Olivia yang telah mengalahkan Tentara Kekaisaran di jalan Canaria, kini ia melanjutkan perjalanan menuju ke ibu kota dengan pegas di langkahnya atau lompat-lompat kegirangan. Orang-orang yang melewatinya dari waktu ke waktu semuanya tersentak kaget.
Wajar bagi mereka untuk bereaksi seperti itu, karena Olivia saat ini berlumuran darah. Biasanya, orang pasti akan bertanya kepada gadis itu, apa yang terjadi ketika mereka melihatnya seperti itu. Sebenarnya ada beberapa pejalan kaki yang berpikir untuk bertanya padanya.
Namun niat mereka pada akhirnya di urungkan, tidak ada yang berbicara dengan Olivia. Mereka mengalihkan pandangan mereka untuk menghindari masalah, dan diam-diam memberi jalan kepada Olivia. Alasannya sederhana, mereka semua merasa takut saat melihat pedang hitam berlumuran darah di pinggangnya Olivia.
"Berapa lama aku sampai ke ibukota ya~." Gumam Olivia saat tidak menyadari tatapan pejalan kaki lainnya sedang melihatnya.
Olivia melihat ujung tali di bahunya yang merupakan tas rami besar berisi kepala musuh-musuh yang dilawannya sebelumnya. Bagian bawah tas itu kini berubah warna menjadi merah tua akibat darah yang memenuhi.
"Hmm ~. Ini tidak berat, tapi cukup merepotkan, bikin risih." Gumanya Olivia yang berpikir untuk membuang tas rami itu. Jika dia melemparkannya ke rumput, binatang buas pasti akan dengan senang hati mengambil alih. Tanpa bawaan, Olivia bisa menggunakan jurus Fleet Footed Rush dengan leluasa dan sempurna.
Tas itu awalnya membuat tubuhnya sangat tertekan sehingga ia tidak bisa melakukan pergerakan terlalu banyak, dengan membuang tas itu akan memungkinkan Olivia mencapai ibu kota lebih cepat.
Tapi, Olivia langsung menepisnya dan menggelengkan kepala sembari bergumam. "Aku tidak bisa." Olivia mengingat ajaran Z.
[Flashback On]
"Apa kamu ingat itu waktu dulu, aku sudah memberitahumu bahwa manusia adalah ras yang agresif dan kejam?" Ungkapan Z.
"Ya aku ingat." tanggapan Olivia.
"Bagus sekali. Contohnya adalah kecenderungan manusia memburu kepala musuh mereka." Lanjutnya Z.
"Kenapa? Apakah kepala manusia terasa enak?" Pertanyaan Polos Olivia.
"Tidak bukan seperti itu. Mereka hanya tidak punya pilihan lain, manusia tidak akan mengkanibal jenis mereka sendiri." Z menjelaskan.
"Aku mengerti. Lalu kenapa mereka melakukan itu?" Olivia bertanya kembali.
"Salah satu alasannya adalah untuk membuktikan kekuatan bela diri mereka." Tutur Z.
"Kekuatan bela diri ...? Aku tidak mengerti." Olivia memegang dagunya.
"Yah ... Sederhananya, itu adalah cara untuk memamerkan kekuatan mereka." Ujarnya Z.
"... Manusia akan memburu kepala jenis mereka sendiri untuk alasan yang konyol?" Olivia berekspresi heran.
"Betul sekali? Bukankah mereka kejam?" Ujarnya Z.
"Hmm ~. Apa ada alasan lainnya?" Olivia bertanya lagi.
"Jika mereka memenggal kepala musuh, sekutu mereka akan senang. Tergantung pada situasinya, mungkin ada hadiah." Z menjelaskan.
"Hadiah? Apakah itu makanan yang enak? Atau mungkin buku ya ...?" Olivia nampak bersemangat.
"Mengenai itu, aku tidak terlalu yakin..." Z Menanggapi.
[Flashback off]
Olivia bermonolog, "Manusia suka menerima kepala musuh mereka. Z mengatakan itu padaku. Dalam hal itu, berarti diserang oleh Tentara Kekaisaran tadi itu adalah keberuntunganku. Aku tidak suka kepala manusia, tapi orang-orang dari Kerajaan pasti akan senang jika aku memberi mereka kepala ini. Dan mereka kemudian pasti akan membiarkanku bergabung dengan tentara."
Olivia yang gembira mengepalkan tinjunya dengan senyuman, ia mulai menyeret tali dari tas yang ada di pundaknya dan melanjutkan perjalanannya untuk maju dengan tekad yang baru.
Setelah Olivia berbelok dari jalan Canaria, ia mencapai dataran hijau yang tinggi. Tidak ada jejak manusia di sekitarnya, dan sebagai gantinya ada makhluk kecil yang mengintipnya dari semak-semak. Mereka mungkin tertarik oleh aroma darah di pakaian dan pedangnya Olivia. Namun mereka semua melarikan diri dengan satu pandangan dari Olivia.
"Mereka kok lari. Padahal aku tidak lapar, atau berpikir untuk memakannya ..." Batin Olivia bingung.
Ia melanjutkan dengan langkah-langkah ringan. Setelah melewati hamparan bunga, Olivia berjalan menuruni lereng yang landai dan mencapai tepi sungai yang lebar. Setelah mengisi bekalnya, Olivia menyusuri sungai ke hilir, dan melihat benteng yang sangat besar. Itu memiliki beberapa dinding, dan merupakan benteng yang kokoh.
"Wow! besar sekali!" Ujarnya Olivia yang mengira apa yang di lihatnya itu jauh lebih besar dari Gerbang menuju Dunia Bawah. Di bagian atas benteng ada bendera merah besar berkibar tertiup angin. Olivia melihat dengan hati-hati, dan melihat singa emas dan perak menopang perak dari kedua sisi.
"Piala perak, singa emas, dan singa perak..." Olivia merasa lambang itu familiar, dan ia memikirkannya.
"Hmm ~... Aku mengerti! Itu adalah bendera Kerajaan! Jadi itu benteng Tentara Kerajaan, ya ... " Puas dengan ingatannya, Olivia menatap tas rami miliknya. Dia bisa mencium bau busuk Dari Kepala yang ia bawa.
"Apa yang harus aku lakukan. Apakah kepala ini akan bertahan sampai aku berhasil mencapai ibu kota?" Gumamnya Olivia lalu mengarahkan pandangannya ke arah benteng.
Olivia menyilangkan lengannya di atas perut sambil berpikir keras. "-- Oke, aku sudah memutuskan! Sebelum aku pergi ke ibu kota, aku akan memberikan ini ke benteng sebagai oleh-oleh. Mereka tidak akan bisa tahu kalau ini adalah kepala Prajurit Kekaisaran jika kepala ini membusuk duluan."
Olivia mengangguk pada dirinya sendiri, dan mulai berjalan menuju benteng dengan perasaan senang. Matahari sedang berada di puncaknya, dan dengan kecepatannya, ia akan mencapai benteng sebelum senja.
******
Di Tempat lain
[Tentara Kerajaan, Base Camp Aksi perang selatan, Fort Gallia]
Setelah jatuhnya Fort Kiel di Pertempuran perang pusat, sejumlah besar uang segera diinvestasikan ke dalam perluasan Fort Gallia. Itu bisa membuat garnisun seratus ribu tentara, dan merupakan benteng terbesar di Kerajaan.
(Garnisun adalah sebutan untuk sekelompok pasukan yang bertempat di suatu lokasi {misalnya benteng}, dan bertujuan untuk mengamankannya.
Di dalam kantor komandan Fort Gallia ada komandan Letnan Jenderal Paul, seorang pria berusia 60-an. Dia duduk di depan meja yang terbuat dari kayu hitam, dan merupakan komandan Angkatan Darat Ketujuh dengan 40.000 tentaranya.
Paul bersandar berat di kursi kulitnya saat dia mendengarkan laporan dari ajudannya, Letnan Kolonel Otto.
Letnan Kolonel Otto berkata, "Laporan mendesak datang dari ibu kota pagi ini. Yang Mulia telah memutuskan untuk mengirim Tentara Pertama yang ditempatkan di ibu kota untuk memulihkan Benteng Kiel."
Letnan Jenderal Paul terlihat tertekan, "Cihh ... Jika Yang Mulia membuat keputusan bijak ini satu tahun sebelumnya, pasti perang akan menjadi berbeda. Sekarang Kekaisaran telah mengepung kita sepenuhnya, tidak ada nilai strategis dalam melakukan gerakan ini. Dan bahkan jika mereka mengirim elit militer Kerajaan, Tentara Pertama, peluang suksesnya sangatlah kecil ..."
Jenderal Paul menghela nafas, mengeluarkan cerutu dari saku dadanya dan menyalakannya. Sekarang cerutu adalah barang mewah yang bahkan para perwira tinggi kesulitan mendapatkannya. Paul mengambil satu lagi dan meletakkannya di mejanya, tapi ajudannya Letnan Kolonel Otto itu menolaknya dengan lambaian lembut.
Ajudannya Paul, yaitu Letnan Kolonel Otto sudah seperti teman Jenderal Paul sendiri, Ajudanya telah bekerja dengannya selama 20 tahun. Dia berbakat, tapi kepribadiannya terlalu kaku.
Ajudan Letnan Kolonel Otto berkata kepada Jenderal Paul, "Kehendak Yang Mulia (His Majesty) itu bukanlah sesuatu yang dapat diuraikan oleh makhluk fana sepertiku. Ngomong-ngomong, kita memiliki pesan dari Yang Mulia (His Makesty) untuk Yang Mulia Paul (Your Excellency)."
Cttn : (Sama-sama Yang Mulia, bedanya (Majesty) biasanya panggilan buat orang yg duduk di puncak kekuasaan macem Raja / Kaisar. Sedangkan (Excellency) buat pejabat yg jabatannya tinggi banget sampai-sampai jabatan itu enak banget kalo dipake buat berkhayal.. Haha..)
"Sebuah pesan, ya ... Mari kita dengarkan." Tuturnya Jenderal Paul.
"Ya pak. ... Letnan Jenderal Paul akan menjaga benteng Fort Gallia dan mempertahankannya sampai akhir. Akhir dari pesan ini."
"Fhuhuhu. Jangan terlihat terlalu pahit. Jika Fort Gallia jatuh, itu akan menjadi akhir dari Kerajaan. Yang Mulia Otto mengerti itu juga kan, dan harus menjelaskannya." ujarnya Paul untuk menghibur Kolonel Otto yang tampak kesal.
Kaisar Otto berdehem dan menjawab, "Hem ... Apapun yang terjadi, tugas kita adalah mempertahankan benteng ini. Selain itu, Yang Mulia paul, apakah kamu kenal dengan seorang pria yang bernama Samuel di Tentara Kekaisaran?"
Kaisar Paul menjawab, "Samuel? Hmm, kedengarannya familiar... Benar, aku ingat sekarang. Dia adalah orang yang menebas Mayor Jenderal Lance dari Tentara Kelima."
Mayor Jenderal Lance, Baru berusia 27 tahun, dia adalah seorang bintang yang sedang naik daun dia terkenal karena kecerdasan dan kecakapan bertarungnya.
Tapi, dia dikalahkan oleh Samuel dan tewas dalam Pertempuran Arschmitz yang intens. Tubuhnya disalibkan, dan dibiarkan membusuk di bawah Fort Kiel selama tiga hari tiga malam.
...****************...
...To Be Continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments