Beberapa hari kemudian, Tentara Kelima yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Belma tersingkir dalam pertempuran.
"Seperti yang kau katakan. Bahwa Samuel tewas dalam pertempuran baru-baru ini." Ujarnya Kolonel Otto.
"Oh ~! Eksploitasi oleh pejuang pemberani dari tentara kita? ... Dari unit mana prajurit itu?" Jenderal Paul bertanya.
"Sebenarnya-- ..." Gumamnya Otto yang pada titik ini, matanya mulai goyah.
"Kamu mengangkat topik ini sendiri, jadi mengapa kamu ragu-ragu mengatakan nya? Tidak apa-apa, katakan saja apa yang ada di pikiranmu?" Paul bertanya penasaran.
Otto menjelaskan, "Maaf ... Sebenarnya, Samuel tidak dibunuh oleh tentara kita, tapi dia sebenarnya di bunuh seorang gadis pengelana."
"Aku pikir aku barusan salah dengar karena usiaku. Bisakah kamu ulangi lagi?" ujarnya Paul menggali telinganya.
Dan Otto yang tidak terpengaruh mengulangi ucapannya. "Samuel dibunuh oleh seorang gadis yang sedang bepergian."
"Aku mengerti. Jadi Otto juga bisa membuat lelucon ya. Tidak ada yang tahu kapan badai akan datang ... " Lanjutnya Paul.
Paul melihat ke luar jendela, dan awan gelap menutupi langit yang masih cerah beberapa saat sebelumnya. Tapi sepertinya dia tidak mengacu pada cuaca.
"Yang Mulia, sayangnya, itu bukan lelucon. Beberapa hari yang lalu, gadis itu membawa kepala lebih dari sepuluh Prajurit Kekaisaran kepada kami, termasuk kepala Samuel."
[Flashback On -- Beberapa hari sebelumnya.]
Otto sedang bekerja di kantornya, ketika para penjaga di pintu memberikan laporan mendesak, mengatakan bahwa ada seorang gadis yang telah membawa kepala Prajurit Kekaisaran dalam jumlah yang lumayan banyak. Itu adalah seorang gadis yang berlumuran darah dia adalah Olivia. Di dekat kakinya Olivia ada tas yang berlumuran darah juga.
Otto memeriksa isinya, dan dia menemukan isi tas itu penuh dengan kepala yang memakai helm Kekaisaran. Otto bertanya kepada Olivia apa yang terjadi, dan Olivia menjawab bahwa dia diserang oleh Prajurit Kekaisaran ketika dia melewati jalan Canaria, jadi Olivia bilang ia membunuh mereka. Itu sudah mengejutkan, tapi kejutan yang lebih besar menanti.
Setelah memeriksa kepala di tas itu, Otto benar-benar menemukan satu kepala milik Samuel.
[Flashback off]
"Apakah itu benar-benar kepala Samuel?" Jenderal Paul bertanya memastikan.
Otto menjawab, "Tidak diragukan lagi itu sangat jelas adalah milik Samuel dari 'Violent Thrust'."
"... Ini tidak bisa dipercaya." ketus Paul
Jika itu laki-laki bukan perempuan, Paul masih bisa mempercayainya. Bagaimanapun, harusnya pahlawan itu adalah seorang pria yang menunjukkan kehebatan pertempuran yang luar biasa sejak usia muda bukanya seorang Wanita seorang gadis muda lagi.
Paul menghisap dalam-dalam cerutunya, ia perlahan menghembuskan napas lalu berkata, "Saya tidak akan percaya jika saya tidak melihatnya sendiri ... Jadi, apa tujuan gadis itu membawa barang-barangnya ke benteng? Apakah dia menginginkan hadiah?"
Itu adalah tujuan yang masuk akal. Tidak ada yang membenci uang. Setelah Paul menanyakan pertanyaan itu dengan pemikirannya, Otto pun menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak. ... Dia hanya ingin menggunakan pencapaiannya itu untuk menjadi seorang prajurit di ibukota. Dia menemukan benteng ini dalam perjalanan dari sana, jadi dia memutuskan untuk memberi kami kepala-kepala itu sebelum mereka membusuk."
Paul kembali berkata setelah selesai tertawa, "Haha, berani sekali dia ... dia ingin bergabung dengan kita dalam keadaan seperti itu, ini tidak terduga ... Kamu memanggilnya gadis ya, jadi berapa usianya?"
Otto menjawab, "Saat aku bertanya padanya, dia menjawab 15 tahun."
Jawaban yang tidak terduga hampir membuat Paul menjatuhkan cerutunya. Itu adalah usia cucunya. Dari sudut pandang Dunia, gadis itu belum dewasa belum cukup umur. Bagi Paul, dia hanyalah seorang anak kecil ingusan.
Paul memandang Otto dengan rasa tidak percaya, tetapi Otto hanya menggelengkan kepalanya dengan tenang, dan bahwa jawabannya akan tetap sama tidak peduli berapa kali dia ditanya.
Paul tersentak lalu bertanya, "Hah... Lalu, dimana gadis itu sekarang?"
Otto memberitahukan, "Dia seharusnya berada dalam kekacauan. Ngomong-ngomong, mengingat kemampuannya yang menampilkan kepala musuh saat dia mendaftar, aku memberinya pangkat Warrant Officer."
