Gadis itu terekekeh "Ha ha ha..." ia mengulas senyum miring, perlahan ia menarik napas, dan menyeka darah dari sudut bibirnya. Dia kemudian memperhatikan bahwa tangannya kram.
"Tidak apa-apa. Aku... masih baik-baik saja." Gadis itu mencengkeram gagang pedangnya dengan erat untuk menekan kejang, dan mengayunkan pedang dalam bentuk busur besar. Ini adalah penghalang yang dibuat dengan pedang. Salah satu teknik pedang yang diajarkan oleh Z, sikap bertahan ini tidak memiliki titik buta.
"Apakah kamu siap?" Sahut Z saat Sabit berputar di sekitar tangan Z seperti tongkat.
Gadis itu tidak menjawab pertanyaan itu, ia justru mengencangkan cengkeramannya.
"Kamu nampaknya siap." Saat Z mengatakan itu, gadis itu merasakan hawa dingin di punggungnya.
Dia segera melompat ke samping, dan menghindari serangan yang muncul entah dari mana yang berjarak hanya sehelai rambut. Gadis itu bergerak ke belakang Z dan mengayunkan pedangnya untuk melawan, tetapi dia berhenti. Dia harus melakukannya, karena sosok Z yang ada di depannya itu hanyalah Cloning Bayangan Z.
Ternyata Z yang asli tanpa sadar sudah bergerak di belakang gadis itu, dan Z menempelkan sabitnya di tenggorokan gadis yang saat ini mati langkah. Setetes keringat dingin pun membasahi kening gadis itu.
"Kamu hampir bisa mengikuti gerakanku, itu sangatlah bagus. Cukup untuk hari ini." Ujarnya Z lalu setelahnya ia meleleh ke tanah dan menghilang. Udara yang menindas di sekitar kuil lenyap bersamanya, dan dunia kembali pada ketenangan awalnya.
"Terima kasih banyak." Gadis itu menunduk hormat, ia melihat ke tanah tempat Z berada, dan mengucapkan terima kasih.
Jadwal harian gadis itu telah diperbaiki. Dia akan mempelajari situasi benua, bahasa, taktik militer, sihir, ilmu pedang, pertempuran jarak dekat. Sesekali, dia mengikuti Z ke dalam hutan, dan belajar berburu serta memasak. Pendidikan dan pelatihan gadis itu adalah apa yang Z sebut sebagai mengamati.
Suatu hari setelah pengamatan resmi dimulai, gadis itu diberitahu bahwa dia adalah makhluk hidup yang disebut Manusia. Istilah resminya lebih rumit, bentuk kehidupan ketiga (yang memiliki akal). Ketika gadis itu mengetahui hal itu, dia penasaran dengan Z yang sama sekali berbeda darinya, dan ia menanyakan tentang hal itu kepada Z.
Z menjelaskan dengan tenang, "Baiklah akan ku beritahu ... Bagi manusia di dunia ini, aku adalah sesuatu yang mirip dengan Dewa Kematian."
Jawaban Z yang tak terduga membuat mata gadis itu bersinar. Itu karena salah satu dari banyak buku yang Z berikan padanya ditulis seputar subjek Dewa Kematian. Menurut buku tersebut, Dewa Kematian adalah keberadaan menakutkan yang menuai jiwa Manusia tanpa pandang bulu.
Memberikan kematian yang sama untuk semua. Begitulah kata-kata akhir dari buku itu.
Gadis itu bertanya kembali kepada Z apakah jiwanya Z akan dituai juga.
"Tidak. Kami hanya akan menuai jiwa manusia yang tidak memiliki kesadaran diri lagi, atau manusia yang baru saja meninggal." Begitulah jawaban Z.
Gadis itu mengira itu benar. Dewa Kematian yang dijelaskan dalam buku itu adalah kerangka dengan jubah compang-camping, sedangkan Z adalah bayangan yang bergetar seperti nyala api hantu. Jika gadis itu harus memilih antara Z atau buku, gadis itu pasti akan percaya kepada Z, sosok yang membesarkan dan menjaganya.
Gadis itu meratapi dalam hatinya bahwa tidak semua yang tertulis di buku itu benar.
Di hari lain dalam waktu dekat, setelah menyelesaikan pelatihan ilmu pedang, gadis itu menanyakan pertanyaan lain kepada Z. Gadis itu mengatakan Z - kan telah mengajarkan ilmu pedang dan keterampilan bertarung jarak dekat, dengan kata lain teknik membunuh. Apakah itu pernah digunakan?
Z pernah memberitahunya bahwa manusia adalah makhluk yang agresif dan kejam yang akan membunuh jenis mereka sendiri untuk alasan selain untuk dikonsumsi. Tapi Gadis ini satu-satunya manusia di kuil ini. Tidak ada orang yang bisa dia bunuh, jadi dia merasa aneh kalau harus menjalani banyak pelatihan seperti itu.
Setelah hening sejenak, Z menjawab singkat pertanya Gadis itu, "Kamu akan mengerti saat waktunya tiba."
Z adalah bayangan sehingga Gadis itu tidak bisa melihat ekspresi apa pun dari Z, jadi gadis itu tidak dapat melihat bagaimana perasaan Z ketika mengatakan hal itu.
Tetapi pada saat itu-- gadis ini di benaknya ia yakin bahwa Z memiliki sedikit senyuman.
Baru-baru ini, gadis itu mulai berbicara dengan Z dalam bahasa manusia. Dia tidak tahu untuk apa ia mempelajari itu akan tetapi karena itu instruksi Z, dia harus patuh. Hari-hari observasi berlalu dengan lancar, dan gadis itu serta Z melanjutkan pengaturan hidup mereka yang aneh.
"Z. Kepalaku terasa pengap, dan punggungku terasa dingin. Aku rasa ada yang salah dengan tubuhku." Setelah pelajaran biasa berakhir, gadis itu memberi tahu Z bahwa dia sedang tidak enak badan.
"... Hmm, suhu badanmu panas. Kamu mungkin masuk angin." Z berkata dengan tangan gemetar di dahi gadis itu.
"Apa itu masuk angin?" Gadis itu bertanya.
"Yah... Seumpama analogi, ini seperti serangga yang mengotak-atik tubuhmu, menyebabkan ketidaknyamanan bagi tubuhmu." Jawaban Z.
"Ehh? Apakah karena aku makan Semut kemarin?" Gadis itu menyesali makan semut sebagai camilan.
"Aku sudah bilang jangan makan semut. Dan serangga yang aku maksud tadi hanyalah analogi." Z tercengang.
"Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku akan mati? Akankah Z memakan jiwaku ya?" Gadis itu bertanya dengan polos.
"Kamu tidak akan mati hanya dengan itu. Manusia tidak serapuh itu. Tapi mari kita hentikan pelatihan untuk saat ini, kamu harus kembali ke kamar dan istirahat. Jika kamu berbaring dengan tenang, tubuhmu akan pulih dalam waktu singkat." Seruan Z.
"Ya aku mengerti." Gadis itu mengangguk pelan lalu ia berjalan terhuyung-huyung kembali ke kamarnya, dan langsung naik ke tempat tidurnya.
Setelah tidur sebentar, gadis itu merasakan kehadiran dan membuka matanya. Dia berbalik dan melihat Z yang goyah berdiri di hadapannya. Gadis itu mengusap matanya dan memeriksanya lagi. Ini adalah pertama kalinya Z datang ke kamarnya.
"Ada apa, Z? apakah Kau ingin memakan jiwaku?" Gadis itu bertanya dengan polos.
"Aku membuatkan sup untukmu. Makanlah." Tutur Z.
Gadis itu kemudian menyadari bahwa ada mangkuk di nampan yang sedang dipegang Z. "Ehh ~ tapi aku tidak lapar." ujarnya sembari menggelengkan kepalanya.
"Nafsu makanmu berkurang karena kamu kedinginan. Makanlah meskipun kamu tidak lapar. Kau akan sembuh lebih cepat dengan cara itu."
Z duduk di tempat tidur, menopang gadis itu, dan menyendok sesendok sup ke mulut gadis itu.
"......"
"Ada apa? Buka mulutmu!" seruan Z.
"Y-Ya." Gadis itu mengangguk.
Dia memiliki perasaan kesemutan di hatinya, tetapi gadis itu masih membuka mulutnya dengan patuh. Z perlahan mengirim sup ke dalam mulut gadis itu, dan kehangatan segera menyebar ke seluruh perut gadis itu.
"Bagaimana? Aku membuatnya hambar, jadi akan lebih enak di perutmu." Z bertanya.
"Ya, rasanya enak... Ehehe." Gadis itu terkekeh sangat imut dan manis.
"Apa yang lucu?" Z bertanya heran.
"Tidak ada. Ahh ~. " Gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Hmm, sepertinya semuanya baik-baik saja." Z dengan gesit menyendok sup ke dalam mulut gadis itu. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, mangkuk itu kosong.
...****************...
...To Be Continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments