah ... Luciel selama ini cuma pernah lihat dari televisi! Iya, Keisha! Luciel mau ke kebun binatang!" jawab Luciel yang mulai ikut antusias.
"Baiklah jika kalian semua mau begitu," ucap Keyran dengan nada pasrah.
***
Hari pun berganti, hari di mana Luciel masuk sekolah untuk pertama kalinya pun tiba. Semuanya telah siap, memakai seragam yang rapi, peralatan sekolah yang memadai, serta bekal makanan yang dihias dengan cantik juga telah siap untuk dia bawa.
Hanya saja ada beberapa hal yang mengganjal di hati anak itu. Dia merasa sayang dan sedikit tidak rela, lantaran sang mami Mayra tidak bisa melihatnya memakai seragam sekolah untuk pertama kalinya. Dia juga merasa gugup dan canggung, sebab yang mengantarnya sekolah kali ini bukan sopir, melainkan Keyran sendiri yang sekalian juga ingin berangkat ke kantor.
Sosok ayah yang tertanam di pikiran Luciel masih menjadi sosok yang mengerikan. Dia telah diberi pengertian mengenai betapa jahatnya ayah yang pernah meninggalkannya sejak bayi oleh Chelsea. Itulah mengapa sebabnya dia selalu merasa gugup setiap kali berhadapan dengan Keyran.
Setibanya mereka bertiga di sekolah TK Langit Biru, Keyran turun dari mobil dan mengantar kedua anak itu hingga ke depan pintu gerbang.
"Baik-baik ya di sekolah," ucap Keyran yang langsung disambut dengan sebuah kecupan di pipi oleh Keisha.
"Iya Ayah, Keisha mengerti!"
"Ukh ...!" Tiba-tiba saja Luciel langsung memejamkan mata saat melihat tangan Keyran yang mendekat padanya.
"Luciel juga, belajar dengan benar, ya. Perhatikan apa yang dibilang Bu guru," ucap Keyran dengan nada lembut sambil mengusap kepala Luciel.
"...." Luciel diam seribu bahasa, dia langsung membuka matanya lantaran apa yang dia bayangkan ternyata tidak terjadi. Sebelumnya dia berpikir jika Keyran bermaksud memukulnya.
"Baik, A-ayah angkat ... Luciel mengerti ...." Luciel tersipu, kini dia merasa jika sosok ayah tidak seburuk yang dia bayangkan.
"Titip mereka berdua ya, Bu guru!" ucap Keyran pada seorang guru yang bertugas menjaga gerbang.
"Baik, Pak! Eh, m-maksud saya baik Tuan! Saya pasti akan menjaga mereka dengan baik!" jawab guru itu malu-malu, dia menjadi wanita yang entah ke berapa yang tidak tahan dengan pesona CEO tampan yang Keyran miliki.
"Bu Guru jangan genit ke ayah Keisha! Nanti Keisha bilang ke Bunda! Bunda Keisha pintar tinju dan- Whup ...!" Seketika mulut Keisha dibungkam oleh Keyran.
"Ahaha, maaf ...." Keyran tersenyum canggung.
Anak ini bisa-bisanya ... pasti Nisa yang telah mengajarinya!
***
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, tiba saatnya di TK Langit Biru untuk memulai kegiatan belajar mengajar. Karena permintaan khusus dari Nisa kepada kepala sekolah, maka Luciel ditempatkan di kelas yang sama dengan Keisha.
"Anak-anak, hari ini ibu guru akan memperkenalkan teman baru yang akan belajar bersama kalian! Ayo Luciel, sini maju ke depan!"
Luciel pun segera menuju ke depan dan berdiri di samping bu guru. "Halo teman-teman, namaku Luciel, usiaku 6 tahun. Mohon bantuannya ya!" ucap Luciel dengan lantang dan senyuman.
"Oh iya, hobi Luciel apa?" tanya bu guru.
"Membaca!"
"Wahh ... Luciel sudah bisa membaca! Ayo beri tepuk tangan!"
Seketika seluruh anak-anak di kelas itu pun memberikan tepuk tangan yang meriah bagi Luciel. Dan Luciel sendiri pun merasa senang lantaran disambut dengan baik oleh guru dan teman-teman yang lain.
Setelah Luciel kembali ke tempat duduk di sebelah Keisha. Bu guru pun kembali berkata, "Ayo semuanya berdiri! Sebelum belajar mari kita bernyanyi dulu!"
Sesuai aba-aba dari sang guru, anak-anak pun langsung berdiri dan bersiap untuk menyanyikan sebuah lagu yang selalu dinyanyikan setiap pagi.
🎶🎶🎶
If you're happy and you know it clap your hands
PROK! PROK!
