"Dhika? Helloooo!! Ini masih pagi jangan melamun dulu." ucap Githa sambil melambaikan tangan di depan wajah Dhika.
Dhika langsung tersadar dan berkata "Ayo masuk. Mari kita bicara di ruanganku." ajak Dhika lalu berjalan memasuki kantornya. Githa berjalan di belakang mengikuti. Dhika memperlambat langkahnya agar bersejajar dengan Githa.
Saat berjalan menuju lift semua karyawan menyapa lalu menundukkan kepala. Githa yang ikut berjalan dengan Dhika merasa sangat canggung, ia pun ikut menundukkan kepalanya dan tersenyum ramah.
Sampailah mereka di depan lift khusus Presdir. Dhika menekan tombol dan pintu lift terbuka. Mereka pun masuk berdiri bersebelahan menuju ke lantai paling atas. Sesekali Dhika menoleh ke arah Githa memandanginya dengan kagum.
Benar-benar cantik. gumam Dhika.
Apa ada yang salah dengan penampilanku? Mengapa semua karyawan tadi memperhatikanku ya. batin Githa bingung.
Akhirnya mereka sampai di lantai paling atas. Hanya ada tiga ruangan di sana. Ruang Presdir, Asisten Presdir dan Sekretaris. Ada seorang wanita yang bergegas berdiri begitu melihat Dhika datang. "Selamat pagi, Tuan." sapa Merlin yang tak lain adalah Sekretarisnya. Dhika pun membalas dengan anggukan dan terus berlalu menuju ruangannya.
***
Di dalam ruangan Dhika..
"Silakan duduk Githa." pinta Dhika.
Githa tak merespon. Dia terus melihat sekeliling dengan kagum. Kemudian mendekati Dhika dan bertanya "Kamu hanya sendirian di ruangan sebesar ini?"
"Iya. Kamu boleh satu ruangan denganku jika menginginkannya."
"Apaan sih! Itu terlalu berlebihan. Hemm.. Kenapa dari awal kamu tidak memberitahuku kalau kamu pemilik perusahaan ini?" tanya Githa.
"Bagaimana aku bisa memberitahumu kalau sejak awal kamu terus menghindar dan malas mengobrol denganku?" Dhika balik bertanya.
"Haha.. Sudahlah tidak usah dibahas lagi. Ada hal lebih penting yang ingin aku tanyakan sekarang." Githa diam sejenak lalu melanjutkan "Kenapa kau menerimaku bekerja di sini? Padahal kau tau bagaimana latar belakang pendidikanku." tanya Githa ketus.
"Aku menerimamu karena tau kamu wanita yang cerdas." jawab Dhika.
"Benarkah? Bukan karena kasihan padaku kan?" tanya Githa lagi.
"Nanti kau pasti akan paham." jawab Dhika singkat. Lalu ia mengangkat gagang telepon> menekan tombol extension dan terhubung pada sekretarisnya "Merlin, ke ruanganku sekarang." pinta Dhika
Tak lama Merlin datang. Lalu Dhika berkata "Tolong ajari Githa semua pekerjaanmu dengan detail sampai dia mengerti. Makin cepat dia mengerti makin cepat juga kamu pindah ke posisi yang kamu inginkan." pinta Dhika.
"Baik Tuan. Apakah akan langsung di mulai hari ini juga?" Merlin langsung paham maksud dari bosnya.
"Besok saja. Hari ini saya akan mengajaknya berkeliling kantor. Kembalilah lanjutkan pekerjaanmu." jawab Dhika.
"Baik Tuan saya permisi." jawab Githa sambil menundukkan kepalanya dan tersenyum kepada Githa.
***
Dhika bangkit dari kursinya dan mulai mengajak Githa berkeliling sambil menjelaskan pekerjaan apa saja nanti yang akan dikerjakan olehnya. Githa mendengarkan dengan sangat antusias. Ini pengalaman pertamanya bekerja. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
Di dalam kantor juga terdapat kantin yang sama yaitu Rumah Makan Pelita. Tiap karyawan bebas memilih mau makan di dalam atau di luar. Saat melintasi kantin perut Githa berbunyi sangat keras hingga Dhika dapat mendengarnya.
Laper banget nih! Harusnya tadi aku sarapan dulu. Tapi sepertinya Dhika tidak mendengarnya. Sabarlah dulu cacing-cacing di perut.. Sebentar lagi jam makan siang. batin Githa sambil mengelus perutnya.
Dhika berpura-pura tidak dengar dan mengajak Githa masuk untuk sarapan. "Tadi aku tidak sempat sarapan. Mari kita sarapan bersama." ucap Dhika berbohong.
Githa pun menurut tanpa penolakan.
Terimakasih Dhika.. Kamu menyelamatkan cacing-cacing di perutku yang sudah demo karena kelaparan. Sepertinya tubuhku juga sudah mulai bergetar. batin Githa lega.
***
Sambil menunggu pesanan datang Githa membuka pembicaraan "Dhika, maafin aku karena selama ini telah berburuk sangka kepadamu. Kamu tidak tau betapa kesepiannya aku. Sejak putus sekolah temanku hanya kau dan Leela saja. Aku pikir kalian sengaja pindah rumah karena sudah tidak mau berhubungan dengan kami lagi seperti tetangga yang lainnya." tak terasa air mata Githa berjatuhan. Dia menangis sesegukan. Untung saja saat ini masih jam kerja jadi kantin sepi.
Dhika berdiri menghampiri wanita yang duduk di depannya. Ia memeluk Githa mencoba menenangkannya. Dia tau betul seperti apa kehidupan sulit yang di lalui oleh teman kecilnya itu. "Sudah jangan menangis. Yang penting sekarang kamu sudah tidak salah paham lagi. Kami terpaksa pindah karena nenekmu terus merasa tidak nyaman dengan kami." jelas Dhika sambil membelai rambut Githa.
Githa terbawa suasana. Dia membalas pelukan hangat Dhika dengan erat. Entah kenapa ada perasaan nyaman saat Dhika memeluknya.
.
.
.
Bersambung~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Muma
lagi
2020-07-03
1
Meiliny Huang
gimana dgn Bella? Uda punya pacar, knp masih peluk cewek lain
2020-06-29
3
NamaKuKi2
dilanjut thorr....
2020-06-17
2