Bidak Catur Terkuat - (3)

Ashton telah melihat ini berkali-kali selama beberapa hari terakhir.

Para rekrutan itu tampak seperti penyembah yang memberikan persembahan kepada dewi Citresia. Dan ini karena Olivia langsung membunuh One horned beast. Ini menunjukkan kepada semua orang bahwa Olivia bukan hanya seorang gadis, tetapi juga sangat kuat.

Guile bahkan menyebut Olivia sebagai "Valkyrie Rambut Perak", dan menghormatinya. Semangatnya mempengaruhi rekrutan lain, dan mengakibatkan situasi ini. Semangat para rekrutan diangkat ke atap saat mereka berbaris di belakang Olivia.

Selama ini, Ashton memikirkan pedang Olivia. Dia tidak bisa melupakan pemandangan kabut hitam yang menutupi bilahnya. Tidak peduli betapa asingnya dia dengan senjata, Ashton tahu bahwa pedang Olivia tidak normal.

"Apa? Kamu terlihat melamun. Apa kau lapar?"

Olivia kemudian mengeluarkan roti dari ranselnya yang menggembung. Ashton menggelengkan kepalanya dengan wajah yang mengatakan "Hargai persembahan dari pemuja Anda."

"Saya tidak lapar. Daripada itu, bisakah saya mengajukan pertanyaan? "

"Tidak apa-apa... Tapi sebelum itu, sikap hormat itu? Bisakah kamu berhenti menggunakannya sekarang? Rasanya rumit, aku tidak suka. "

"Saya tidak bisa."

Ashton menolaknya tanpa berpikir dua kali.

"Muu - tapi kenapa? Kau berbicara dengan santai denganku di aula makan sebelumnya. "

Olivia tidak senang dengan jawaban Ashton, dan membusungkan pipinya.

"Saya tidak tahu Anda adalah atasan saat itu. Jadi meskipun Anda meminta saya untuk mengubah cara bicara saya... "

"Hmm ~ tentara benar-benar merepotkan... Itu benar! Kalau begitu, maka aku akan membuat hal ini sebagai perintah! Ashton dilarang menggunakan kalimat formal saat kau berbicara denganku! Ah, hal itu juga berlaku untuk semuanya, jangan memaksakan diri untuk menggunakan kalimat formal denganku."

Olivia memikirkan sebuah ide dan menepuk tangan. Para rekrutan itu dibuat bingung oleh perintah yang tiba-tiba, dan hanya Guile yang berlutut saat mendengar itu, dan berkata: "Jika itu adalah kehendak valkyrie."

Bahkan Olivia kaget karena dia bertindak sejauh itu.

Ashton bersyukur Olivia memberi perintah itu. Belum lama ini sejak pertemuannya dengan Olivia di aula makan, jadi cara bicaranya saat ini terasa aneh. Biasanya, dia tidak bisa begitu tidak hormat kepada atasan, tapi tidak akan menjadi masalah dengan perintah ini. Ashton mencoba meyakinkan dirinya sendiri dengan itu.

"Aku akan melakukannya. Aku mau tanya, apa kabut hitam yang di pedangmu itu? Aku yakin aku tidak salah lihat. "

"Oh ~ kamu penasaran dengan pedang ini. Ini adalah--"

"Pemimpin Peleton Olivia, Guile yang rendah hati ini telah melihat benteng!"

Guile yang berjalan di depan berbalik dan melambaikan tangannya dengan keras, memotong kata-kata Olivia.

"Sepertinya benteng itu target kita."

Seorang tentara memeriksa peta untuk memastikan. Di depan mereka ada benteng batu yang ditumbuhi tanaman merambat. Jaraknya masih agak jauh, tetapi benteng telah lumayan rusak, dan jelas sudah lama ditinggalkan.

"Kita akhirnya sampai, ya. Oke, semuanya, ayo bergegas! "

Olivia mengangkat tinjunya tinggi-tinggi, dan berjalan dengan berani menuju benteng.

(Aku tidak mendapatkan jawabanku atas pedangnya. Sudahlah.)

Para rekrutan bergegas mengejar Olivia.

Ashton juga mempercepat langkahnya.

"Tunggu! Olivia! Ini terlalu gegabah! "

"Pemimpin Peleton Olivia, ini tidak bagus! Silakan kembali!"

"Ahaha, tidak apa-apa. Ayo pergi!"

Olivia mengabaikan Ashton dan Guile, dan menyerang ke arah benteng. Tanpa pilihan lain, Ashton dan yang lainnya mengikuti sambil tetap waspada terhadap lingkungan sekitar.

Ini dalam keadaan yang mengerikan.

Melihat benteng dari dekat, kerusakan bahkan lebih menonjol. Mereka bisa melihat tembok yang runtuh, dan yang masih berdiri mungkin akan runtuh dengan sedikit kekuatan. Apakah ada gunanya merebut kembali benteng seperti itu? Ashton mulai ragu.

