"Biskuit coklat, ia Nana ingat Tante. Ada anak laki laki bernama Ken yang selalu kasih Nana biskuit coklat setiap Nana nangis. Terus apa hubungannya orang itu sama surat ini Tante?" Kataku setelah mengingat sedikit kejadian masa kecilku.
"Kamu boleh baca sendiri surat nya sayang." Ujar tante Vera.
Aku segera membuka surat tadi dan membacanya dalam hati.
Surat ini di tulis oleh mamaku dengan tangannya sendiri. Bahkan ada tanda tangan dan tanggal pada surat yang ku baca ini.
Ada satu kalimat yang sangat menggangu perhatianku disini.
Mama tau sekarang kamu sendirian. Maafin mama yang nggak bisa temenin Nana lebih lama lagi. Maafin mama yang belum bisa bantu Nana wajudkan mimpi Nana. Maaf karna mama harus ninggalin Nana sama papa. Kita kau papa bukan orang yang baik, tapi juga bukan orang jahat. Jadi, mama mau Nana tetap menghargai papa ya. Mama ingin kamu menikah dengan anak sahabat mama. Mama nggak mau kamu sendirian menghadapi papamu, jadi menikah lah dengan keenan anak sahabat mama. Keenan juga sahabatmu sejak kecil.
Jangan merasa sendiri, mama ada di hatimu menjagamu menemanimu.
Mama sayang Nana.
Tak kuasa aku meneteskan air mata. Ma, maafin Nana yang belum bisa bahagiain mama yaaa. Maaf karna selama hidup mama, mungkin hati mama tersiksa karna papa. Karna Nana juga.
Aku menatap Tante Vera di depanku. Dia menatapku iba tapi masih ada kasih sayang disana.
"Nggak papa ya, kita harus ikhlas kan. Nana bisa kok anggep Tante sebagai mama kamu sendiri. Ya." Tante Vera menggenggam tanganku menguatkan.
"Makasih Tante, makasih udah jaga surat ini, makasih sudah kuatin Nana." Aku tau masih ada orang yang sayang padaku.
Triiing...
Suara bell cafe berbunyi. Menandakan ada orang datang. Aku melihat sekilas ke arah orang itu, dia berjalan menuju ke arah ku.
Sekilas wajahnya tidak asing. Tapi aku tidak mengenalinya, hingga dia sampai di sebelah meja kami.
"Ma." Laki laki tadi memanggil Tante Vera di depan ku dengan panggilan ma.
"Ah kamu sudah datang nak. Sini duduk di sebelah mama." Tante Vera berpindah duduk memberikan tempat tempat untuk seseorang yang baru saja di panggilnya nak.
"Nana ini anak Tante. Namanya Keenan." Ucap Tante Vera memperkenalkan.
Aku melihatnya, mengingat dimana aku menemukan nama Keenan. Ah itu di surat wasiat mama. Jadi ini Keenan , dia tampak dingin dan tidak bersahabat. Kenapa mama ingin dia jadi suamiku.
Ekhm...
Aku tersadar dari lamunanku begitu mendengar Keenan berdeham. Dan ternyata dia sudah mengulurkan tangan kanannya padaku.
"Keenan." Katanya dingin.
"Nana." Kataku meraih tangannya untuk berjabat tangan. Setelah mendengar namaku Keenan langsung melepas tanganku begitu saja.
"Nah ini Keenan anak Tante. Selagi Keenan disini, biar mama jelaskan yaaa. Jadi, mama dan almarhum mamanya Nana sudah berencana menjodohkan kalian sejak kalian masih kecil." Jelas Tante Vera yang mendapat tatapan datar dari putranya.
Aku masih menyimak dengan hati hati apa yang di katakan oleh Tante Vera. Takut ada yang terlewat atau ada yang tidak aku pahami.
"Sekarang setelah kepergian sahabat mama, mama mau kalian segera menikah. Tapi tentu mama nggak akan terlalu memaksa. Jadi mama beri kalian waktu untuk mengobrol ya. Sekarang mama mau pergi Kinan sudah di depan." Jelas Tante Vera yang malah berdiri dan beranjak.
"Tante, tunggu dulu." Aku menahan Tante Vera dengan menggenggam tangannya.
"Kenapa sayang?" Tanya Tante Vera bingung.
"Eeeem, itu, ini apa tidak terlalu cepat? Aku yakin penjelasan Tante tadi masih kurang lengkap." Kataku sedikit kikuk.
Tante Vera hanya menaikkan alisnya bingung. Dan tersenyum ramah padaku.
"Kamu tenang aja ya. Keenan sudah tau semuanya jadi kalian bisa mengobrol membicarakan semuanya." Jelas Tante Vera.
Mendapat anggukan dariku Tante Vera segera pergi.
Suasana saat ini sangat dingin. Aku bahkan dapan merasakan ujung jari tangan dan kakiku menjadi sangat dingin.
"Jadi kamu Nana?" Tanya Keenan membuka percakapan.
Aku menatapnya dan menganggukkan kepala bingung juga malu.
"Langsung saja ke inti permasalahannya. Kamu mau menikah?" Tanya Keenan tepat mengunci mataku seakan menghipnotis untuk menjawab tanpa lama berfikir.
"Ini keinginan mamaku. Mana bisa aku mengabaikan nya begitu saja." Kataku sedikit bergetar.
"Tapi sepertinya kamu belum yakin." Katanya lagi.
"Aku memang masih kaget dengan semua kejadian yang sangat cepat ini. Tapi...."
"Kamu belum yakin. Harusnya seseorang yang sudah yakin pada dirinya tidak akan mengatakan kata tapi. Coba tatap orang yang sedang bicara di depanmu." Aku yang sejak tadi menunduk jadi sedikit kesal dan langsung menatap mata Keenan yang tajam.
"Pikirkan lagi ku beri waktu 1 Minggu. Jika kamu sudah dapatkan jawabannya. Katakan padaku." Keenan tampak berhenti bicara dan menatapku dari atas hingga ke bawah.
"Kita mungkin akan segera menikah. Jadi aku sampaikan sekarang saja. Aku sebenernya punya pacar. Tapi itu bukan masalah besar. Aku akan membereskan nya setelah kita menikah. Jadi pikirkan baik baik, ini kartu namaku. Kamu bisa hubungi nomer disitu." Jelas Keenan panjang lebar dengan nada menindas dan sangat dingin
Aku nggak tau kalo kata kata orang bahkan bisa begitu mengintimidasi ya.
"Aku akan datang kesini Minggu depan di jam yang sama di hari yang sama, jika kamu nggak menghubungi ku. Apa kamu mengerti?" Tanyanya dengan nada seperti tukang palak.
"Ia aku mengerti. Tapi apa kamu ngga terpaksa untuk menikah denganku?" Tanyaku pelan takut menghancurkan harga dirinya.
"Aku memang terpaksa tapi, apapun akan aku lakukan untuk mamaku." Jelas Keenan padaku.
Aku hanya menganggukkan kepalaku tanda mengerti. Dan baru Ter ingat sesuatu dia belum memesan apapun sejak tadi.
"oh, Mau pesan sesuatu nggk?" Tanyaku pelan seperti mencicit.
"Boleh." Katanya yang tak ku sangka malah menjawab boleh.
"Padahal aku tanya gitu cuma buat basa basi. Kenapa dia jawab boleh. Dasar aneh." Batinku sedikit kesal.
Walau masih kesal aku memanggil seorang pelayan yang segera menghampiri kami.
"Ini menunya." Pelayan tadi memberikan buku menu padaku dan Keenan.
Selesai memesan dan mengembalikan buku menu pada pelayan Keenan menatap jam tangannya lalu menatapku.
"Kamu tinggal dimana?" Tanya Keenan dengan nada yang masih dingin
"Ah dasar kulkas berjalan." Batinku sedikit gondok.
"Mulai hari ini aku tinggal di sini. Di atas di ruang kerjaku." Jawab ku singkat.
Keenan menatap sekeliling cafe ku lalu menatapku lagi.
"Bangunan ini milikmu atau sewa?" Tanya nya lagi masih dengan nada dingin.
"Bangunan sendiri." Jawabku sekenanya.
"Lumayan juga karna ini di kawasan ramai." Jelasnya dan tak lama makanan yang di pesan olehnya dan aku datang.
Dia tampak menikmati makanan yang di sajikan dan menanyakan beberapa hal padamu...
.
.
.
.
.
To be continue
Nadiapuma
27.05.2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Putri Minwa
semangat terus say 💪💪💪
2022-11-04
0
Zekana Rhiyha
tar jga bucin jga😁😁
2020-07-13
1