Rion tersenyum melihat kehadiran wanita yang selalu dia tunggu. Rion ingat bagaimana waktu kecil dulu dirinya dibawa oleh sang nenek untuk bertemu dengan seseorang yang katanya 'orang penting'.
"Sudah lama sekali ya, Rebecca."
Suaranya yang terdengar lembut masuk tanpa permisi ke telinga Rion. Wanita asing yang memakai jubah merah dengan gaun sederhananya itu menyibakkan tudung merah itu dan membiarkan parasnya terlihat.
Demi air sungai emas yang dia mimpikan semalam. Rion bersumpah. Wanita yang masih nampak muda di depannya itu terlihat sangat mempesona dimatanya. Senyum tipis yang dia berikan membuat detak jantungan Rion kecil tidak karuan.
Melihat cucunya terpesona dengan paras dari penulis yang selalu menghasilkan buku terbaik sepanjang tahun dalam berbagai genre cerita itu. Dengan tangannya yang sudah keriput dia menyentuh kepala cucunya untuk sadar dan berkata kepada Leila yang sedang asik mengamankan toko buku yang tidak berubah banyak, "Nona Felix, senang bisa melihat Anda lagi."
"Bagaimana harimu? Apa aku menyusahkanmu lagi?"
Rebecca, nama dari nenek itu hanya bisa mendesah paruh. Dia memukul pundak yang menunjukkan seberapa lelah dirinya, "yah, Anda selalu membuat saya terkejut dengan ide-ide Anda yang tidak bisa saya tebak."
"Hahaha, kalau begitu—"
"Jadi, lain kali jangan langsung pulang setelah memberikan naskah, tolong. Usia saya tidak muda lagi, "desah diakhir nenek itu dengan Rion menatap gantian nenek dan wanita yang berhasil membuat terpesona itu.
"Hehe, maafkan aku. Aku sibuk saat itu dan kau tahu jika aku curi-curi waktu untuk datang kemari."
Rebecca mendesah paruh lagi dan Rion dengan berani bertanyalah kepada neneknya itu, "Nenek, siapa Nona cantik ini?"
Mendengar itu tentu saja keduanya terkekeh mendengarnya. Lagi pula saat pertama kali Rebecca juga berkata seperti itu kepada Nona Felix.
Rebecca mengelus puncak kepala cucunya itu. Seseorang yang terpilih dari ke sekian banyak anak dan cucu lainnya, "tidak mungkin kau tidak mengenalnya. Karya Beliau sering kau baca padahal."
"Sering aku baca? Tapi, aku membaca banyak buku. Nenek tahukan."
"Nah, yang paling kau sukai apa?"
"Umm, 'Lentera dan Cahaya'."
"Dan siapa penulisnya?"
"Tentu saja Tuan B. Felix!" Seru Rio dengan bersemangat yang membuat Leila yang mendengar tidak bisa menahan senyumannya.
"Dan wanita di depanmu ini adalah Beliau. Ayo, sapa Beliau."
"E-EEHHHHH??!!!"
Melihat reaksi yang sekali lagi Leila lihat membuat berhasil tersenyum lebar.
"Maaf jika aku membuat ekspektasimu jatuh anak muda. Sayangnya aku seorang perempuan," ucap Leila karena di dunia ini sepengetahuannya hanya laki-laki yang bisa mendapatkan ilmu.
Leila tahu. Dari cerita dari generasi pertama semua pembacanya mengira jika dirinya adalah seorang laki-laki. Leila tak mempermasalahkan. Dia hanya ingin karyanya dibaca selain dirinya dan penghuni Tanah Suci, itu saja.
"Baik, Rion. Ini yang aku buat. Aku juga membuat gambaran petanya."
Rio segera menerima setumpuk kertas yang dia pikirkan sedikit itu. Akan tetapi, lebih banyak dari yang dia kira. Neneknya sudah mengatakannya untuk tidak kaget dengan jumlah yang Nona Felix kirim. Karena dia selalu memberikan beberapa naskah untuk bisa mereka seleksi. Akan tetapi, semua cerita yang dia buat tidak bisa dibiarkan disudut ruangan saja.
"Apa ada masalah kali ini?"
Itu pertanyaan yang rutin Leila katakan. Dia selalu menggunakan nama samaran selama diluar hutan. Ini sudah menjadi kebiasaannya. Menggunakan nama pena seperti dikehidupan sebelumnya.
"Yah, Anda tahu. Baru-baru ini kabar koran memuat tentang usia Anda. Kami dari pihak penerbit berusaha dengan sekuat tenaga menjaga privasi Anda."
"Yah, lalu? Ini sama seperti sebelumnya, kan?"
"Ya... Anda tidak salah juga. Semua orang berpikir Anda adalah orang yang hidup terlama di dunia ini. Mengingat ini sudah berapa tahun terlewatkan semenjak buku pertama terbit."
Rion tidak akan membaca naskah itu sekarang. Dia akan memanfaatkan waktunya bersama idola yang dia kagumi selama ini untuk mengobrol.
"Diamkan saja. Nanti juga seperti sebelumnya, menjadi angin lewat."
"Yah, Anda harus tahu. Ini sudah kesekian kalinya kami mendapatkan surat resmi dari kerajaan untuk Anda datang ke pesta atau sekedar jamuan teh. Anda tahu juga bagaimana kami dengan berat hati harus memberi mereka alasan yang sama."
"Katakan saja jika Tuan Felix ini sedang sibuk bernapas. Kenapa susah sekali?"
"Itu permasalahannya, Nona." Rion tidak bisa menahan aura suramnya.
"Yah, abaikan saja. Toh, mereka hanya anak kecil."
Itu hanya dimata Anda, tolong! "Jadi, uhuk! Mau menikmati secangkir teh?" Tawar Rion yang selalu gugup untuk mengajak wanita di depannya.
Leila menyipitkan matanya dan berkacak pinggang, "bukankah kau sudah menikah," melihat reaksi Rion membuat Leila tersenyum, "jangan pikir aku tidak tahu ya. Meskipun tempat tinggalku sangat terpencil. Akan tetapi, berita besar seperti orang sepertimu tidak mungkin tidak bisa aku dengar."
"Y-ya, lalu kenapa? Lagi pula Anda juga pula tidak datang ke pesta pernikahan saya juga atau hari jadi penerbit ini."
"Jika aku datang percuma saja aku selama ini menyembunyikan identitasku, bodoh."
"... Benar juga."
Perlahan Leila bangkit dari tempat duduknya. "Sudah ya, aku mau pulang. Jangan lupa kau kirim ke tabunganku, oke. Aku selalu memantaunya," memberikan pandangan serius jika sudah berurusan dengan yang namanya uang.
Tapi, Rion berhasil menahan Leila lebih lama kali ini. Rion menemani Leila berkeliling toko buku tua itu yang untuk orang penting saja. Rio mengajak Leila ke lantai dua dimana disana terdapat jendela berbentuk lingkaran yang dimana dia bisa melihat alun-alun ibu kota dari sini.
Sebuah meja kecil dengan kursi yang saling berhadapan, ditemani secangkir teh melati yang semua penerus toko buku ini tahu.
Leila menghirup dalam-dalam aroma menenangkan itu, "ahh, kau tahu apa yang aku perlukan."
"Sudah menjadi tradisi kami untuk mengingat apa yang selalu Anda sukai selagi bersinggah di toko ini, Nona."
Leila menyeruput pelan teh yang masih panas itu. Hanya ditempat ini dia bisa meminum teh melati. Hingga sesuatu yang tidak terduga membuatnya tanpa dosa menyemburkan tehnya yang masih di dalam mulut ke wajah muda Rion.
Dengan tabah Rion tersenyum dan mengeluarkan sapu tangan untuk membasuh wajahnya.
Leila mengusap sudut mulutnya, "Siapa yang datang hari ini selain aku, huh?!" Bisik Leila yang mendengar sangat jelas bunyi lonceng pertanda seseorang baru saja masuk toko.
Rion yang masih tersenyum meskipun di dalam hatinya dia sangat kesal karena tamu yang seperti dia lupa datang hari ini.
"Ahh, seorang tamu spesial," balas Rion berbisik setelah membasuh separuh teh diwajahnya.
"Tamu spesial?" gumam Leila yang merasa aneh.
"Seorang bangsawan dari kalangan atas yang tertarik dengan cerita Anda."
"Seorang bangsawan? Kau bercandaan ya? Mana mungkin bangsawan membaca sebuah novel? Kepalamu baru saja terbentur ya?"
Masih dengan membisik Rio membalas, "tidak, saya baru saja disembur teh oleh Anda."
Dengan tanpa dosa Leila menjawab, "oh, aku sengaja tadi. Eh! Maksudku aku tidak sengaja!"
Suara bariton yang terdengar jelas membuat Leila yakin jika itu adalah seorang pria.
"Rion?"
Mana mungkin seorang pria plus seorang bangsawan membawa sebuah novel!
Tidak mungkin!
Pria itu yang masih memakai jubah bertudungnya hendak melepas jubahnya. Akan tetapi, melihat jubah merah yang bertengger disana seperti Rion sedang melayani tamu lainnya.
"Tidak perlu tergesa-gesa. Aku bisa menunggu."
Karena seperti tamu ini lebih spesial karena biasanya setiap tanggal hari ini toko ini akan sepi dan hanya dia tamu spesial yang datang hari ini.
"B-bagaimana ini Rion?! Kenapa kau tidak memberitahuku jika akan datang tamu hari ini?!" bisik Leila yang dengan ekspresi yang terkejut bukan main.
"Aku juga lupa, maaf."
"Bagaimana kau bisa lupa?!"
"Yah, mau bagaimana lagi? Kalau berisik nanti Anda ketahuan, mau?"
"Tentu saja tidak."
"Kalau begitu tolong diam dan jangan pergi sampai saya menjemput Anda."
"O-oke, cepatlah!" bisik Leila penuh penekanan dan mengusir Rion agar cepat menyelesaikan tamu—masalah bagi Leila.
"Tenang saja. Serahkan semua ini kepada Rion."
Sayangnya wajahmu tidak bisa aku percayai untuk sekarang ini, menatap bagaimana ekspresi percaya diri Rion yang semakin membuat Leila tidak yakin.
.
.
.
Rion kasihan banget astaga, mana kena sembur Leila juga, HAHAHAHAHA
See you next chapter guys 👋😽
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments