.
Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya tibalah dipukul delapan malam. Esme sudah bersiap diri, dengan riasan yang cantik, lalu ia memakai gaun hitam dengan belahan rok, di bagian dadanya sedikit tertutup.
Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Leo yang meneleponnya.
"Esme, aku sudah berada di depan rumahmu. Apakah dirumah ada ibu dan ayahmu?" tanya Leo dibalik telepon.
"Ah! Tunggu saja diluar. Aku akan segera turun." Esme langsung menutup panggilannya dan berjalan keluar dari kamarnya.
Sebegitu tergesa-gesanya Esme, hingga ia melewati begitu saja ibu dan ayahnya yang sedang menonton televisi.
"Esmeralda! Mau pergi kemana malam-malam begini? Apa kau sudah tidak menganggap ayah dan ibumu lagi?" ucap Tn.Harits dengan nada bicara sedikit meninggi.
Ucapan ayahnya itu membuat langkah kaki Esme terhenti. "Mm... maaf ayah, ibu. Aku akan pergi berkencan dengan Leo sekarang," jawabnya dengan raut wajah panik.
"Kenapa Leo tidak masuk, dan meminta izinku dulu?" geram Tn.Harits.
"Aku yang memintanya untuk tidak masuk, karena pasti ayah akan mengobrol dengannya sangat lama, itu hanya akan menghabiskan banyak waktu," jelasnya sambil berjalan cepat keluar dari rumah itu. "Aku akan pulang sebelum tengah malam," teriaknya.
Tn.Harits dibuat kesal dengan tingkah anaknya itu yang semakin dewasa semakin membangkang dengan pendapatnya sendiri. Tapi, Ny.Hilda langsung mengelus dadanya, meredakan emosi yang mulai bergejolak di dalam diri suaminya.
"Tenang saja, toh Esme bersama dengan Leo. Dia pasti menjaganya !" seru Ny.Hilda sambil menyandarkan kepalanya di bahu Tn.Harits.
...
Di dalam perjalanan.
"Leo, memangnya tidak ada tempat lain? Apa perlu merayakannya di club?" Tanya Esme, terheran.
"Santai saja. Club itu milik Roger, keamanannya pun sangat ketat. Tidak akan ada yang berani membuat kekacauan disana," jelas Leo, ia menoleh ke arah Esme yang terlihat sangat menawan.
Esme memang wanita luar biasa baginya, bukan hanya pintar dan cantik, ia pun sangat pandai merias diri.
Sesampainya di club. Leo langsung memapah Esme memasuki tempat itu. Suasana didalam club cukup ramai, desain clubnya sangat berkelas. Terdengar sangat bising dentuman musik DJ, tercium aroma alkohol yang menyengat, dan kerlap-kerlip lampu diskotek kesegala arah.
Mereka berjalan sambil bergandengan tangan.
Kehadiran Esme dan Leo di club, membuatnya menjadi sorotan utama disana. Betul-betul pasangan yang sempurna, cantik dan tampan. Pakaian yang mereka kenakan pun sangat cocok satu sama lain, padahal mereka tidak merencanakannya.
Leo menarik tangan Esme untuk menaiki tangga, dan menelusuri koridor menuju ruangan yang ia maksud. Sesampainya diruangan yang Leo maksud, ia langsung membuka pintu ruangan itu. Nampak disana ada Kadita, Garry dan juga Roger.
Kadita menggerakan tangannya, menyuruh Esme mendekat ke arahnya. Esme pun tak segan-segan, ia langsung berjalan menghampiri temannya.
Tatapan Garry terus tertuju pada Esme, membuat Kadita tidak nyaman.
Esme tak heran jika Kadita sudah mengenal Garry dan Roger, karena mereka sama-sama bekerja di Mord Grup. Ia berusaha mengerti posisi mereka saat itu.
"Esme, aku akan memperkenalkanmu pada temanku yang lain !" seru Kadita dengan langsung menarik tangan Esme, melewati Garry begitu saja.
Perlahan, Esme mulai menikmati keramaian itu, karena teman Kadita sangatlah asik menurutnya.
Cheers ....
Mereka bersulang, untuk merayakan jabatan Esme. Esme langsung menegguk habis wine itu.
Saat Esme akan menegguk wine lagi, tiba-tiba Leo merampas gelas yang berisi winenya.
"Berhenti minum! Aku sangat memedulikan kesehatanmu," seru Leo sambil menyingkirkan minuman itu.
"Tapi, aku baru meminumnya satu gelas. Kembalikan minumanku !" bantah Esme sambil berusaha mengambil minuman yang sudah di simpan di meja. Leo langsung menyeka dengan tubuhnya, hingga Esme seperti akan memeluknya.
"Cih! Kesempatan dalam kesempitan !" gumam Esme sambil mengelak.
Leo malah tersenyum genit ke arahnya.
"Hey ! Kalian sudah tahu kan, dia ini adalah direktur pemasaran di Mord Grup. Jadi jangan membuatnya sampai mabuk," jelasnya dengan suara lantang. "Aku ada urusan dulu. Kadita, tolong jaga dia ya," tutur Leo, kemudian ia berjalan melewati Esme begitu saja dan berbisik pada Roger untuk menjaganya.
Esme membelalakan matanya, ketika mendengar Leo akan pergi. "Leo ! Kau mau pergi kemana?" teriaknya, ia ingin meraih tangan kekasihnya tapi Kadita malah menarik tubuh Esme.
"Sudahlah, biarkan saja. Menjadi direktur utama pasti sangat sibuk ! Ayo, kita lanjutkan minumnya lagi. Kau tidak akan mabuk, kok." Kadita langsung menyodorkan segelas wine pada Esme. Tapi, Esme masih menatap hampa ke arah pintu itu, karena Leo tiba-tiba meninggalkannya di club.
...
Sudah pukul sepuluh malam. Leo tak kunjung kembali, selama itu pula Esme meneguk habis beberapa botol wine. Roger dan Garry sudah berusaha menghentikannya, tapi Esme sangat keras kepala hingga akhirnya ia dalam keadaan mabuk saat ini.
"Sial ! Aku sudah berjanji pada diriku sendiri tidak akan berurusan dengan wanita ini lagi. Tapi, Leo malah menitipkannya padaku dan sekarang dia mabuk," geram Roger. "Garry, dimana Kadita?" tanyanya, dengan raut wajah kesal.
Garry hanya terdiam, sambil melamun.
Sebenarnya Kadita sudah pulang duluan, ia bertengkar dengan Garry karena Garry terus saja memandangi tubuh Esme. Bukan hanya sekedar memandanginya, Garry pun menanyai beberapa pertanyaan tentang Esme dan hubungannya dengan Leo. Tingkah Garry itu membuat Kadita muak dan sangat marah padanya.
"Garry, aku memanggilmu dari tadi kenapa kau diam saja !" Bicara Roger itu membuat lamunan Garry membuyar. "Cepat, bantu aku membawa wanita ini ke kamar atas. Leo yang membawanya kesini, dia juga yang harus mengantarnya pulang." Roger mengaitkan tangan kiri Esme ke bahu Garry.
Mereka berdua saling memapah tubuh Esme yang sudah tak sadarkan diri, membawanya masuk ke sebuah kamar.
Esme tergeletak lemah di atas ranjang dengan riasan yang berantakan. Roger terus saja menelepon Leo, hingga akhirnya Leopun mengangkat telepon darinya.
"Leo ! Wanita ini mabuk. Aku akan sangat marah padamu jika kau tidak segera menjemputnya !" geram Roger, ia langsung menutup panggilan itu.
...
Tak lama, Leopun akhirnya datang. Ia langsung membuka pintu dan melihat ada Garry dan juga Roger disitu yang masih sigap menjaga wanitanya.
"Kalian tidak menyentuhnya kan?" tanya Leo sedikit ragu.
Garry adalah sosok lelaki yang pendiam, ia hanya tersenyum sinis pada Leo. Tapi, Roger langsung menepis dugaan Leo. "Cih! Menyentuh? Tertarik saja tidak, apalagi menyentuhnya !" gumam Roger sambil beranjak dari duduknya. "Cepat kau urus wanitamu itu. Jangan libatkan aku dengannya lagi !" geramnya dengan berlalu meninggalkan Garry dan Leo.
"Bukankah pekerjaan dikantor sudah selesai? Dan tidak ada yang perlu di kerjakan lagi. Lalu, kau dari mana?" tanya Garry dengan tatapan curiga.
Garry sudah mengetahui kisah cinta Leo dan Esme dari Kadita, maka hubungan mereka itulah membuatnya sedikit tertantang. Sepertinya, Garry tertarik pada Esme.
Leo terhentak kaget dengan keraguan Garry.
"Ah ! Kau seperti ibuku saja. Sangat cerewet ! Syuh... syuh...." Ia mendorong tubuh Garry, mengusirnya keluar dengan raut wajah gugup.
Leo langsung menutup pintunya dan berjalan menghampiri Esme.
Leo menggoyang-goyangkan tubuh wanitanya itu, yang sedang terlelap. Tiba-tiba Esme mengigau, entah apa yang ia ucapkan. Sepertinya Esme masih dalam keadaan mabuk.
"Esme, ayo kita pulang !" ucapnya, sambil terus menggoyangkan tubuh Esme.
Akhirnya Esme membuka sedikit kedua matanya, tapi ia langsung merangkul tubuh Leo, hingga Leo terjatuh di atas tubuh Esme.
Leo terhentak kaget, ia merasakan panas dingin ditubuhnya karena buah dada Esme terasa jelas menyentuh dadanya.
"Uh. Esme, jangan seperti ini. Apakah kau tidak menganggapku sebagai lelaki?" bisiknya ditelinga Esme, sambil berusaha melepaskan pelukan keras wanitanya itu.
"Leo ! Kenapa kau meninggalkanku." Esme mengigau, hingga tanpa sadar ia menggigit telinga Leo yang ia kira sebagai daging panggang.
Leo terhentak kaget, ia terjeda sesaat dengan mata yang membulat.
Ia menelan salivanya, karena tingkah Esme ini menurutnya adalah serangan yang mematikan. Tubuh Leo langsung memanas.
"Baiklah. Tapi, jangan salahkan aku ya, karena kau yang memulainya duluan !" gumam Leo, dengan tatapan mesumnya. Ia langsung menutup jendela, mengunci pintu dan mematikan penerangan dikamar itu.
...
BERSAMBUNG !!!
Ayo dong Like, komen & vote nya ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
itin
leo baru selesai bermain dengan alice lanjut lagi sama esme... sungguh ku luar biasa bajingannya leo... Hahaha.... kau tak sepolos kata kata gombalmu
2020-10-27
1
nEVe®_ENd
masuklah esme dlm lubang dosa 🤔🤔
2020-09-28
0
Holifah Alif
seharusnya esme jangan d bikin mabok thor, jd kayaperempuan urakan udah gitu leo kurang ajar,dia yg ngajak k club ninggalin gitu aja mau d manfaatin lagi.
2020-09-19
1