Papa

Hari ini dan 2 hari yang lalu, caffe sangat ramai. Aku yang sedang sibuk untuk mengeluarkan produk makanan yang bisa di jual online pun sampai harus ikut membantu para karyawan mengantarkan minuman juga makanan pada pelanggan.

Sekarang sudah jam 8 malam. Karyawan tukang masak sudah menyajikan menu baru untuk di nikmati di malam hari.

Beberapa kali Abang Abang ojek online berseliweran mengambil pesanan. Aku masih sibuk mengerjakan projek baru yang akan segera launching 2 hari lagi.

Brak...

Aku yang duduk di ruangan ku mendengar suara meja di pukul dengan kuat. Aku segera keluar dan menatap tak percaya papaku.

Seakan membabi buta papa ku menjatuhkan beberapa kursi dan menggebrak meja di caffe ku.

Pembeli yang datang ketakutan. Lalu 2 pegawai laki laki di tempatku langsung memegangi papaku.

"Nanaaaaa.." teriaknya yang aku yakin sepertinya sedang mabuk.

Aku segera menghampiri papaku, menatapnya bingung. Penampilan nya berantakan, bau alkohol tercium pekat di hidungku.

Jalannya sudah sempoyongan tapi tetap menunjuk nunjuk ke arahku.

"Kamu anak kurang ajar yaaa." Katanya yang mencoba melepas genggaman pegawai ku pada tubuhnya.

"Kurang ajar kamu yaaaa. anak nggak tau di untung! HA!!" Papa berteriak di hadapanku.

"Kenapa papa kesini?" Tanyaku padanya yang setengah sadar.

"Papa tau kamu dapat warisan dari mama mu kaan. Wanita tak tau diri itu, mati bahkan tanpa memberiku sepeserpun uang. Kalian sama saja." Ucapnya dengan nada keras.

Pegawaiku menatapku tapi tetap memegangi Papa agar tidak menyerangku.

"Sekarang papa minta uang. MANA!! Uang. Sini kasih ke papa. Kamu jangan pelit." Teriaknya dan menolak di pegangi lagi.

"Ini pa. baru ada segini." tangan ku bergetar hebat namun Aku segera mengeluarkan uang dari saku celanaku.

"Bohong kamu!! Mana ada uang segini!! Mama kamu sudah kasih kamu warisan kan. Ngaku kamu anak durhaka." Lagi lagi papa berteriak di hadapanku.

Aku kaget, saat dia mengatakan aku anak durhaka. Aku menangis, kakiku melemas aku seakan nggak bisa menopang kakiku lagi.

"Papa tenang dulu ya. Tunggu sini Nana ambilkan uangnya." Aku segera berlari ke lantai atas dan mengambil uang 3 juta. Hanya itu uang yang ada di caffe karna sisanya ada di bank.

Sampai di bawah papaku masih di pegangi oleh 2 pegawai ku yang tadi. Tapi sekarang sudah bertambah jadi 4 orang yang memegangi papaku.

"Ini pa. Uangnya." Kataku memberikan uang itu pada papa ku.

"Uang apa ini cuma segini. Gila kamu ya!!" Lagi lagi papa memakiku setelah mengambil uang dariku.

Aku segera mencari pegangan di dekatku. Aku memegang erat meja agar tidak jatuh.

"Papa mau berapa? Nana cuma punya itu pa." Jelasku perlahan pada papaku.

Baru 2 hari dari penjualan rumah ku, pasti papa punya banyak uang dari hasil penjualan rumah tapi, dia tetap datang kesini dan meminta uang padaku.

"Lepas!!" Papaku melepaskan pegangan dari pegawaiku segera mendekati kasir dan menakuti pegawai yang menunggu kasir dengan mengangkat gelas kaca, lalu memecahkan sedikit sehingga menjadi pecahan yang lancip.

Aku mendekati papaku menahannya agar tidak mengambil uang dari kasir. Tapi aku gagal. Papa mendorongku hingga terjatuh.

Dia membuka mesin kasir dan mengambil semua uang yang ada di sana.

"Pa, jangan papaaa." Kataku berusaha berdiri dan memegangi papaku. Beberapa pegawai ku juga memeganginya agar tidak pergi. Tapi papa malah melukai satu pegawaiku yang membuat pegawai lainnya tidak berani mendekat.

"Pa jangan paaa. Jangan di bawa semua nanti Nana gimana jualan nya. Paaa." Aku memeluk lengan papa agar tidak berjalan menjauh tapi dengan tenaganya aku di dorong dan terlempar lagi hingga mengenai kursi.

Caffeku sudah berantakan. Uangnya di ambil papa. Apa yang harus aku lakukan. Aku mengusap kepalaku yang terasa nyeri dan menatap tanganku yang ternyata basah karna darah.

Aku menangis. Aku bingung. Aku harus gimana.

"Paaa, jangan pergi paaaaa. Papaaaaa." Aku menangis menatap papaku yang sudah menjauh dan tak nampak lagi.

"Nana harus gimana." Aku menangis sejadi jadinya. Gajian bulan depan tinggal 3 hari lagi. Gimana aku mau bayar gaji mereka.

"Mamaaaa, tolong Nana. Nana harus gimana maaaa... Mama kenapa tinggalin Nana. Nana kangen mama." Aku menangis lagi, dua orang karyawan ku memelukku dari belakang.

"Mba Nana sabar yaaaa." Mereka juga menangis menatapku. Mereka memelukku menguatkanku.

"Maafin aku yaaa." Kataku yang menatap mereka lalu teringat jika satu pegawaiku terluka.

Dengan sisa kekuatanku aku berdiri menghampiri Neno yang terluka karna pecahan gelas kaca.

"Ayo kita ke rumah sakit Neno. Tangan kamu ini lumayan lebar lukanya. Ayo ayo, ke rumah sakit." aku memberikan kunci mobil pada Adam dan menatap pegawaiku yang lain.

"Yang lain boleh pulang yaaa. Maaf kalian ngalamin insiden kaya gini." aku segera menghampiri pelanggan yang masih ada di caffeku.

"Kepada semua pengunjung yang sudah datang dan harus melihat kejadian yang tidak menyenangkan tadi saya mohon maaf sedalam dalamnya. Saya benar benar minta maaf karna membuat kalian harus melihat hal hal tidak menyenangkan.

Jika ada yang terluka boleh mari biar kita sama sama ke rumah sakit." Kataku pada pembeli yang tampaknya masih terkejut mengenai kejadian ini.

Aku segera ke dapur meminta beberapa pegawaiku untuk memberi air pada beberapa pengunjung.

Wajahku masih penuh air mata, tanganku masih bergetar karna hal itu. Kakiku seakan berjalan tanpa bisa ku rasakan.

"Mba Nana, mba juga harus ke rumah sakit. Kepala mba berdarah. Ayo mba." Riska menggandengku keluar caffe.

Aku masuk ke mobil yang sudah berisi Neno dan Adam.

"Ayo kita berangkat sekarang." Ucap Riska pada Adam yang duduk di kursi kemudi.

00

Keesokan harinya...

Pagi pagi sekali sebelum caffe buka aku mengumpulkan semua pegawaiku sebelum caffe buka.

"Selamat pagi semuanya." Aku menarik nafas panjang lalu menghembus kan nya perlahan.

"Pagi mba Nana." Jawab mereka bersemangat.

"Terimakasih banyak saya ucapkan pada kalian semua yang masih mau datang ke sini. Saya mau minta maaf karna kejadian tidak menyenangkan kemarin. Terimakasih banyak karna sudah susun cafe ini dengan rapih sebelum pulang kemarin. Jujur saja aku masih belum ada tenaga untuk buka cafe hari ini. Rasanya aku masih takut kalau tiba tiba papaku datang lagi. Jadi, hari ini aku liburkan kalian besok juga. Jadi datang lagi lusa. Aku tau gimana perasaan kalian kemaren. Aku juga ketakutan. Jadi aku mau kalian istirahat dulu tenang kan pikiran biar pas kita buka lagi kalian sudah fresh." Aku menatap semua pegawai ku.

"Terus semalam aku sudah transfer gaji kalian untuk bulan depan. Jadi aku mau pas masuk lagi kalian sudah bahagia. Sekali lagi aku ucapkan maaf dan terima kasih sebesar besarnya karna kalian masih membantu aku sampai sekarang. Jadi sekarang kalian boleh pulang." Kataku pada mereka dan membungkukkan badan lalu tersenyum pada mereka.

.

.

.

.

.

To be continued....

Nadiapuma

04.06.2020

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

kasihan Nana yang nggak mampu membujuk kedua orang tua nya

2022-11-04

0

Kristina Skd

Kristina Skd

tembak mati jk bapak gila tu

2021-01-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!