Tak lama kemudian pelayan pun datang membawa pesanan mereka. Githa tersadar lalu melepaskan pelukannya. Namun Dhika menahannya "Tetaplah seperti ini sebentar saja. Aku sangat merindukanmu teman kecilku." Dhika tersenyum sambil mengingat-ingat masa kecil mereka.
Githa membiarkan Dhika terus memeluknya walau dia sudah melepas pelukannya. Tak lama kemudian Dhika kembali ke tempat duduknya.
"Ayo makan. Kau pasti kehilangan banyak tenaga karena tadi menangis terlalu keras." Dhika mengejek.
"Haha.. Aku hanya terbawa suasana. Sejak kemarin aku menahannya. Namun hari ini sudah tak dapat ku bendung lagi." jelas Githa.
Mereka berdua pun makan tanpa ada satu pun yang berbicara. Dhika memperhatikan Githa yang makan dengan sangat lahap.
Mulai saat ini aku akan kembali menemani hari-harimu seperti dulu lagi. janji Dhika dalam hati.
Setelah selesai sarapan mereka kembali menuju ke ruangan Dhika. Kini mereka sudah mulai akrab kembali.
Githa bertanya saat melintasi ruangan Asisten "Kamu punya asisten juga Dhik? Dari kemarin aku tidak melihatnya. Apa tidak cukup kalau hanya sekretaris saja yang membantumu?" tanya Githa penasaran.
"Roni sedang mengurus anak perusahaan yang baru saja buka di Kota S. Dia temanku saat kuliah dulu dan sekarang menjadi orang kepercayaanku. Lima hari lagi dia akan kembali. Aku sudah lelah selama tiga bulan ini mengurus semuanya sendirian." Diam sejenak lalu melanjutkan "Asisten dan Sekretaris berbeda. Asisten bertanggung jawab untuk diriku saja, sedangkan Sekretaris lebih bertanggung jawab kepada perusahaan secara umum." jelas Dhika panjang lebar.
"Oh begitu. Baiklah aku paham sekarang. Eh tapi a-anu.. Jika aku menggantikan Merlin berarti aku akan bertanggung jawab besar kepada perusahaan donk?" tanya Githa lagi.
"Setiap karyawan pasti memiliki tanggung jawab atas pekerjaannya, kamu tidak perlu khawatir berlebihan. Segeralah beradaptasi dan jangan malu untuk bertanya jika ada yang tidak kamu mengerti." pinta Dhika.
"Baik Tuan Dhika." jawab Githa sedikit meledek.
"Haha.. Mulai besok kau memang harus membiasakan diri memanggilku dengan sebutan 'Tuan' saat sedang di kantor. Jika di luar kantor kamu bebas panggil apa saja. Panggil sayang juga boleh. Haha.." balas Dhika sambil tertawa.
"Setelah dewasa kamu jadi pintar gombal ya. Haha..... Oh iya, aku minta maaf soal kemarin yang ninggalin kamu dan pacarmu gitu aja. Siapa namanya aku lupa?" tanya Githa.
"Oh iya gak apa-apa. Aku sudah jelasin ke dia kalau kamu lagi buru-buru mau pulang. Hemm.. Namanya Bella." jelas Dhika.
"Sudah berapa lama kalian berpacaran?" tanya Githa lagi.
"Hmm.. kurang lebih 8 bulan." jawab Dhika.
"Kau beruntung sekali dapat gadis cantik seperti dia. Tampaknya juga dia orang yang baik."
"Sebenarnya aku terpaksa berpacaran dengannya." jawab Dhika pelan namun dapat didengar oleh Githa.
"Hah?! Terpaksa gimana? Kemarin ku lihat kau begitu menyayanginya." tanya Githa bingung.
"Kamu benar aku memang menyayanginya. Tapi hanya sebatas rasa sayang kakak kepada adiknya." jelas Dhika.
"Apaan sih aku gak ngerti. Coba tolong kamu jelasin kenapa bisa terpaksa berpacaran dengannya?" tanya Githa penasaran.
"Baiklah. Tapi aku langsung cerita pada intinya saja ya. Jadi papa Bella dan ayahku bersahabat sejak kuliah. Waktu itu om Husen minta tolong kepada ayahku agar membujukku supaya segera pacaran dengan Bella agar Bella bisa cepat pergi ke luar negeri untuk kuliah. Awalnya aku menolak karena aku hanya ingin berteman dengan Bella, namun om Husen terus memohon dan berjanji akan bertanggung jawab jika suatu hari nanti Bella mengetahui hal ini." jelas Dhika panjang lebar.
"Lalu? Ayok lanjutkan sampai selesai." pinta Githa penasaran.
"Akhirnya dengan terpaksa aku menyetujui permintaan om Husen dengan catatan perjanjian hitam di atas putih bahwa setelah Bella pergi ke luar negeri om Husen harus menceritakan semuanya dan hubungan kami juga berakhir."
"Beberapa kali aku membuka hati mencoba mencintainya tapi perasaan tidak bisa dipaksakan. Aku sayang sama dia hanya sebagai adik. Aku tidak bermaksud mempermainkan perasaannya." Dhika merasa bersalah.
"Wah rumit juga urusan percintaanmu. Sabar ya Dhik, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama jika ada di posisimu." balas Githa mencoba menenangkan.
"Ya, aku akan bersabar empat bulan lagi. Aku harap semuanya berjalan lancar sesuai rencana om Husen." jawab Dhika lagi.
Setelah itu Dhika dan Githa pun terdiam tenggelam dalam perasaan masing-masing. Dan tanpa mereka sadari di depan pintu ada Bella yang berdiri memperhatikan mereka sejak tadi.
.
.
.
Bersambung~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Meiliny Huang
Bella cemburu nich liat mereka ber2
2020-06-29
1
Nessa Ku
benerkaaann fillingq,,, awal baca,q ngerasa Dika sama Bella itu sayang cuma sebatas kakak adek.......
ternyata di episode ini beneran,,,, dijelaskan hhhhh
2020-06-06
0
⏤͟͟͞R ve
Cinta Dhika hanya untuk Gita...itu pasti 😁😁
Semangatt ya..😘
2020-06-03
4