Tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat. Janin yang berada di perut Natasha semakin mendekati waktu kelahiran. Dan tanpa diduga waktu kelahiran janin tersebut maju 10 hari lebih awal dari hari perkiraan.
Natasha melahirkan bayinya dengan persalinan normal. Proses persalinan itu di lakukan di kediaman Adinata, tentu Tommy tidak memperbolehkan persalinan dilakukan di rumah sakit, karena bisa saja hal itu tersebar dan berpengaruh bagi reputasi.
Meskipun tetap berada di kediaman, tidak jadi masalah karena Chelsea sebelumnya sudah mempersiapkan semuanya. Mulai dari tim dokter persalinan yang bertugas, hingga berbagai macam peralatan yang dibutuhkan. Alhasil proses persalinan tersebut berjalan lancar, dan Natasha melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat.
Namun, berbeda dari seorang ibu yang baru saja melahirkan pada umumnya. Rasa trauma masih melekat pada diri Natasha, bahkan belum sekalipun dia menyentuh bayinya sendiri. Bayi mungil yang kini tertidur pulas di keranjang bayi itu terus mendapatkan tatapan kebencian dari ibunya.
"Aku membencimu! Gara-gara ada kau, hidupku jadi berantakan!"
Kini Natasha telah melahirkan, tetapi jangankan memberikan sebuah nama, memberikan ASI saja dia tidak sudi. Bahkan dia terus menerus mengutuk keberadaan bayi itu sejak di dalam kandungan, berharap jika lebih baik bayi tanpa dosa itu mati saja.
Kebenciannya semakin menumpuk saat melihat wajah bayi mungil itu, wajahnya sama sekali tidak mirip dengan dirinya. Sudah pasti Natasha berpikir jika bayi itu sepenuhnya mirip dengan seseorang yang telah memperkosanya.
Bayi laki-laki itu telah sepenuhnya diabaikan ibunya. Namun, untung saja Chelsea menepati kata-katanya. Sesuai dengan janjinya, Chelsea sendirilah yang mengurus sejak bayi itu lahir. Menggendongnya dengan penuh kasih dan dengan sabar memberikan susu formula.
Di hari kedua setelah bayi lahir, Chelsea diam-diam mengambil sampel darah dari bayi itu. Dia bermaksud membawanya ke laboratorium untuk mencocokkan DNA dari sampel rambut Daniel yang telah Alina bawakan sebelumnya.
Hasil tes DNA baru akan keluar esok harinya. Demi mengambil hasil tes ke rumah sakit, mau tidak mau Chelsea terpaksa meninggalkan keponakannya tersayang di rumah.
"Oeekk ... oekk ..."
Siapa sangka bayi tersebut termasuk rewel. Natasha yang kini sedang berada di kamarnya merasa muak mendengar suara tangisan bayi yang tak kunjung berhenti itu.
"Ck, berisik!" gerutunya.
"Bagaimana para pelayan mengurusnya?!" Natasha mulai merasa frustrasi, seakan-akan dia akan gila jika terus mendengar suara tangisan bayi itu.
Akhirnya dia pun pergi ke kamar sebelah, bahkan membanting pintu dengan kasar. "Diam kau!" Natasha makin marah saat mengetahui tak ada seorang pun pelayan berada di kamar untuk menenangkan bayinya.
Dia kemudian mendekati keranjang bayi tersebut. Manatap putranya yang mungil dengan penuh kebencian. Bahkan dia merasa jijik, memikirkan jika harus mengurus putranya yang menangis sebab mengompol atau karena alasan lainnya.
"Kubilang diam!" Kesabaran Natasha sudah pada batasnya. Dia tidak bisa mengendalikan diri lagi dan bermaksud untuk membungkam mulut bayi itu dengan tangannya sendiri.
Namun, tepat sesaat sebelum itu. Tangisan bayi itu perlahan menjadi tenang ketika Natasha menyentuhnya. Kecil, lembut dan rapuh, itulah yang dirasakan Natasha begitu menyentuh pipi putranya.
"K-kau ...." Tubuh Natasha gemetar. Suara tangisan yang kian lemah itu membuatnya merasakan perasaan yang rumit. Tanpa sadar air matanya mengalir keluar begitu saja.
"Bagaimana bisa ...?" Tiba-tiba kakinya terasa lemas, dia pun berlutut dan tangannya mencengkeram erat keranjang bayi tersebut.
"Hiks ... maafkan aku, aku memang orang yang buruk ... Kau sama sekali tidak berdosa, akulah yang salah karena sempat ingin menggugurkanmu ...."
Natasha pun mencoba bangkit. Meraih putranya dari dalam keranjang lalu menggendongnya dengan perlahan. Dia duduk di sofa panjang dekat sana, juga berinisiatif memberikan ASI untuk pertama kalinya.
"Sshhh ..."
Sakit dan perih, memang begitulah rasanya memberikan ASI untuk pertama kali. Namun bukan hal itu yang membuat Natasha masih menangis. Melainkan dia terenyuh ketika memperhatikan tingkah si bayi.
Tubuhnya yang mungil menggeliat lucu, mulutnya yang kecil mengecap-ngecap mencari sumber makanannya. Dan ketika Natasha menyentuhnya lagi, bayi itu menggenggam erat jari telunjuknya.
Tak dapat dipungkiri jika Natasha telah luluh sekarang. Dia juga menyesal karena sempat berniat untuk menyingkirkan bayi yang begitu menggemaskan itu dari hidupnya.
"Minum yang banyak ya sayang ... Maafkan sikap mama selama ini. Sebelumnya mama ingin menyingkirkanmu, tapi sekarang mama menyayangimu ..." ucapnya dengan senyuman.
Tak berselang lama tiba-tiba datang seseorang, dia tidak lain adalah Chelsea.
"Tasha ...?!" Chelsea ternganga seakan tak percaya. Dia tahu betul jika Natasha membenci bayi itu, dan kini dia melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Natasha sedang menyusui si bayi.
"Kak Chelsea sudah pulang?" tanya Natasha yang kemudian hanya dibalas dengan senyuman oleh Chelsea.
Chelsea lalu duduk tepat di sebelah Natasha. Dia merasa bahagia karena akhirnya adiknya mau mengakui darah dagingnya sendiri.
"Kak, aku sudah membuat keputusan. Aku ingin merawat bayi ini!" ucap Natasha dengan senyuman yang terus terukir di sudut bibirnya.
"Baiklah, aku akan selalu mendukungmu. Dan ... sepertinya akan ada seseorang lagi yang membantumu."
"Siapa?" Natasha kebingungan.
"Tentu saja ayah dari bayi ini."
"A-apa?! Maksud Kakak ... Kakak sudah tahu siapa pria yang memperkosaku?!" Tubuh Natasha kembali gemetar, dia sangat syok dengan perkataan kakaknya.
"Iya, dan kakak mohon tenangkan dirimu dulu. Kakak ingin minta maaf, sebenarnya kakak sudah menyelidiki hal ini sejak lama, hanya saja kakak tidak memberitahu karena saat itu kakak hanya bisa menduga-duga. Tapi sekarang kakak sudah memastikannya, jadi kakak bisa memberitahumu!"
Chelsea mengeluarkan selembar kertas laporan hasil tes DNA, lalu membentangkan kertas itu agar Natasha dapat membacanya. Setelah membaca dengan saksama, kedua mata Natasha seketika melotot tak percaya.
"Tadi kakak pergi ke rumah sakit untuk mengambil laporan hasil tes ini. Sampel yang cocok dengan bayimu berasal dari Daniel Kartawijaya."
"A-apa?! J-jadi Daniel ... Tuan Muda keluarga Kartawijaya itu yang memperkosaku?!"
Chelsea mengangguk. "Iya, dan kakak sudah punya cukup bukti untuk membuatnya bertanggung jawab atas perbuatannya!"
"Tapi ... mungkin saja dia bukan pria yang baik. Dia telah memperkosaku, bisa saja dia berbuat seperti itu ke perempuan lain juga. Aku tidak mau jika punya suami brengsek macam itu!"
Chelsea menghela napas. "Tasha, kakak mohon pikirkan sekali lagi. Kakak setuju jika kebahagiaanmu penting, tapi bagaimana dengan bayimu?"
"Bayiku ..." Natasha menunduk dan menatap sendu bayinya.
"Membesarkan anak seorang diri itu tidaklah mudah, Tasha. Jika dia sudah besar nanti, kau mau menjawab apa jika dia menanyakan soal ayahnya? Bahkan jika Daniel sungguh seorang playboy, tetapi itu saat dia belum menikah. Jika saja kau menikah dengannya, kau bisa membuatnya untuk mencintaimu dan hanya fokus padamu."
"Kau belum mencobanya, jadi tidak perlu mencemaskan yang tidak perlu. Bayimu juga berhak tumbuh dan mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah. Dan terlebih lagi ... ayah dari bayimu juga bukan pria sembarangan, mungkin saja dengan begini ayah akan kembali menyayangimu."
"Jika kau setuju untuk meminta tanggung jawab, kakak juga akan menemanimu pergi ke kediaman Kartawijaya. Kakak yakin jika keluarga Kartawijaya akan dengan senang hati menerimamu dan juga bayimu. Keluarga mereka belum mempunyai cucu satu pun. Jika keluarga kita sungguh menjalin hubungan pernikahan dengan keluarga Kartawijaya. Bahkan kau tak perlu mencemaskan masa depan bayimu yang sudah pasti terjamin."
"Kakak mohon pikirkanlah dengan sungguh-sungguh. Demi dirimu dan juga bayimu ...."
Natasha merasa bimbang mendengar setiap pertimbangan dari kakaknya. Sungguh berat harus mengambil keputusan penting, tentu saja yang paling dia khawatirkan adalah tentang bayinya.
"Jadi, bagaimana keputusanmu?" tanya Chelsea sekali lagi.
"A-aku ..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Fenti
eh nggak deng, bayi nya aja belum punya nama 😂 gimana mau tinggal nama
2022-12-26
1
Fenti
untung setan nggak ngerasukinnya, kalau enggak dikit lagi bayinya malah bisa tinggal nama 😔
2022-12-26
1
Fenti
nah kan, nyesel sendiri kan lo
2022-12-26
0