"Ngomong-ngomong, itu basis para bandit, jadi mengapa begitu sepi?"

Guile mengintip ke pintu masuk. Ashton setuju dengan penilaiannya. Olivia tidak menjawab, dan mengambil tombak dari seorang rekrutan, berkata: "Aku pinjam ini."

"Ehh !?"

Rekrutmen itu terkejut dengan tindakannya yang tiba-tiba. Olivia tidak mempedulikannya, menyiapkan tombak, dan melemparkannya jauh-jauh. Tombak itu merobek udara dan mendarat di semak-semak.

Suara seperti kodok yang tergencet bergema. Ashton dan Guile saling memandang dan berkata:

"... Aku mendengar sesuatu."

"Kukira aku mendengar sesuatu barusan."

Mereka mengangguk satu sama lain, lalu merayap menuju sumber suara dengan anggota lainnya. Mereka menarik semak-semak ke samping, dan menemukan seorang pria di tanah, dengan darah dan otak tersebar di mana-mana. Sebuah tombak tertancap ke pohon di dekatnya.

Jelas bagaimana pria itu meninggal.

"Oh, tepat sasaran."

Olivia yang datang tanpa mereka sadari bersorak saat melihat mayat itu.

"O-Olivia, apa itu... !?"

"Hmm ~ bagaimana aku harus mengatakan ini. Dia mengikuti kita dengan curiga untuk sementara waktu, dan mungkin bandit? Atau tikus selokan? "

Olivia tertawa ketika rekrutan itu melihat dengan wajah pucat. Setelah bertukar pandangan tanpa suara, mereka menguatkan tombak mereka dan bersiap untuk bertempur. Saat Ashton dan teman-temannya memperhatikan sekeliling mereka dengan hati-hati, seorang pria dengan tombak di bahunya berjalan dengan berani dari bayang-bayang benteng. Dia tinggi, memiliki rambut panjang, dan matanya setajam elang.

"Hmmp, saya terkesan karena Anda banyak merasakan kehadirannya. Siapa yang melakukan itu?"

Pria itu kemudian memeriksa kelompok dengan mata menilai. Ketika matanya tertuju pada Olivia, dia berhenti bergerak dan berkata:

"- Itu pasti Anda. Suasana di sekitar Anda benar-benar berbeda dari yang lain. Apakah Anda pemimpin wanita dari peleton ini? "

"Ya, aku Olivia. Senang bertemu denganmu."

Olivia melambaikan tangannya dan menyapanya dengan santai. Pria itu melambai dengan senyum masam.

"Oh, terima kasih atas perkenalan diri Anda, saya akan mengingatnya. Nama saya Wulf- hanya untuk memastikan, mengapa Anda ada di sini? "

Wulf menjentikkan jarinya, dan sekelompok bandit muncul di pintu masuk benteng. Jumlah mereka sekitar 40. Mereka semua tersenyum dingin sambil memegang senjata mereka dengan mudah. Jelas dari wajah mereka bahwa mereka tidak ragu-ragu membunuh orang. Para rekrutan adalah orang-orang yang giginya gemeretak karena ketakutan, sementara Olivia tidak bergerak sama sekali.

"Kami di sini untuk merebut kembali benteng. Mau bagaimana lagi karena ini adalah misi kami, tapi aku masih merasa aneh untuk mengambil kembali sesuatu yang telah dibuang."

"Haha, Anda benar, nona muda. Kalau begitu, bisakah saya meminta Anda untuk kembali? Sulit untuk merawat jenazah. "

Kata Wulf sambil mengangkat bahu. Seorang bandit segera mengomel: "Tapi kamilah orang-orang yang harus membersihkannya." Sementara para bandit membicarakan sampah para prajurit ...

"Ehh? Aku tidak akan merawat jenazah. Bisakah aku menyerahkannya kepada kalian semua? "

Olivia berkata sambil melihat para rekrutan. Mereka mengangguk serempak dengan wajah pucat. Dan tentu saja Ashton dan Guile melakukan hal yang sama.

Senyuman hilang dari wajah Wulf, dan dia bertanya dengan tatapan tajam:

"... Sekadar konfirmasi lagi, apa yang Anda maksud dengan 'merawat jenazah'?"

"Maksudku persis seperti yang aku katakan, apa yang salah? Kamu tidak mengerti apa yang aku katakan? "

Kata-kata provokatif Olivia membuat marah para bandit, dan suasana menjadi tegang. Wulf menghentikan anak buahnya, dan mulai memutar tombaknya. Suara tombak yang memotong udara bisa terdengar, dan rumput bergoyang dengan tombak yang berputar.

"Anda benar-benar berbicara besar, Nona kecil. Atau apakah Anda hanya terbelakang mental? Orang-orang yang mengatakan hal seperti itu kepada saya semuanya sudah mati. "

...****************...

...To Be Continue...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***