Karena hal yang sangat mendesak, maka tes DNA ulang dilakukan malam itu juga. Mereka juga meminta pada pihak rumah sakit agar tes tersebut dirahasiakan dan dilakukan secepat mungkin. Begitu pihak rumah sakit menyatakan tes nya akan keluar dalam waktu 24 jam, Tuan Muchtar memutuskan untuk mengadakan acara jamuan makan malam untuk esok harinya.
Hari dengan cepat berganti. Keluarga Adinata sangat yakin jika hasil tes terbaru pun hasilnya tidak akan berbeda. Mereka semua bersedia untuk hadir di jamuan makan malam yang diadakan di kediaman utama Kartawijaya.
Kebenaran tetaplah kebenaran, benar saja hasil tes tersebut tetap menunjukkan bahwa bayi tanpa nama itu anak biologis dari Daniel Kartawijaya. Dan jamuan makan malam ini diadakan semata-mata untuk membicarakan tentang bagaimana Daniel akan bertanggung jawab.
"Baiklah, aku akan menikahi Natasha sebagai bentuk tanggung jawabku!" ungkap Daniel di tengah jamuan.
"Terima kasih," ucap Natasha dengan senyuman tipis di sudut bibirnya. Dia tak tahu lagi harus berkata apa, pernikahan yang pada dasarnya tanpa cinta. Tetapi, dia bersyukur setidaknya lewat pernikahan itu maka putranya akan mendapatkan kasih sayang dari ayah aslinya.
"Kau tak perlu sungkan, jika ada apa-apa kau bisa langsung katakan saja. Kami semua akan mendengarkan pendapatmu," ucap Chelsea sambil memegang tangan adiknya yang terlihat gemetaran.
"Emm ... Aku sudah puas jika Tuan Muda Daniel bersedia bertanggung jawab. Tetapi, bagaimana nanti dengan putraku? Aku tidak ingin jika dia dicap sebagai anak haram oleh orang-orang ...."
"Soal itu kau tidak perlu khawatir! Aku tak akan membiarkan cucu pertamaku mendapat perlakuan seperti itu! Kau tenang saja, hal-hal seperti ini biar kami para orang tua saja yang memikirkan jalan keluarnya!" seru Tuan Muchtar Kartawijaya dengan mudahnya.
"Syukurlah jika begitu." Natasha tersenyum lega.
"Haha, kau tak perlu sungkan padaku jika itu demi putramu. Aku sudah sangat lama mendambakan cucu, dan aku janji padamu bahwa aku akan mengadakan pesta untuknya!"
"Ayah!" sahut Keyran sambil melotot kepada Tuan Muchtar. Dan tentu saja semua pandangan langsung tertuju padanya.
"Apa kau keberatan?" tanya Tuan Muchtar dengan tatapan sinis.
"Istriku belum lama ini keguguran, lalu akan ada pesta penyambutan bayi. Ayah pikir bagaimana perasaan istriku nanti?"
"Kau tinggal buat saja Nisa mengerti bagaimana perasaan senangnya ayahmu ini. Bahkan jika dia tidak mau hadir juga tidak apa-apa. Aku hanya ingin menunjukkan cucu pertamaku pada dunia!"
"Ck, terserah!" Keyran memalingkan wajahnya, wajahnya tampak sudah kehilangan minat untuk mendengarkan keegoisan ayahnya.
Meskipun sempat ada pertentangan, pembicaraan itu tetap kembali dilanjutkan. Hasil dari jamuan makan malam itu telah diputuskan bahwa Natasha dan Daniel akan menikah 3 hari kemudian. Upacara pernikahan tersebut akan dilaksanakan secara diam-diam, namun setelahnya akan diadakan resepsi untuk pengakuan di depan publik.
Pesta penyambutan bayi juga tak lupa diadakan setelahnya, Tuan Muchtar bersikeras mengadakan pesta amal yang meriah karena saking senangnya dia mendapatkan cucu pertama. Bahkan dia juga meminta Natasha agar mulai malam ini menginap di kediamannya bersama dengan bayinya.
Walaupun sebatas pernikahan tersembunyi, tetapi hal tersebut disambut baik oleh kedua pihak keluarga. Terlebih lagi bagi Tommy Adinata, dia sangat senang karena akhirnya mendapatkan kesempatan emas untuk reputasi serta bisnis keluarganya semakin bergerak maju.
Berbeda halnya dengan Natasha, karena merasa tidak enak jika menolak permintaan dari calon ayah mertuanya, maka dia memutuskan untuk setuju menginap. Tuan Muchtar juga telah mengatur sebuah kamar khusus untuk cucu kesayangannya.
Seperti hal wajar yang dilakukan oleh bayi pada umumnya, bayi Natasha juga berulang kali menangis saat tengah malam. Hal itu sedikit membuat Natasha kewalahan karena tidak biasanya dia merawat bayinya seorang diri, biasanya selalu ada Chelsea yang membantunya.
Tangisan bayi yang keras itu juga didengar oleh para pelayan yang akhirnya turut membantu mencoba menenangkan sang bayi. Namun tetap saja tangisannya masih belum berhenti.
"Cup-cup ... tenanglah sayang," ucap Natasha sambil menimang-nimang bayinya.
"Oekk ... oeekk ...." tangisan itu makin keras.
"Kenapa dia rewel?" tanya Daniel yang tiba-tiba muncul. Para pelayan yang kaget pun langsung membungkuk dan menyambut kedatangannya.
"Entahlah, tidak biasanya dia begini," jawab Natasha sedikit gugup.
"Apa mungkin karena dia belum terbiasa di tempat asing?"
"Mungkin ..." jawab Natasha yang masih menghindari berkontak mata dengan calon suaminya.
Sejenak Daniel tertegun, kemudian dia meminta agar semua pelayan pergi dari kamar itu. Natasha semakin gugup saat tahu jika tinggal mereka berdua di ruangan yang sama.
"K-kenapa menyuruh mereka pergi?"
"Terlalu banyak orang juga tidak nyaman." Tiba-tiba saja Daniel melangkah mendekat dan berdiri di hadapan Natasha. "Bagaimana caranya menggendong bayi?"
"Eh, kau mau menggendongnya?!" tanya Natasha seakan tak percaya.
"Iya, apa tidak boleh?"
"B-boleh kok! Ehmm ... angkat kedua tanganmu dulu setidaknya setinggi dada. Nanti gunakan lekuk tanganmu untuk bagian kepala, lalu yang satunya lagi untuk menopang tubuhnya."
"Aku paham." Daniel langsung melakukan seperti yang Natasha minta, bahkan dia juga meniru bagaimana posisi tangan calon istrinya sama persis.
Setelah dirasa sudah pas, Natasha lalu memberikan bayinya yang masih menangis itu ke tangan Daniel. "Hati-hati ..." ucapnya khawatir.
Tangan yang masih kaku itu mencoba meluweskan dengan gerakan menggoyangkan tangan perlahan. Dengan arahan dari Natasha, Daniel menimang bayi mereka yang mungil di dalam dekap tangannya.
Perlahan tangisan bayi itu mereda. Manik mata mungil dan bulat bak boneka itu berkaca-kaca, mengerjap dalam kehangatan gendongan dari seorang ayah untuk pertama kalinya.
"Dia mirip sekali denganku." Terukir senyuman tipis di sudut bibir Daniel. Natasha yang menyadari itu pun merasa kaget dengan tingkah pria yang selalu memasang wajah dingin dan angkuh tersebut.
"I-iya, kau ayahnya ... Dan terima kasih atas bantuanmu, dia akhirnya mau diam." Natasha tersenyum canggung.
"Tidak perlu berterima kasih, dia juga anakku." Sekali lagi Daniel memperhatikan raut wajah putranya. Senyumnya tiba-tiba menghilang saat melihat bibir mungil itu mengecap-ngecap.
"Sepertinya dia lapar," ucapnya sambil menatap Natasha.
"Ah, kau benar! Sini, biar aku menyusuinya!" Natasha langsung menggendong bayinya kembali, dia juga beralih untuk duduk di sebuah sofa panjang. Namun, dia masih belum segera melepas kancing bajunya. Tiba-tiba saja dia merasa kikuk karena sadar jika Daniel masih berada di sana.
"Ada apa? Kenapa tidak segera? Kau tidak lihat anakku sudah lapar?" tanya Daniel dengan wajah datar.
"Ehmm ... apa kau akan tetap di sini?" tanya Natasha.
"Iya. Apa kau malu? Lagi pula aku sudah pernah melihatnya."
"Tidak sopan!" teriak Natasha dengan wajah memerah.
"Jangan berteriak, atau dia akan terkejut dan menangis lagi!"
"M-maaf ... aku tidak bermaksud begitu."
"Ya sudah kalau kau tidak mau aku di sini, aku akan pergi." Daniel memutuskan untuk pergi.
Ketika Daniel selangkah lagi dari pintu tiba-tiba Natasha berkata, "Tunggu! K-kau boleh tetap di sini."
Seketika Daniel menoleh. "Kenapa berubah pikiran?"
"Sejujurnya ... aku memang masih sedikit trauma, setiap kali melihatmu ada ketakutan tersendiri. Tapi, sebentar lagi kita akan menikah! Jadi aku mau menghadapi ketakutanku agar nanti aku terbiasa!"
"Baiklah, jika itu maumu." Daniel lalu berbalik dan duduk di sebelah Natasha.
Kehadiran Daniel membuat Natasha merasa sedikit tidak nyaman, tetapi mau tidak mau dia harus melakukan ini agar rasa traumanya perlahan hilang. Di satu sisi pun Daniel juga mau mengerti, dia hanya fokus menatap sang bayi dan bukan pada Natasha demi menghormatinya.
"Oh iya, malam ini kau mau tidur di mana?" tanya Daniel.
"Tentu saja di kamar ini, memangnya di mana lagi?"
"Kau bisa tidur di kamarku yang jauh lebih nyaman."
"K-kita belum menikah secara sah! Terlalu terburu-buru jika kita tidur di satu kamar sekarang!" teriak Natasha dengan wajah tersipu malu.
"Aku tidak pernah bilang kita akan tidur bersama, aku bisa tidur di kamar lain."
"O-ohh ... begitu ya." Natasha memalingkan wajahnya, dia amat malu karena telah berpikir yang macam-macam.
***
Hari berganti, persiapan demi persiapan telah diselesaikan dengan baik dengan memperhatikan seluruh detail. Hingga tibalah saat ini, saat di mana dilaksanakannya upacara pemberkatan pernikahan Daniel dan Natasha.
Upacara pemberkatan itu dilaksanakan di sebuah gereja yang letaknya cukup tidak diketahui oleh banyak orang. Kedua keluarga konglomerat itu telah mengatur semuanya agar pernikahan ini menjadi pernikahan tersembunyi yang sempurna.
Pernikahan itu dilaksanakan di pagi hari, kedua mempelai beserta segenap keluarga menuju ke gereja yang ditunjuk untuk melaksanakan pemberkatan pernikahan. Namun karena ini merupakan pernikahan tersembunyi, maka tidak ada jemaat gereja yang menyambut rombongan itu dengan suka cita.
Begitu di dalam gereja, Daniel dan Natasha duduk bersanding di depan mimbar. Sementara orang tua dari masing-masing mempelai duduk di barisan paling depan, dilanjutkan oleh anggota keluarga lainnya di belakang.
Prosesi diawali dengan melantunkan pujian bersama-sama, pemberitaan firman Tuhan lalu disambung dengan upacara peneguhan nikah yang dipimpin oleh pendeta.
Di dalam upacara peneguhan nikah ini, pendeta mengajukan beberapa buah pertanyaan untuk kedua mempelai. Tentu saja hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kesungguhan kedua mempelai dalam memasuki bahtera pernikahan.
Dengan suara yang lantang, pendeta itu berkata, "Pada pernikahan yang suci ini, hari ini akan dipersatukan Daniel Kartawijaya dengan Natasha Faradila Adinata!"
Pendeta itu lalu menatap ke arah Daniel. "Saudara Daniel Kartawijaya, apakah saudara mengakui di hadapan Tuhan bahwa saudara bersedia menerima saudari Natasha Faradila Adinata, sebagai istri satu-satunya dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup?"
"Saya bersedia," jawab Daniel dengan ekspresi datar. Dari sorot matanya sama sekali tidak terlihat rasa gugup, tidak terima atau apa pun.
Pendeta itu pun berganti menatap ke arah Natasha. "Saudari Natasha Faradila Adinata, apakah saudari mengakui di hadapan Tuhan bahwa saudari bersedia menerima saudara Daniel Kartawijaya, sebagai suami satu-satunya dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup?"
"S-saya ... bersedia," jawab Natasha dengan suara gemetar.
Prosesi demi prosesi berhasil dilaksanakan dengan lancar. Kini Daniel dan Natasha telah resmi menjadi sepasang suami istri. Setelah semua prosesi selesai, tiba-tiba Natasha menghampiri Chelsea yang sejak tadi hanya duduk diam sambil memangku keponakannya tersayang.
Natasha mendekati Chelsea dan meminta bayinya. Kemudian beralih menghampiri pendeta tersebut sambil menggendong bayinya.
"Permisi, Pak Pendeta! Aku ingin memperkenalkan bayiku. Dia adalah anak laki-laki yang manis, tetapi dia belum aku beri nama ... Bisakah Pak Pendeta yang memberikannya nama yang cocok?" pinta Natasha dengan tatapan berbinar.
Pendeta itu sejenak terdiam. Kemudian dia tersenyum tipis sambil mengusap kepala sang bayi yang tertidur pulas itu dengan lembut. "Agar tidak jauh-jauh dari nama ayahnya, maka akan aku beri nama ... Samuel."
"Terima kasih Pak Pendeta!" Natasha tersenyum semringah lalu mencium kening bayinya. "Sekarang kau sudah punya nama sayang! Samuel! Mama akan memanggil Sammy! Sammy yang lucu ...."
Daniel yang berdiri di dekat saja juga ikut tersenyum kecil, dia juga menganggukkan kepala kepada pendeta sebagai bentuk rasa terima kasihnya.
Samuel, sebuah nama yang memiliki arti yang cukup baik. Sebagian ada yang mengartikan itu sebagai 'hakim' dan ada juga 'Tuhan telah mendengar' (doa ibu untuk anaknya).
Cucu laki-laki pertama dari kedua keluarga konglomerat yang berpengaruh tersebut bernama Samuel. Bayi yang sebelumnya tak tahu bagaimana nasibnya, kini nasibnya telah berubah menjadi bayi yang akan mewarisi berbagai kemewahan serta kemasyhuran dari kedua keluarga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Asni J Kasim
Pengen komen, tapi setelah melihat nama author Shani MENCOBA RAJIN aku jadi ngakak 🤣🤣🤣. Semangat, Kak💪💪💪💪💪
2022-12-26
1
Mayya_zha
keberuntungan bagi si bayi... panjang banget..... puas kali lebar bacanya
2022-12-26
1
Riskejully
yuhu sammy sammy,.. Nggeh monggo sami sami
2022-12-26
1