If you're happy and you know it clap your hands
PROK PROK!
If you're happy and you know it and you really want to show it
If you're happy and you know it clap your hands
PROK PROK!
🎶🎶
Setelah mereka selesai bernyanyi, pelajaran pun dimulai. Seperti hal wajar yang dipelajari anak TK pada umumnya, hari ini pelajaran yang diberikan oleh guru adalah pelajaran menggambar cita-cita. Para murid pun bersemangat karena bisa menuangkan imajinasi yang mereka inginkan.
Tanpa terasa, sudah waktunya jam istirahat tiba. Anak-anak dibebaskan untuk bermain permainan yang di sediakan oleh sekolah, entah itu di luar ruang kelas maupun di dalam kelas.
"Berikan! Keisha yang lebih dulu lihat ini! Keisha mau main dulu!" teriak Keisha sekencang mungkin.
"Amalia juga mau main ini! Keisha pokoknya harus mengalah ke perempuan!" teriak anak perempuan yang kini sedang berebut sebuah mainan dengan Keisha.
"Tidak mau! Aturan dari mana itu!" Keisha tetap bersikeras.
Kedua anak itu terus tarik menarik dan tidak ada yang mau mengalah. Hingga akhirnya ....
PRANGG!
Mainan terjatuh hingga tercerai berai. Bagian tangan dan kepala mainan itu terpisah dari bagian utama.
"Huaaa ....! Rusak! Ini salah Keisha!" Amalia menangis begitu keras. Bahkan anak-anak lain yang semula asyik bermain sekarang perhatian mereka tertuju padanya. Dan tidak sedikit juga anak yang berteman dengan Amalia menatap sinis pada Keisha. Seolah-olah menyalahkan Keisha.
"Bukan ... ini bukan salah Keisha!" Wajah Keisha mulai memerah, seakan-akan dia bisa saja menangis kapan saja.
"Huaaa ...!!"
Tangisan Amalia yang keras terdengar oleh telinga guru. Tak lama kemudian ada seorang guru yang mendekat ke sumber suara.
"Ada apa ini?"
"Bu guru, Keisha nakal! Amalia tidak boleh pinjam mainan ... sekarang mainannya rusak gara-gara Keisha!" keluh Amalia dengan isak tangisnya.
"Tidak bu guru ... Keisha tidak salah, Keisha duluan yang lihat mainan itu. Amalia yang nakal, dia mau merebutnya dari Keisha, jadi ini salahnya Amalia!" ucap Keisha berusaha membela diri.
"Sudah, jangan saling menyalahkan. Tidak apa-apa kok mainan itu rusak, sekarang di mana mainan itu?"
"Di sini!" Keisha dan Amalia serentak menunjuk ke lantai, tetapi mereka terkejut lantaran mainan yang rusak itu sudah tidak ada lagi di sana.
"Mana?" tanya guru itu kebingungan.
"Bu guru," ucap seseorang yang tiba-tiba mencolek pundak sang guru.
Seketika guru itu menoleh, "Eh, Luciel? Ada apa?"
"Ini, bu guru ..." ucap Luciel sambil menyodorkan sebuah mainan.
"Wahh ... mainannya tidak jadi rusak!" teriak Amalia dengan takjub.
"Apa Luciel yang memperbaiki ini?" tanya bu guru.
"Iya," jawab Luciel sambil mengangguk.
"Yeyy! Luciel hebat! Terima kasih Luciel sudah membantu Keisha!" ucap Keisha penuh kebanggaan.
"Tidak apa-apa, Luciel kan saudaranya Keisha, sudah sewajarnya membantu," jawab Luciel sambil tersenyum.
"Amalia tidak mau mainan itu lagi! Luciel, ayo main sama Amalia!" Amalia yang kini sudah berhenti menangis langsung menggandeng tangan Luciel.
"Humph! Keisha juga mau main sama Luciel!" teriak Keisha yang kemudian menarik tangan Luciel yang satunya lagi.
"Anak-anak ... jangan berebut, kalian berdua bisa bermain bertiga. Bersama dengan Luciel," bujuk sang guru.
"Tidak mau! Amalia jelek!" bantah Keisha.
"Keisha yang jelek! Jelek dan bau!" celetuk Amalia tak mau kalah.
"Tidak boleh begitu ya, tidak boleh mengejek!" ucap bu guru penuh penekanan.
"Kita bisa bermain bersama kok, Luciel mau bermain dengan kalian."
"Aku juga mau!"
"Luciel! Ayo main ayunan!"
Sontak saja semua anak-anak lain langsung bergerombol mendekati Luciel. Mereka semua ingin mengajak Luciel bermain dan berteman lebih akrab dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments