.
Pukul 19:38 WIB, di Mord Grup.
Hanabi sudah bersiaga di sisi jalan dengan mobilnya. Menatap tajam pintu masuk perusahaan itu. Ia melirik kesana kemari mencari keberadaan Leo dengan kewaspadaan tinggi sambil menghisap rokok yang sudah berada di sakunya sedari tadi.
Saat menghisap rokok yang kesekian kalinya, ponselnya tiba-tiba berdering. Ada panggilan masuk.
Ia segera merogoh saku celananya dan memeriksa siapa yang meneleponnya. Apakah Esme?
Tepat ! Benar sekali, Esmeralda lah yang meneleponnya. Hanabi segera mengangkat panggilan itu.
"Ya, hallo !" ucapnya dengan ruat wajah santai sambil memainkan asap rokok.
"Apa kau sudah berada di Mord Grup?" tanya Esme dari balik telepon itu dengan nada suara seperti berbisik.
Hanabi melirik ke luar jendela. "Ya, aku sedang menunggunya keluar," katanya. "Berapa lama lagi dia selesai kerja?" tanya Hanabi tidak sabaran.
"Ah ! Dia sudah keluar dari ruang kerjanya dan masuk ke dalam lift," ucapnya panik. "Cepat, bersiap-siap ! Jangan sampai kau kehilangan jejaknya. Aku masih ada kerjaan. Aku tutup dulu. Segera beritahu aku hasilnya, ya !" kata Esme tergesa-gesa dan langsung menutup panggilan itu.
Hanabi kembali mengantongi ponselnya, ia bersedia menunggu Leo lebih lama lagi.
Tidak lama, Leo pun terlihat tengah berjalan ke luar dari perusahaannya menuju area parkir sambil melihat sekeliling tempat parkir itu. Gerak geriknya sangat mencurigakan. Membuat jiwa mata-mata Hanabi membara.
Setelah merasa aman, Leo masuk kedalam mobil dan melaju dengan kecepatan normal.
Hanabi menyeringai, lalu ia memakai topi hitam dan melaju merayap mengikuti targetnya perlahan dari belakang.
Di tengah perjalanan, Leo menaikan kecepatan mobilnya. Hanabi merasa tertantang, ia mengalungkan puntung rokok ke jalan, Lalu ia pun segera menaikan kecepatan mobilnya sambil melirik sisi kanan dan kiri agar tidak tertinggal jauh.
Untunglah lalu lintas Jakarta sedang tidak macet. Jadi, Hanabi bisa leluasa mengikuti Leo tanpa hambatan.
Di persimpangan jalan yang berada di depan, mobil Leo berbelok ke arah kiri dengan kecepatan yang rendah, mobilnya mulai berjalan merayap. Hanabi menciutkan kedua matanya, karena tempat itu tak asing baginya.
Masuklah mobil Leo ke sebuah perumahan yang cukup elite.
Seketika Hanabi menginjak pedal rem, menghentikan mobilnya secara mendadak. Kedua bola mata Hanabi langsung terbelalak.
Nyatanya, rumah kedua orang tuanya pun berada di salah satu perumahan yang Leo masuki ini.
Hanabi langsung tersadar dari lamunannya. Sayangnya, mobil Leo sudah tak terlihat.
"Rrr... setelah masuk ke perumahan, belok kemana lagi dia?" geramnya sambil mencari ke segala arah.
Hanabi mengerutkan keningnya, menyesali kelalaiannya. Kemudian, ia segera mencarinya karena tidak ingin mengecewakan Esme.
Hanabi sedikit menekukkan topinya. Kemudian, mobilnya merayap memutari seisi perumahan itu sambil terus waspada.
Ia melewati rumah orang tuanya begitu saja. fokusnya kini hanya pada Leo.
Setelah memutari seisi perumahan, ternyata hasilnya nihil. Hanabi tak dapat menemukan mobil Leo dimana pun.
Hanya satu rumah yang belum ia periksa, tapi di depannya tidak terparkir mobil. Itu membuat Hanabi sedikit frustasi.
"Mobilnya benar-benar masuk kesini ! Jadi, mana mungkin tidak ada disemua rumah." Hanabi menundukkan kepalanya dengan perasaan kecewa pada dirinya sendiri.
Kemudian, ia menghela nafas panjang dan merogoh saku celananya, mengambil ponsel miliknya, lalu mengirimi pesan pada Esme, menyatakan permintaan maaf karena telah lalai hingga membuatnya kehilangan jejak Leo.
Setelah mengirim pesan pada Esme, jiwa penasarannya masih saja terus menempel.
Dengan sedikit keraguan, Hanabi pun menjalankan mobilnya dengan sangat hati-hati, melihat satu rumah yang belum ia periksa itu.
Dan ternyata...
Setelah berada di depan rumah itu, Hanabi melihat mobil Leo tengah terparkir di dalam sana. Pagar pembatas yang tinggi menutupi setengah dari mobil itu, tapi Hanabi bisa langsung mempercayai bahwa itu mobil Leo dari plat nomor nya. Ia sudah menghafalnya saat mengikutinya sepajang jalan tadi.
Hanabi sedikit memundurkan mobilnya. Sambil menunggu, ia membuka sedikit jendela mobilnya, lalu membakar kembali rokok miliknya.
Saat tengah nikmat menghisap rokok, tiba-tiba saja terdengar suara adu mulut dari dalam rumah itu. Hanabi terhenti dan segera menajamkan pendengarannya. Tapi, entah apa yang orang di dalam itu ributkan, karena suaranya tidak jelas.
Kemudian tak lama dari itu, Leo ke luar dari dalam rumah itu menghampiri mobilnya, diikuti dengan seorang wanita berambut panjang yang menguncir semua rambutnya dengan rapi.
Hanabi sedikit menaikkan tubuhnya, penasaran dengan wanita itu, karena wajahnya tertutup pagar, hanya Leo saja yang terlihat jelas.
"Uh, aku tak bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas !" gumamnya dengan raut wajah kesal.
Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Hanabi langsung mengangkatnya sebelum terdengar berisik kemana-mana.
"Ya, Hallo !" katanya, Hanabi tak melihat siapa yang meneleponnya, ia hanya fokus ingin melihat wajah gadis itu.
"Aku baru sampai rumah, jadi baru melihat pesan darimu. Bagaimana bisa kau kehilangan Leo? Bukankah kau sendiri yang bilang kau sangat lihai memata-matai orang?" kata Esme di balik telepon yang kini sudah berada di dalam kamar tidurnya.
Hanabi langsung membenarkan posisi duduknya. "Awalnya aku memang kehilangan jejaknya. Tapi, sekarang sudah tidak lagi. Apa kau mau tahu, dengan apa yang saat ini aku lihat?" tanya Hanabi, ia membuat Esme semakin tidak tenang hati.
Esme memainkan jari jemarinya, jantungnya berdetak hebat menjadi tidak tenang, raut wajahnya terlihat ragu dan ketakutan.
"Mm, memangnya apa yang kau lihat?" tanya Esme lirih.
Hanabi berseringai. "Kau harus menyiapkan mental dulu, sebelum mendengar pernyataan dariku !" katanya, membuat Esme semakin bergetar ketakutan. Ketakutan dengan hasil yang akan Hanabi ucapkan setelah membuntuti Leo.
"Ehemm... jelaskan saja apa yang saat ini kau lihat. Aku sudah siap." Tubuh Esme menegang dengan ketegaran palsunya.
Leo terlihat sedang berbincang di samping mobilnya dengan wanita berkuncir.
Hanabi sedikit tak tega untuk menceritakan yang sedang ia lihat itu.
"Lelakimu masuk ke perumahan, lalu ia memarkirkan mobilnya di salah satu rumah yang cukup elite. Aku terus menunggunya dari jauh, dia pun akhirya ke luar dari rumah itu, tapi diikuti dengan seorang wanita berbaju kuning yang rambutnya di ikat."
Apa !
Perasaan Esme langsung remuk saat itu juga. Lututnya bergetar hebat, ia terjatuh di atas ranjangnya. Nafasnya menjadi sangat berat, air matanya membendung. Tapi, ia terus berusaha untuk tetap tegar, agar bisa mendengar kelanjutan yang sedang Hanabi lihat.
"A-apa kau bisa menjelaskannya dengan ditel seperti apa wanita itu?" Rahangnya gemetar saat mempertanyakan hal itu.
Hanabi menciutkan kedua matanya, menajamkan penglihatannya. Tapi, tetap saja ia tak bisa melihat dengan jelas wanita itu karena terhalang sedikit pagar rumahnya.
"Aku... tak bisa melihatnya dengan jelas. Hanya wanita yang berbaju kuning dengan rambutnya yang di ikat. Ah ! Tunggu sebentar, aku akan mengambil foto mereka, dan langsung mengirimkannya padamu !" katanya, sambil mematikan panggilan begitu saja dan segera memoto Leo dan wanita berkuncir itu.
Jantung Esme berdetak kencang, saat menunggu hasil foto yang akan Hanabi tunjukan padanya.
Setelah mengambil beberapa foto, Hanabi langsung mengirimkannya pada Esme.
Kling... kling...
3 pesan baru, semuanya adalah foto.
Esme memejamkan matanya sejenak. Ia mengatur nafasnya sambil berusaha untuk tetap tegar.
Lalu, perlahan Esme membuka foto pertama.
Deg....
Di foto pertama, tampak Leo yang sedang menyentuh tangan wanita lain.
Tangan Esme gemetar hebat, hampir saja ponselnya terjatuh, sudah tidak ada kebahagiaan sama sekali di matanya, yang ada hanyala bendungan tangis yang ia tahan.
Esme menguatkan diri untuk melihat foto selanjutnya. Ia menggeser ponselnya.
Foto ke dua, Leo tersenyum lembut pada wanita itu sambil menyentuh rambutnya.
Esme menggigit bibir bawahnya, ia menutup mulutnya dengan tangan kanan. Matanya bergetar dan sudah sangat merah, sekali kedip saja air mata itu pasti langsung membasahi pipinya. Ia masih saja terus menahannya.
Kemudian Esme memberanikan diri lagi untuk melihat foto terakhir itu. Menuntaskan sakit yang sudah menyayat hati dan perasaannya.
Di foto terakhir ini, Leo dan wanita itu sedang beradu tatap, hanya terlihat bagian belakang tubuh wanita itu saja yang sangat jelas.
Esme menciutkan matanya. "Tapi, siapa wanita ini? Terlihat masih muda," gumamnya yang berusaha tegar. Kemudian, ia memperbesar foto itu, menelitinya secara ditel.
Tiba-tiba saja tangan Esme terhenti, keningnya mengerut saat melihat kunciran yang dipakai wanita itu, karena kunciran itu tak asing baginya.
Matanya terbelalak. "Ikat rambut dengan model bunga matahari ! Ini seperti punyaku." Esme langsung beranjak dan mencari-cari kunciran miliknya, untuk mencocokan kesaman kunciran itu.
Tapi, setelah menggeledah seisi laci dan lemari, ia tak mendapatkan kunciran itu.
Esme mengingat-ingat, dimana ia menyimpan kunciran itu. Seketika raut wajahnya menjadi datar. "Aku ingat ! Ikat rambut model bunga matahari ini aku berikan pada Lolyta." Lututnya kembali lemas, ia menjatuhkan tubuhnya ke lantai dengan mulut menganga.
Esmepun tak bisa lagi membendung air matanya. Air matanya pecah setelah menyangka wanita yang Leo temui adalah Lolyta.
"Tidak ! Tidak mungkin wanita ini adalah Lolyta, adikku sendiri !" gumamnya sambil menggertakan giginya, menahan jeritan tangisan.
Esme mengambil ponselnya, dan melihat kembali postur tubuh wanita itu di dalam foto.
Ya, rambut panjang berkulit putih dengan rok pendek.
"Ini...." Esme semakin tak bisa mempercayainya. Ia menangis terisak-isak di samping ranjangnya. "Ya Tuhaann ! ... Benaarr, ini Lolyta. 😭" Esme menyumpal mulutnya dengan kain, ia menangis menjerit disana.
Kemudian, ia ingin memastikannya sekali lagi. Esme menghapus air matanya, ia memakai kaca mata dan berjalan keluar dari kamarnya.
Suasana rumah sudah sangat sepi, karena sudah pukul sembilan malam.
Esme berjalan menuju kamar Lolyta. Ia mengetuk pintu, tapi tak ada jawaban. Esme mengetuk pintunya lagi sedikit cepat dan kasar.
Ny.Hilda keluar dari kamarnya dengan piyama tidur, karena suara ketuk pintu itu sangat mengganggunya.
"Esme, ada apa malam-malam mengetuk pintu kamar adikmu sangat kencang?" tanya Ny.Hilda dengan mata yang terlihat mengantuk. "Ah ! Kenapa kau memakai kaca mata malam-malam begini?" tanyanya lagi.
Esme memunggunginya, karena tidak ingin mata sembabnya terlihat oleh ibunya.
"Aku sedang mengerjakan pekerjaanku dan ingin meminjam alat tulis Loly sebentar. Kenapa Loly tidak membuka pintu juga?" Esme sangat pandai memalsukan raut wajahnya.
Ny.Hilda menghela nafas. "Tadi sore Loly meminta izin pada ibu untuk menginap di rumah temannya, mengerjakan tugas akhir," jelasnya. "Kau pinjam saja dulu pada Balmond, dia pasti punya karena sering menggamar anime. Sudah ah, ibu mau kembali tidur." Ny.Hilda menguap sambil menutup pintu kamarnya rapat-rapat.
Esme mematung disana, air matanya kembali menetes. Ternyata memang benar, adiknya lah wanita simpanan Leo. Kekasih dan adiknya bermain-main dibelakangnya, hal itu sangat membuatnya frustasi dan membuat perasaannya hancur sehancur-hancurnya.
Esme berlari ke kamarnya, ia mengunci diri. Menangisi ketidak percayaan yang benar adanya.
"Ya Tuhaaannn... aku harus bagaimanaaaa? Aku sudah mencintainya sangat dalam hingga mendarah daging. Sebentar lagi kita akan menikah, dia sudah merampas kesucianku. Aku tak bisa melepaskannya begitu saja ! aaaaa... aku tidak bisaaa !" Esme menangis menjerit membayangkan betapa kejamnya Leo atas dirinya, menancapkan luka yang teramat dalam.
Tumbuh bersama dari kecil, hingga timbul rasa cinta dari keduanya. Membuat Esme sangat mempercayai Leo, karena ia sudah sangat tahu sifat dan karakter Leo. Tapi ternyata, lelaki yang dipandangnya baik selama ini menghianati cinta tulusnya.
Semuanya telah sirna, kini lelaki itu sudah benar-benar menghancurkan kepercayaannya berkeping-keping.
Memang benar, terlalu menyimpan kepercayaan yang besar pada seseorang akan membuahkan kekecewaan yang begitu besar pula.
...
BERSAMBUNG !!!
Jangan lupa Like, Komen, & Vote.
Yuk, berbagi pengalaman yang pernah membuatmu sangat menderita karena mencintainya terlalu dalam seperti Esme, di kolom komentar ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
💓💖Bunda Chafas💖💓
makanya klo cinta jangan sampai mendarah daging ... tapi hangan smpai buta juga ya hati udh jelas2 tersakiti masih keneh cinta... cewek bodoh yg kayak gitu kan kamu Lulusan amerika harus pinter Esmeralda
2021-03-02
1
Nandini Tumanggor
uh,,, penuh misteri
2021-02-01
0
Sulyanah Iyon
itu Alicia temanya Lolita udh hamil anak Leo sibangsat...
2021-01-18
0