"Luciel harus mencari mami!" ucap bocah polos itu dengan semangat menggebu-gebu.
Luciel merasa curiga dengan perkataan pria asing barusan. Terlebih lagi dia percaya dengan kasih sayang yang selama ini Chelsea berikan padanya tidaklah palsu. Dengan pikirannya yang polos, dia merasa curiga jika ada yang tidak beres sedang terjadi pada mami tercintanya.
"Luciel bukan beban! Luciel mau menyelamatkan mami dari orang jahat!"
Tekat bocah itu sudah bulat. Perlengkapan yang ingin dia bawa pun juga telah siap. Luciel membawa sebuah tas yang berisi snack, kotak P3K, lotion anti nyamuk dan senter. Dia juga membawa sebotol minuman yang ia kalungkan di leher. Tak lupa juga dia meniru mami nya yang selalu memakai topi setiap kali ingin pergi keluar rumah. Kini Luciel telah siap menjelajah untuk menyelamatkan mami.
Luciel memulai perjalanannya dengan keluar dari area perumahan. Karena letak rumahnya yang jarang diketahui orang, maka dari itu tidak ada tetangga atau pun orang lain yang bisa Luciel tanyai. Dia ingat betul gang mana yang harus dia lewati, karena dia selalu ikut ketika Chelsea pergi berbelanja.
Namun, dia bingung ketika sampai di area banyak orang yang berlalu lalang. Dia berhenti di perempatan lampu rambu-rambu lalu lintas, orang-orang yang lewat juga disibukkan dengan urusan mereka sendiri, tidak ada satu pun dari mereka yang peduli pada anak yang malang itu.
"Hmm ... Luciel harus mencari dari mana?" gumamnya sambil memperhatikan sekitarnya yang dipenuhi oleh gedung-gedung tinggi.
"Mami selalu berangkat kerja saat malam, artinya tempat kerja mami juga buka saat malam hari! Mungkin mami bekerja di toko!"
Pandangan mata Luciel langsung tertuju pada sebuah toko pakaian yang ada di seberang jalan. Dia juga tidak ceroboh dan menyeberang ketika lampu penyeberangan sudah berubah warna.
Namun, saat ingin memasuki toko pakaian itu tiba-tiba ada seorang satpam yang menghadangnya. "Kenapa anak sekecil kamu di sini? Kamu terpisah dari rombonganmu?" Satpam itu mengira jika Luciel adalah anak TK yang terpisah dari rombongan, karena penampilan Luciel memang seperti sedang piknik.
Luciel menggeleng, kemudian berkata, "Apa mami ada di sini?"
"Mami? Siapa nama mami-mu?" tanya satpam itu kebingungan.
"Mayra," jawab Luciel dengan tatapan polosnya.
"Tidak ada pegawai bernama Mayra yang bekerja di sini."
"Kalau begitu terima kasih atas informasinya." Luciel berbalik badan dan hendak pergi, tetapi satpam itu mendadak menahan tangannya.
"Nak, tunggu! Apa kau terpisah dari ibumu? Jika iya maka aku akan membantumu!"
"Pak satpam masih harus bekerja, tidak perlu membantu. Aku bisa mencari mami sendiri!" Seketika Luciel menepis tangan satpam itu dan berlari menjauh dari sana.
"Mami bilang jangan mudah percaya pada orang dewasa! Apalagi pria!" gumamnya sambil berlari.
Luciel masih dalam semangat yang membara untuk mencari keberadaan Chelsea. Dia tanpa ragu mencoba ke tempat lainnya, mulai dari toko elektronik, toko kosmetik, toko kelontong, restoran, kafe, klinik dan masih banyak lagi. Entah sudah berapa blok yang telah dia lewati.
Ada beberapa orang yang sempat menaruh simpati, tetapi Luciel tetap menolak bantuan dari mereka semua karena rasa waspadanya terhadap para orang dewasa. Hingga saat tengah hari yang panas pun tiba, rasa laparnya menyerang dan bahkan persediaan air minumnya tersisa sedikit.
Luciel kini beristirahat dan duduk di sebuah bangku yang berada di trotoar. Dia membuka tasnya lalu mengambil sebungkus snack berupa keripik kentang. Bukannya langsung makan, dia justru menatap bungkus snack itu dengan ragu.
"Padahal ini Luciel siapkan untuk mami. Di film-film orang jahat tidak memberi makan, sekarang pasti mami kelaparan. Tapi ... perut Luciel sakit, Luciel tidak tahan ...."
"Maaf mami, Luciel makan sendiri ...." Butiran air mata tertahan di pelupuk mata bocah itu. Dengan terpaksa dia memakan makanan yang dia maksudkan untuk ibunya.
Setelah mengisi kembali tenaganya, Luciel kembali melanjutkan perjalanan mencari Chelsea. Hingga tanpa terasa hari sudah sore, dia menyerah untuk hari ini dan bermaksud untuk kembali ke rumah.
Namun, masalah besar terjadi. Luciel lupa ke mana arah jalan pulang, dia terus berputar-putar di lingkungan perkotaan yang padat itu. Terlebih lagi saat ini waktunya jam kerja berakhir, area perkotaan itu makin ramai dilalui orang daripada siang tadi.
"Tadi lewat mana, ya?" Bocah itu menengok ke kanan kiri, mencoba mengingat namun dia sama sekali tidak hafal jalanan di kota itu lantaran baru pindah seminggu yang lalu.
"Luciel tersesat ...." ucapnya dengan lirih. Seperti anak kecil yang tak kehilangan sisi rapuhnya, Luciel menangis di tengah kebingungan dan kerumunan orang-orang yang berlalu lalang. Tetapi karena didikan yang dia terima selama ini, dia menangis dengan tenang dan tidak sampai berteriak-teriak.
Anak itu selama ini dididik untuk menjadi pemberani, karena itu Luciel tak berlama-lama bersedih dan menangis. Dia menyeka air matanya dan dengan semangat mencari mami nya kembali. Sudah terlanjur begini, akhirnya dia memutuskan mencari lebih jauh lagi.
Matahari kini sudah sepenuhnya tenggelam, dan bahkan jarum jam sudah menunjuk pukul 7 malam. Luciel kelelahan karena sudah berjalan begitu jauh. Langkah kakinya terhenti saat mencium aroma wangi dari sebuah toko roti. Dia mendekat, memandangi semua roti-roti yang tampak lezat dari kaca luar.
"Uhh ...." lirih Luciel sambil memegangi perutnya yang kini keroncongan.
CRING!
Lonceng berbunyi saat pintu toko terbuka, tampak seorang wanita keluar dari sebuah toko tersebut. Perhatiannya langsung tertuju pada Luciel yang malang. Dia mendekati bocah itu dan menyentuh pundaknya.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya wanita itu dengan senyum ramah.
"T-tidak ada!" jawab Luciel sambil menggeleng secepat mungkin.
"Oh, apa kau lapar?"
"Tidak!" bantah Luciel lagi.
KRUKK ...
Tiba-tiba keluar suara dari perut Luciel, dan wajah bocah itu kini merona karena malu orang lain mendengar suara perutnya.
"Pfftt ... ayo masuk! Pilih kue mana pun yang kau mau!" Wanita itu pun terkekeh dan menarik lengan Luciel.
"T-tidak mau! Luciel tidak mau menyusahkan Kakak!"
"Eh? Barusan kau memanggilku kakak?" tanya wanita itu dengan antusias.
Hoho, bahagianya ibu beranak tiga sepertiku dipanggil kakak oleh anak kecil. Ternyata aku memang awet muda!
"Iya, Kakak tolong lepaskan Luciel!"
"Haha, bocah kecil! Ah ... tidak, maksudku Luciel. Kau tenang saja, tidak usah sungkan karena toko ini milik Kakak! Nah, ayo masuk dan khusus untukmu tidak perlu bayar!"
"T-tapi ...." Luciel kali ini hanya pasrah saat wanita itu menyeretnya masuk. Untuk pertama kalinya dia mempercayai orang dewasa selain mami nya.
Darlings Bakery, adalah nama dari toko roti itu. Sebuah toko roti terkenal yang telah dibuka sejak lama. Wanita yang membawa Luciel masuk adalah pemiliknya. Dia dengan senang hati memberikan seporsi kue dan ice cream untuk Luciel. Tetapi Luciel masih merasa canggung untuk makan, terlebih lagi karena ada banyak orang yang saat ini masih di dalam toko.
"Kenapa tidak dimakan? Ini tidak sesuai dengan seleramu?" tanya wanita itu dengan senyum lembut.
"T-tidak kok, Luciel akan makan!"
Luciel memakan kue tersebut dengan lahap, entah memang karena dia kelaparan atau karena rasa kuenya yang enak. Dia juga suka sekali dengan ice cream yang diberikan, bahkan sampai ada sebagian kecil yang menempel di sudut bibirnya.
"Sebentar!" ucap wanita itu yang kemudian mengambil tisu dan mengusap sisa ice cream yang tertinggal di bibir Luciel. "Haha ... makan pelan-pelan."
"..." Luciel hanya ternganga, dia tidak menyangka jika akan menjumpai orang dewasa lain yang perhatian seperti mami nya. Tetapi mendadak dia tersadar dari lamunannya, kemudian berkata, "Terima kasih banyak atas kue dan ice cream nya, Luciel harus pergi sekarang. Sampai jumpa lagi, Kakak!"
"Tunggu dulu!" Wanita itu kembali menahan tangan Luciel. "Mau ke mana kau malam-malam seperti ini sendirian?"
"Mau mencari mami," jawab Luciel yang sontak saja membuat wanita itu terkejut.
"Mami-mu hilang?!"
Luciel hanya mengangguk. Wanita yang merasa iba itu pun mendekat dan mengusap kedua pipi Luciel. "Coba ceritakan, mungkin Kakak bisa membantumu."
"Sungguh ingin membantu Luciel?" tanya bocah itu dengan tatapan berbinar.
"Iya, Kakak pasti akan membantu semampu yang Kakak bisa!"
"Baiklah, terima kasih Kak." Luciel pun menceritakan segalanya, mulai dari mami nya yang tak kunjung pulang, telepon mencurigakan dari pria misterius, hingga dia yang berusaha mencari mami namun berujung tersesat tak tahu arah jalan pulang.
Wanita itu sangat prihatin hingga dahinya berkerut, dia membayangkan betapa susah dan lelahnya Luciel selama hari ini menelusuri perkotaan.
"Di mana alamat rumahmu?" tanya wanita itu.
"Tidak tahu namanya, Luciel belum lama pindah ke sini. Tapi Luciel ingat rumah Luciel seperti apa, warnanya putih dan ada tanaman bunga anggrek di depan!"
"Ohh ...."
Sial, aku tidak bisa membantu jika seperti ini! Rumah bercat putih sangat banyak, bahkan rumahku sendiri juga bercat putih.
"Emm ... Kakak punya ide! Bagaimana jika malam ini Luciel menginap di rumah Kakak?" bujuk wanita itu dengan senyuman.
"Kakak ini bukan penculik, kan?"
"Haha, tentu bukan. Kalau begitu kakak akan memperkenalkan diri, nama kakak adalah Nisa! Tidak ada penculik yang memperkenalkan diri, bukan?"
"Umm ... iya, sepertinya Kakak memang orang baik. Aku Luciel dan umurku 6 tahun."
"Baguslah! Di rumah, Kakak juga punya anak yang seumuran denganmu. Nanti Luciel bisa berkenalan dan berteman dengannya!"
"Berteman?!" Luciel mulai antusias. Seperti hal wajar yang diinginkan oleh anak-anak lainnya, Luciel juga mendambakan kehadiran seorang teman.
"Iya, Luciel mau kan pulang bersama Kakak?"
"Emm ... tadi bilang jika sudah punya anak, bukankah harusnya Luciel memanggil Tante?"
"Hahaha ... panggil saja aku Kakak! Aku masih muda!" pinta Nisa dengan senyuman namun terkesan memaksa.
"O-oke, tapi ... bagaimana dengan mami?"
"Luciel bisa melanjutkan pencarian besok, yang penting Luciel malam ini beristirahat agar punya tenaga untuk mencari mami Luciel lagi!"
Haiss ... bocah ini bilang jika dia tidak punya ayah, tidak menutup kemungkinan jika ibunya memang sengaja menghilang untuk membuangnya demi laki-laki. Kasus yang begini tidaklah sedikit. Dari pada anak semanis ini terlantar, lebih baik aku bawa pulang saja.
"Baiklah, Luciel setuju menumpang di rumah Kak Nisa!"
"Bagus, Luciel anak pintar~" Nisa lalu mengusap kepala Luciel dan tersenyum puas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Mak Aul
menolak tua, tapi gak gitu juga🙄
2022-12-26
1
Mak Aul
hohoo ...
itu pasti aku pas lagi beli roti buaya😚
2022-12-26
1
Mak Aul
imutnya kau Luciel alias Sammy
2022-12-26
1