(Warrant Officer artinya bisa Bintara Tinggi, bisa Sersan Mayor)
Cerutu Jenderal Paul benar-benar jatuh kali ini, namun ia mengabaikan cerutu itu dan memelototi Otto, tetapi Otto tidak terganggu. Ini terlalu berlebihan, jadi Paul langsung menegurnya, "Ajudan Otto. Tidak peduli seberapa ringan tangan kita, tetapi kamu telah bertindak terlalu jauh. "
"Apakah begitu?" Wajah Otto tetap tidak berubah. Inilah mengapa para Pria memanggilnya topeng besi.
Otto melanjutkan ucapannya, "Gadis itu membunuh Samuel, itu adalah pencapaian yang sangat besar, jika dia seorang tentara, dia akan dianugerahi medali 'Singa Perak'. Tapi sayangnya, dia tidak terdaftar saat itu. Tapi mendaftarkan seorang gadis yang bahkan belum mencapai usia minimum Ini berlaku bukan hanya sebagai seorang tentara, tetapi juga sebagai orang normal. ... Maafkan saya Yang Mulia, tapi kami tidak bisa menyia-nyiakan usaha untuk hal-hal sepele seperti itu. Baik itu seorang gadis atau wanita tua, jika dia bisa membunuh orang penting Prajurit Kekaisaran, maka Saya akan memanfaatkannya sepenuhnya. Saya benar-benar memahami kekhawatiran Anda yang mulia. Maaf yang mulia jika tidak ada hal lain, saya memiliki urusan yang harus saya tangani, permisi."
Otto memberi hormat dengan cerdas dan elegan, lalu meninggalkan kantor Komandan. Paul mengambil cerutu yang jatuh, dan memasukkannya kembali perlahan ke mulutnya.
(Seperti yang dikatakan Otto, kita tidak bisa mengambil banyak hal dengan mudah. Tetapi mengirim seorang gadis untuk berperang hanya karena kehebatan bela dirinya, itu tidak pantas untuk orang dewasa ... Sungguh memalukan.)
Paul menghela nafas dalam-dalam, dan asap yang dia embuskan menggantung di udara.
******
[Di tempat lain Tentara Kerajaan, Mess Hall Benteng Gallia]
Di sudut kekacauan tempat sejumlah besar tentara berkumpul, ada seorang pemuda yang terus-terusan berdecak gelisah.
Pemuda itu namanya Ashton Senefelder. Dia belajar di salah satu sekolah terbaik di Kerajaan, dan memiliki hasil akademis yang bagus. Sehingga dia dibebaskan dari wajib militer karena masa depannya yang cerah. Sayangnya, dengan situasi Kerajaan yang memburuk, pembebasannya dicabut, dan dia malahan direkrut menjadi tentara di teater perang selatan.
"Sigh ......" Ashton putus asa, dia belum pernah menggunakan senjata dengan benar sebelumnya, jadi baginya, Fort Gallia adalah tiket masuk menuju kuburan. Kematiannya hampir sangat pasti untuk sekarang ini. Pemuda itu yakin bahwa dia akan mati di medan perang, terlepas dari jenis pelatihan apa yang akan dia jalani tetap saja tidak akan berguna baginya.
Sebelum Ashton menyadarinya, rupanya ada seorang gadis cantik telah duduk di sampingnya dan mulai memakan roti. Wajah Gadis itu sangat proporsional dan matanya mempesona. Momen Ini adalah pertama kalinya bagi Ashton melihat seorang gadis yang menurutnya benar-benar keluar dari Dunia ini.
Gadis itu adalah Olivia. Setelah Olivia menghabiskan rotinya, dia melihat ke nampan milik Aston dengan mata memohon. Di sisi lain, roti di nampan Ashton masih belum tersentuh.
"Sepertinya dia belum kenyang. Haruskah aku memberinya rotiku ... Tidak, aku tidak punya motif tersembunyi--," Gumam batinya Aston.
Saat Ashton sedang mencari alasan untuk dirinya sendiri, dia bertatapan dengan Olivia.
"--"
"Hmm?" Olivia masih menatap Roti milik Aston.
Aston menyahuti Olivia, "H-Hei, kamu mau rotiku? ... A-Aku tidak memiliki tujuan tersembunyi, aku hanya berpikir kamu belum kenyang. Aku belum menyentuh rotiku, jadi jangan khawatir ... ambil saja."
"Benarkah boleh? ... Terima kasih banyak. Kamu adalah manusia yang baik!" Olivia mengulas senyum yang sangat imut dan manis. Dan di Batinya ia juga berkata, "Uwah -- Aku mengatakannya -- Hah? Manusia yang baik?"
Olivia merasa pilihan kata nya barusan terasa aneh baginya, tetapi Ashton tetap menawarkan rotinya kepada Olivia. Olivia tersenyum saat mengambil roti itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Tapi, gnirefforuoy htiwdesaelpmaI-- ... ," Ujarnya Olivia sambil sedang memakan roti, sehingga membuat suaranya tidaklah jelas seperti berkumur-kumur.
Aston mengulas senyum ia tidak mengerti maksud ucapan Olivia, sehingga membuat Aston bertanya, "... Apa maksudmu itu rotinya enak ya?"
...****************...
...To Be Continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments