"Terima kasih untuk makanannya." Gadis Cantik itu mengulas senyum manis.
"Kamu telah memakan semuanya. Sekarang minumlah ini." Seruan Z.
Z lalu meletakkan gelas kaca perak ke tangan gadis itu. Di dalamnya ada cairan lengket berwarna hijau. Itu mengingatkan gadis itu pada monster yang ditampilkan di buku gambar.
"Apa ini? Semuanya lengket dan baunya aneh. Apakah Aku Bolehkah benar-benar minum ini?" Gadis itu terlihat mual.
"Itu obat. Kamu akan sembuh lebih cepat jika meminumnya." Z menjawab.
"Benarkah?" Gadis itu mencengkram seprai kasurnya.
"Apakah aku pernah berbohong padamu?" tutur Z.
"Tidak pernah." Gadis itu mencubit hidungnya dan meminum semua obat sekaligus. Rasa pahit tertinggal di mulutnya, menghilangkan rasa lezat dari sup tadi. "Z ~, ini sangat pahit ~."
"Begitulah rasa obat yang bagus. Yah, aku tidak tahu rasanya." Z menggeser kursi ke tempat tidur, dan duduk. Ia kemudian mengeluarkan sebuah buku dan dengan cepat membacanya.
"Apakah kamu akan tinggal di sini?" Gadis itu bertanya.
"Hmm? Ya, ini bagian dari observasi. Saat kamu bangun, kamu akan merasa jauh lebih baik. Jika kamu mengerti, maka tidur." Ujarnya Z.
"Ya, aku mengerti... Ehehe. Selamat malam, Z!" Gadis itu memejamkan matanya.
"... Selamat malam." Balasan Z.
Seiring waktu entah kenapa, gadis itu merasa sedang bermimpi indah.
...🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃...
Waktu terus berlalu, dan sudah lima belas tahun sejak gadis itu bertemu Z. Kehidupan gadis itu sama seperti biasanya. Satu-satunya hal yang berubah adalah standar studi dan pelatihannya. Gadis itu diberi nama aneh oleh Z, dengan sebutan Olivia yang artinya adalah Demi Kenyamanan.
Tubuh seorang gadis yang berusia lima belas tahun bernama Olivia ini berkembang secara drastis.
Di bawah pengawasan Z, Olivia sangatlah kuat dan menakutkan seperti binatang buas. Tapi Olivia masih terlihat seperti wanita yang normal. Anggota badan ramping dan dada bulat yang kencang berisi penuh adalah buktinya. Kulit Olivia putih mulus dan halus pasti akan memalingkan pandangan semua orang di jalanan. Gadis itu luar biasa sangat cantik.
Hari dimulai lebih awal untuk Olivia. Dia akan membuka matanya saat fajar dan melompat dari tempat tidur kanopi. Dia kemudian akan mulai melakukan peregangan dengan menguap. Suara tulangnya yang menggeretak membuatnya merasa segar kembali. Dia kemudian menyampirkan handuk yang tergantung di dinding ke lehernya, dan berjalan keluar ke koridor yang remang-remang. Olivia menyukai ketenangan saat fajar, dan dia bangun pagi hanya untuk menikmatinya.
Ketika dia mencapai halaman, akan ada beberapa berkas cahaya yang melewati kanopi pohon lebat yang menerangi tempat itu. Olivia berjongkok, lalu mengambil air dari sumur. Saat dia membasuh wajahnya dengan se-ember air, dia minum beberapa suap. Air meresap ke perutnya, dan Olivia tersenyum "Ahh, rasanya enak, segar sekali."
Dia bergumam puas, lalu pergi ke dapur ruang makan untuk membuat sarapannya. Tata letaknya sederhana, dengan kompor batu bata dan meja kecil. Olivia menambahkan kayu bakar dengan tangan yang terlatih, lalu berkonsentrasi pada jari telunjuk kanannya. Dia memvisualisasikan kekuatan sihir di tubuhnya bercampur dengan jumlah mana di udara yang sangat kecil.
Partikel biru dan putih berkumpul di jari telunjuknya, membuktikan bahwa kombinasi itu berhasil. Ketika partikel berkumpul di satu titik, itu menciptakan bola api seukuran kacang.
"Berhasil." Olivia tersenyum, dan melemparkan bola api ke arah kayu bakar. Api biru menyala dengan intens, dan gadis itu menggunakan tongkat poker untuk mengontrol pembakaran. Awalnya, gadis itu tidak bisa mengontrol kekuatannya dan menghancurkan kompor beberapa kali. Tetapi setiap kali dia kembali, dia akan menemukan kompornya pulih seperti semula, dan masih baru.
Fenomena ini mengingatkan Olivia kepada Gadis peri yang ditampilkan dalam buku yang pernah ia baca, buku itu berjudul "Komet peri nakal" Ceritanya tentang Komet Peri pemalu yang memainkan semua jenis lelucon pada manusia, dan senang mengejutkan manusia.
Jika seandainya semua itu ulah si Gadis peri itu maka Olivia telah memutuskan untuk menakuti Peri nakal itu sebagai gantinya. Olivia bersembunyi di sudut ruangan sepanjang malam untuk berjaga-jaga. Tapi Comet peri tidak muncul, sampai pagi pun tiba. Sudah hampir waktunya untuk pelajarannya, jadi Olivia tidak punya pilihan selain meninggalkan dapur. Tetapi ketika dia kembali untuk memeriksa di siang hari, kompornya sudah diperbaiki.
Olivia dengan keras kepala mengintai dapur selama beberapa hari, tetapi tidak berhasil. Beberapa waktu setelah kejadian itu, Olivia berlari melintas dan tanpa sengaja menemukan Z sedang menggunakan sihir untuk memperbaiki kompor, sehingga membuat Olivia merasa sangat kecewa.
Kenangan pahit itu membuat Olivia menggelengkan kepalanya, dan dia menyeka keringat di keningnya. Dia meletakkan panci sup sisa kemarin di atas kompor, dan menunggu sampai panas. Beberapa saat kemudian, suara menggelegak keluar dari panci, bersama dengan aroma yang menggugah selera.
"Terima kasih untuk makanannya." Gadis itu makan sarapannya sendirian, meletakkan peralatan dengan cepat, dan menuju ke ruang kelas. Selain ada kamar tidur, Olivia juga ada kamar lain di kuil, tapi semuanya terpencil. Ini wajar saja karena tidak ada yang mengelola tempat itu. Itu sama untuk ruang kelas.
Dia mendorong pintu dengan lingkaran sihir yang sudah dikenalnya, dan sesuatu jatuh dari engselnya dengan bunyi gedebuk keras. Itu akhirnya putus dari tepi yang membusuk.
Olivia tidak memedulikannya, ia melangkah melewati pintu dan memasuki ruangan, di tengahnya ada satu set meja dan kursi, tempat dia duduk. Dia hanya perlu menunggu Z muncul begitu saja, dan memulai pelajaran. Olivia tidak merasa ada masalah. "Z terlambat hari ini ~." Gumanya sambil melipat tangan di atas perut
Tetapi, tidak peduli seberapa lama Olivia menunggu, Z tidak juga muncul-muncul. Untuk pertama kalinya Olivia merasa ada yang salah, ia mendekati mimbar yang selalu digunakan Z. Dia melihat pedang hitam yang tidak ada di sana sebelumnya, sesuatu seperti surat, dan batu delima.
Dan seperti yang diharapkan, itu benar-benar sebuah surat, ditujukan kepada Olivia. Dia membacanya berkali-kali, lalu berlari keluar dari kuil dengan pedang hitam di tangannya.
Ketika menyadarinya sisa bayangan keberadaan Z, Olivia pun berteriak kencang "Z ......!" Ia memanggil nama Z dengan volume yang bahkan mengejutkan dirinya sendiri. Tetapi, Z tidak menanggapi, hanya menyisakan gema yang menghilang di udara. Meski begitu, Olivia terus memanggilnya hingga suaranya menjadi parau. Tapi Z tidak juga muncul-muncul.
"Z... Z... Z..."
Saat Olivia berulang kali memanggil Z, sesuatu yang hangat muncul dari matanya. Penglihatannya menjadi kabur, dan Olivia menyentuh sesuatu yang mengalir di pipinya. Dia akhirnya segera mengetahui bahwa ketika manusia merasa sedih, mereka akan menitikkan air mata.
Tetapi, Olivia tidak mengerti mengapa dadanya sakit, seolah-olah ada sesuatu yang meremasnya. Rasa sakitnya berbeda dari apa yang dia rasakan selama latihan Olivia mengamati tidak ada darah ataupun luka memar. Olivia berpikir Itu tidak disebutkan di dalam buku .
Setelah menangis beberapa lama. Olivia menyeka air matanya dengan lengan bajunya dan melihat sesuatu. Kabut hitam keluar dari pedang yang ada di tangan kirinya dan ia bergumam, "Ini seperti ..."
Bentuknya mungkin berbeda, akan tatapi pedang itu memiliki energi dan Aurah yang sama seperti sabit yang digunakan oleh Z. Olivia memegang pedang hitam dengan erat di tangannya, dan menunduk dengan tenang.
Hari itu juga Olivia meninggalkan kuil tempat naungan sejak kecil, dia tidak tahu apakah dia akan kembali mengunjungi tempat asalnya itu setelah melakukan perjalanan jauh, petualangan untuk mengenal Dunia Luar.
...****************...
...To Be Continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments