BAB 3 : TELUR HITAM

Untuk bab kali ini sedikit lebih panjang dari sebelumnya

Selamat membaca, readers ^^

Satu pukulan manis mendarat di dahi anak laki-laki bersurai semerah wine. Rambutnya yang berantakan tak terawat yang membuat menutupi sebagian wajahnya.

"Darimana saja kau?! Aku khawatir tahu!" Bentak anak laki-laki lainnya yang fisiknya serupa dengan orang yang baru saja dia pukul.

"M-maaf, maaf, aku tadi keluar sebentar."

"Sebentar katamu! Jangan pikir aku tidak tahu ya. Kau keluar tadi sebelum tengah malam dan kau kembali di pagi buta ini, huh?!" Urat-urat dileher mulai terlihat semakin dia memikirkannya.

"M-maafkan aku. Aku salah."

"Jangan ulangi lagi, ingat!"

"B-baik. Tapi, kau juga kenapa belum tidur. Aku kira kau sudah tidur sama seperti dia," menunjuk kembaran lainnya yang sudah terlena dalam mimpinya.

"Aku menunggumu."

Anak yang baru saja dijitak kepalanya itu menatap tidak percaya, "menungguku atau kau diam-diam membaca buku lagi?"

Karena tidak bisa bohong anak itu berbalik, "... Ayo tidur."

Mereka berdua mulai berbaring diatas karpet yang sudah menemani mereka semenjak di dunia ini. Kamar yang cukup besar, tapi terasingkan ini adalah dimana bekas mereka melihat wanita yang telah melahirkan mereka menghembuskan napas terakhirnya.

"Apa kau merindukan ibu?"

Entah darimana pemikiran itu. Salah satu dari mereka bertanya sembari menatap langit kamar yang sudah penuh debu tebal dengan beberapa sarang laba-laba di sudut ruangan.

"Tidak sesering dulu, kenapa?"

"Aku rindu, ibu."

"... Aku juga."

Terserah mereka bangun jam berapa dan makan atau tidak. Buang air besar dan air kecil dimana pun tidak ada yang peduli pada mereka.

Manor tua yang letaknya cukup jauh dari desa itu adalah tempat mereka berteduh. Pemiliknya adalah seorang wanita bersurai merah kecoklatan yang sering pulang malam dengan bau tajam yang tidak mereka bertiga sukai. Selalu membawa pria baru yang dia bawa ke lantai atas yang terkadang membuat mereka bertiga mendengar suara-suara yang aneh.

Tanpa kepedulian yang seharusnya seorang bibi punya. Dia bahkan sering lupa—sengaja—memberi mereka makan. Bahkan bisa mereka hitung dengan tangan berapa kali mereka mandi sekarang.

Ini hari yang cerah dan hari yang Leila tunggu-tunggu.

Ding!

[SISTEM AKAN MEMASUKI MODE AUTOPILOT. DALAM RADIUS SELURUH HUTAN BERKABUT SEMUA ANCAMAN AKAN SEGERA DIPAKSA KELUAR.]

"Akhirnya, aku bisa ke ibu kota lagi, yeah!"

Ini adalah mode yang dimana semua gangguan yang akan masuk ke dalam Hutan Berkabut akan dibuat linglung dan membuat mereka tanpa sadar kembali berjalan keluar hutan.

Leila tidak ingin siapa pun masuk ke dalam hutan sembarangan. Mengingat sesuatu dibelakangnya ini susah sekali diajak kerja sama.

⟨KEMANA?⟩

Suara yang terkesan berat dengan dengusan yang membuat kabut disekitar perlahan tersingkir dan tanpa dia sadari itu membuat semua disekitar lingkungan di dalam Hutan Berkabut perlahan lebih terlihat jelas sekarang.

Danau tenang berwarna biru kehijauan yang berisikan makhluk-makhluk magis yang sedang berenang dengan eloknya. Sirip mereka yang mengkilap karena terkena pantulan sinar matahari, ditambah dengkuran yang mereka buat seperti seekor kucing.

Hutan yang dipenuhi pepohonan pinus dan beberapa titik dipenuhi oleh pohon hyperion dan pohon coast redwood california yang menjulang tinggi. Tingginya bahkan melebihinya tinggi menara ikonik di Negeri Paman Sam itu.

Tubuhnya yang berdominasi warna putih dengan surainya yang terlihat lembut membuat siapa pun ingin mengelusnya.

Paruhnya yang seperti burung pemakan daging dengan matanya yang tajam seakan bisa melihat jauh puluhan kilometer. Kedua telinganya yang turun seperti seekor kelinci yang lucu. Jangan lupakan keempat tanduk yang berukuran besar dan kecil itu siapa pun bisa tertipu melihatnya berpikir jika itu adalah telinganya yang lain.

Dia mempunyai sepasang sayap seperti seekor burung merpati dengan keempat kakinya yang seperti reptil. Ekornya yang sama panjang dari ujung sayap kanan ke kiri itu berbulu lembut, berbentuk seperti seekor kucing, dan jangan lupakan netra kuning keemasannya yang terlihat begitu berharga seperti selayaknya permata, menatap dirinya penuh ketidaksukaan jika dia harus keluar hutan.

Leila mendesah paruh. Sangat sulit lepas dari pengawasan sosok dibelakangnya ini.

Masih Leila ingat dengan jelas setelah menghabiskan beberapa hari di dunia ini dia mengelilingi hutan lebat ini. Hal yang membuatnya tercengang tentunya melihat seekor hewan bertubuh raksasa sedang terbaring lemas dengan cairan berwarna emas yang terlihat mengkilap seperti emas dan kental seperti madu.

Mahkluk yang dia kira hanya ada di cerita fiksi itu benar-benar terbaring lemas di depannya sekarang. Melingkarkan lehernya yang panjang untuk melindungi sesuai yang terlihat mengkilap di depan matanya.

Apa itu emas?

Tapi, kenapa warnanya sangat gelap?

Pertanyaan itu menggema didalam pikirannya hingga suara khas notifikasi diikuti hologram transparan muncul di depannya.

Ding!

[DEWA KEMATIAN PENASARAN DENGAN TINDAKAN ANDA SELANJUTNYA.]

Okay, Dewa gabut itu muncul lagi.

Tidaklah seorang Dewa itu sibuk. Bukannya sibuk mengawasi makhluknya fana ini.

Menyadari sesuatu semakin mendekatinya. Makhluk itu yang awalnya memejamkan matanya kini terbuka lebar dengan pupil kuning menyalanya terlihat seperti sinar matahari tenggelam yang disaat-saat terakhirnya.

Geraman penuh ketidaksukaan Leila dapatkan. Tubuh yang tiba-tiba menyusut semenjak datang kesini tidak bisa memberikan perlawanan seperti selayaknya orang dewasa.

Leila mengambil langkah mundur perlahan dan tak lupa memberi tahunya jika dia tidak akan mendekati lebih jauh lagi.

"Sistem, apa kau bisa melakukan sesuatu selain melaporkan Dewa Kematian itu?" Cicit Leila disini berusaha memutar otak dan selamat dari cengkraman hewan buas itu.

Ding!

[MAKHLUK BERJENIS NAGA DI DEPAN TIDAK MENYUKAI KEHADIRAN ANDA.]

"Tanpa kau beritahu pun aku juga tahu! Tidak kah kau bisa berguna sedikit!" Batin Leila berteriak tidak suka dengan sistem barunya ini.

⟨SIAPA KAU MAKHLUK YANG TIDAK AKU KETAHUI?! MAU APA KAU DATANG KE TANAH KELAHIRANKU INI?!⟩

Pertanyaan bertubi itu tiba-tiba Leila dengar. Suaranya yang paruh membuat Leila menoleh ke sana kemari.

⟨AKU BICARA PADAMU MAKHLUK ANEH!⟩

Merasa dikatain aneh Leila menghentakkan kakinya tidak suka dan mencari sumber suara itu berasal.

"Heh! Aku bukan makhluk aneh ya! Aku punya nama! Namaku Leila! Siapa kau?! Tunjukkan wajah songongmu itu! Rasakan tinju seorang Leila ini!" Sepertinya Leila melupakan bentuk dari tubuh barunya di dunia ini. Tubuh anak kecil berusia lima tahun itu terlihat sangat imut jika dia semakin kesal.

Naga yang melihat sesuatu yang baru muncul di depannya sebelum ajalnya menjemput itu mengernyit keheranan. Dari bahasa yang dia gunakan seperti bahasa para makhluk fana itu gunakan. Akan tetapi dari nada bicara terdengar berbeda, terlebih bagaimana bisa seorang anak kecil bisa berada dalam tanah kelahirannya?

⟨ADA GERANGAN APA KAU DATANG KEMARI, WAHAI MAKHLUK YANG TIDAK AKU KETAHUI****?⟩

Tidak ada intonasi yang menuntut dan marah padanya lagi. Leila merasa bersyukur. Akan tetapi, hologram biru baru lainnya muncul.

[‼️SELAMAT‼️]

[ANDA MENDAPATKAN SKILL BARU 'MEMAHAMI BAHASA ASING'.]

Melihat perberitahuan baru itu membuat Leila tercengang bukan main.

Apa yang baru dia dapatkan?

Naga berwarna hitam yang memiliki noda kotor disetiap hampir seluruh tubuhnya ini merasa ajalnya tidak akan lama lagi dan memikirkan sebuah telur yang adalah sisa dari harapannya setelah para makhluk fana itu menembus dinding pelindung yang dia buat untuk memisahkan dimensi antara kehidupan mereka berdua.

Masih dia ingat sangat jelas. Hanya satu makhluk fana yang bisa datang kemari. Hanya satu dan dia tidak melanggar kontrak diantara mereka berdua.

Kontrak darah yang membuat manusia yang keras kepala dan gigih itu tidak akan pernah bisa melanggarnya. Masih dia ingat ciri khas makhluk fana itu sebelum wujudnya perlahan berubah mengikuti ciri fisik dari tubuhnya, karena menginginkan kekuatan dari para ras naga.

⟨WAHAI MAKHLUK YANG TIDAK AKU KETAHUI.⟩

Waktunya tidak lama lagi.

Apa dia bisa mempercayai makhluk yang bukan termasuk dari makhluk fana itu untuk menjaga telur ini?

"A-aku, aku... Aku bisa jelaskan. Aku hanya seorang penulis gabut yang tiba-tiba mati dan dikirim ke dunia ini yang dalam pengawasan si stalk—"

Ding!

"Maksudku !" Petik Leila di akhir kalimat yang hampir saja keceplosan menyebut Dewa Kematian itu stalker, bisa-bisa aku mati lagi.

Mendengar jawaban dari makhluk yang tidak naga itu ketahui dari ras apa merasa terkejut bukan main. Dia menjawabnya dengan lantang meskipun dengan perasaan takut yang tidak bisa dia sembunyikan.

Jika apa yang dia katakan benar dan makhluk kecil di depannya diawasi oleh seorang Dewa yang dimana makhluk magis sepertinya ini sangat menghormatinya. Maka, mungkin saja dia bisa mempercayainya untuk telur ini.

⟨AKU, NAGA PUTIH AGUNG. PENJAGA DARI TANAH KELAHIRAN DARI SEMUA MAKHLUK MAGIS DI DUNIA INI, INGIN KAU MENJADI PENGGANTIKU SAMPAI NAGA BARU INI SIAP UNTUK MENJADI PENJAGA SELANJUTNYA.⟩

Suaranya yang tidak bergetar sedikitpun menatap Leila dengan yakin dengan luka yang dia derita sebelum Leila sampai di dunia ini.

"T-tunggu dulu! Kau tidak bisa melakukan ini! Aku punya hak untuk menolaknya! Kau tidak bisa memaksaku!" Melihat tatapan naga itu semakin tidak bercahaya membuat Leila semakin kalut, "hei! Kau dengar, kan?!"

Naga yang berwarna hitam itu perlahan menutup matanya. Dia tidak bisa ingin membusuknya tubuhnya diatas tanah suci ini. Dia memilih berdiri sembari memberikan sebuah telur bersisik hitam pekat mengkilap itu kepala gadis kecil yang tidak dia ketahui namanya itu.

Leila tanpa sadar menangkap telur yang sangat besar untuk tubuh kecilnya itu. Tidak jauh dari tempat mereka pertama kali bertemu. Naga hitam pekat itu dengan cairan berwarna kuning keemasan yang dia kira apa itu seperti adalah sesuatu yang tidak mungkin seperti dia pikirkan, bukan?

Naga hitam itu yang terlihat sangat lesu itu berusaha membawa tubuhnya kedalam air danau yang dingin. Perlahan dengan pasti menenggelamkan seluruh tubuhnya yang kini hanya menyisahkan kepalanya yang panjang menoleh kebelakang melihat gadis kecil itu terus berteriak padanya terduduk dengan memegang telur yang terlihat sebesar dirinya itu.

⟨AKU PERCAYA PADAMU. WAHAI MAKHLUK—⟩

"AKU PUNYA NAMA!" Leila mengambil napas dalam-dalam menatap naga yang seperti akan menghilang dari pandangannya itu. Matanya terasa sangat panas sekarang, "NAMAKU LEILA! INGAT ITU BAIK-BAIK TUAN NAGA!"

Mendengar suara khas anak kecil ditambah suaranya yang kini pecah karena tangisnya yang perlahan mulai menerima semua kejutan ini.

Mati secara tiba-tiba.

Membuka mata kembali setelah mengetahui jika sebuah sistem menemani di dunia fantasi ini.

Terlebih melihat kematian mahkluk yang bisa berkomunikasi dengannya membuat tidak bisa menahan derai air mata dengan sebuah telur besar sedang dia pegang.

Naga itu terkekeh mendengarnya dan menjawab, ⟨SEBAGAI TAMBAHAN INFORMASI. AKU TIDAK MEMPUNYAI JENIS KELAMIN.⟩

"E-eh?!"

Perubahan wajah Leila kecil terlihat sangat menghibur diakhir hayatnya. Naga hitam itu perlahan menenggelamkan seluruh tubuhnya tanpa sisa dan perlahan air danau bercahaya. Peri kecil yang hidup dalam air perlahan memutar bangkai naga itu. Perlahan membawa bangkai dari penjaga hutan itu semakin ke tengah danau dan Leila tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

⟨HEI! APA KAU DENGAR? JANGAN MENDIAMKAN AKU! AKU TIDAK SUKA!⟩

"Ah! Iya? Apa?"

Leila kembali tersadar dengan apa yang baru saja terjadi. Sepertinya dia melamun mengingat kejadian dimasa lalu.

⟨AKU BERTANYA 'MAU KEMANA KAU?'⟩

"Ohh, aku. Aku mau ke ibu kota. Mengirim naskah ini," menunjuk sekeranjang yang penuh dengan kertas-kertas yang menumpuk dengan ujung jarinya yang terlihat kotor karena tinta hitam yang selalu menemaninya.

Makhluk berwarna putih itu merendahkan kepalanya dan menyipitkan matanya tidak suka.

⟨TIDAK BOLEH.⟩

Meskipun tidak ada penekanan, tapi Leila sangat sadar jika naga putih di depannya ini tidak ingin dirinya keluar.

Tangannya terangkat dan mengelus surai seperti kucing tetangganya dulu yang sering main ke tempat tinggalnya.

"Tidak akan lama. Aku janji. Ini hanya sebentar seperti biasanya."

⟨TIDAK, TIDAK BOLEH! KAU TIDAK BOLEH PERGI!⟩

Ah, betapa menggemaskannya naga kecil di depannya ini, "bagaimana jika aku membawa sesuatu dari ibu kota sebagai gantinya?"

Naga itu memberikan jawaban non-verbalnya—menggelengkan kepalanya. Terakhir kali dia ingat jika naga menggemaskan di depannya ini sangat menyukai bibit bunga matahari yang dia bawa dan dia rawat sampai sebesar rumah berlantai dua.

"Aku janji, ini hanya sebentar oke."

⟨SEBENTAR BAGIMU, TAPI TIDAK BAGIKU.⟩

"Aku sudah membuat pelindung otomatis disekitar pintu masuk—Hutan Berkabut. Tidak akan ada seorang pun yang bisa masuk begitu saja. Jadi, jangan khawatir."

Tutur kata yang Leila katakan berhasil menghasut naga putih yang setinggi gedung lima lantai itu harus mengalah. Lagi pula Leila juga selalu menghabiskan waktunya selain mengurus semua seisi penghuni hutan atau yang semua makhluk hidup di dalamnya sebut sebagai 'Tanah Suci' ini. Juga menghabiskan waktunya menulis yang tidak akan pernah bisa dia lepaskan kebiasaannya itu.

"Kalau begitu." Leila yang memakai pakaian serba hitam itu sudah berganti dengan gaun berwarna biru dipadukan dengan warna putih, dan tak lupa juga sebuah jubah besar berwarna merah gelap yang menutupi tubuhnya, "aku berangkat. Jangan menjahili para peri sungai selagi aku pergi. Jadi, anak yang baik, Ryuu."

Melihat bagaimana Leila masih menganggapnya sebagai anak kecil. Ryuu mendengus tidak suka.

"Oh ya, dan terkhusus kau Tuan Rakun yang suka mencuri persediaan makanan selagi aku pergi." Leila menunjuk kepada seekor rakun yang dia temui mabuk setelah disogok botol alkohol oleh sekelompok orang tidak bertanggung jawab dan meninggalkannya dipinggir hutan.

Rakun yang berwarna abu-abu dengan sekitar matanya yang berwarna hitam seperti seekor panda, dan pada pola garis hitam abu-abu pada ekornya menjadi daya tarik tersendiri.

Rakun yang tidak bisa bicara itu menunjukkan dirinya sendiri yang merasa dibicarakan oleh Leila.

Melihat reaksi yang Rakun berikan membuat Leila semakin membenarkan ucapannya, "ya, kau! Siapa lagi yang suka mengambil makanan kucing yang sering aku simpan jika aku pergi ke desa, huh!"

Siapa yang mengira jika hari itu Leila akan pulang lebih lama dari Ryuu dan semua penghuni Tanah Suci yang sudah mengenalnya tahu.

.

.

.

Warna telur Ryuu kayak telur busuk ga sih, item gitu 😭😂

Ryu be like: "HEE!!! //menatap tajam// LEILAAA!!!"

Tuh kan badannya aja gedhe, tapi tukang ngadu, hahaha...

See you next chapter guys 👋😽

Episodes
1 BAB 1 : AWAL DARI SEGALANYA
2 BAB 2 : WINE DAN EMERALD
3 BAB 3 : TELUR HITAM
4 BAB 4 : RION (1)
5 BAB 5 : RION (2)
6 BAB 6 : RION (3)
7 BAB 7 : PANGGILAN PERTAMA (1)
8 BAB 8 : PERTEMUAN PERTAMA (2)
9 BAB 9 : TEMPAT BARU
10 BAB 10 : RAKUN TERTEKAN
11 BAB 11 : BOCAH KURANG AJAR
12 BAB 12 : NOAH EUGENE
13 BAB 13 : FESTIVAL LAMPION
14 BAB 14 : JIWA LEILA
15 BAB 15 : PANGGILAN
16 BAB 16 : CALIX SIRIUS FJORD
17 BAB 17 : AKU MENANGKAPMU
18 BAB 18 : RAJUTAN
19 BAB 19 : RAHASIA KECIL KAMI BERDUA (1)
20 BAB 20 : RAHASIA KECIL KAMI BERDUA (2)
21 About This Story
22 BAB 21: RAHASIA KECIL KAMI BERDUA (3)
23 BAB 22: RAHASIA KECIL KAMI BERDUA (4)
24 BAB 23: AYAH DAN ANAK (1)
25 BAB 24: AYAH DAN ANAK (2)
26 BAB 25: AYAH DAN ANAK (3)
27 BAB 26: PERTEMUAN YANG TIDAK TERDUGA (1)
28 BAB 27: PERTEMUAN YANG TIDAK TERDUGA (2)
29 BAB 28: INGIN BERMAIN LEILA?
30 BAB 29: AJAKAN (1)
31 BAB 30: AJAKAN (2)
32 BAB 31: AJAKAN (3)
33 BAB 32: AJAKAN (4)
34 BAB 33: BAKAT SIHIR
35 BAB 34: DESA KILKAST (1)
36 BAB 35: DESA KILKAST (2)
37 BAB 36: DESA KILKAST (3)
38 BAB 37: DESA KILKAST (4)
39 BAB 38: DESA KILKAST (5)
40 BAB 39: DESA KILKAST (6)
41 S2 - BAB 1: ALASAN
42 S2 - BAB 2: ISTANA AMÌOS
43 S2 - BAB 3: SALAH PAHAM
44 S2 - BAB 4: ARIA GREY (1)
45 S2 - BAB 5: ARIA GREY (2)
46 S2 - BAB 6: ARIA GREY (3)
47 S2 - BAB 7: ARIA GREY (4)
48 S2 - BAB 8: ARIA GREY (5)
49 S2 - BAB 9: ARIA GREY (6)
50 S2 - BAB 10: ARIA GREY (7)
51 S2 - BAB 11: ARIA GREY (8)
52 S2 - BAB 12: HARI PERBURUAN (1)
53 S2 - BAB 13: HARI PERBURUAN (2)
54 S2 - BAB 14: HARI PERBURUAN (3)
55 S2 - BAB 15: HARI PERBURUAN (4)
56 S2 - BAB 16: HARI PERBURUAN (5)
Episodes

Updated 56 Episodes

1
BAB 1 : AWAL DARI SEGALANYA
2
BAB 2 : WINE DAN EMERALD
3
BAB 3 : TELUR HITAM
4
BAB 4 : RION (1)
5
BAB 5 : RION (2)
6
BAB 6 : RION (3)
7
BAB 7 : PANGGILAN PERTAMA (1)
8
BAB 8 : PERTEMUAN PERTAMA (2)
9
BAB 9 : TEMPAT BARU
10
BAB 10 : RAKUN TERTEKAN
11
BAB 11 : BOCAH KURANG AJAR
12
BAB 12 : NOAH EUGENE
13
BAB 13 : FESTIVAL LAMPION
14
BAB 14 : JIWA LEILA
15
BAB 15 : PANGGILAN
16
BAB 16 : CALIX SIRIUS FJORD
17
BAB 17 : AKU MENANGKAPMU
18
BAB 18 : RAJUTAN
19
BAB 19 : RAHASIA KECIL KAMI BERDUA (1)
20
BAB 20 : RAHASIA KECIL KAMI BERDUA (2)
21
About This Story
22
BAB 21: RAHASIA KECIL KAMI BERDUA (3)
23
BAB 22: RAHASIA KECIL KAMI BERDUA (4)
24
BAB 23: AYAH DAN ANAK (1)
25
BAB 24: AYAH DAN ANAK (2)
26
BAB 25: AYAH DAN ANAK (3)
27
BAB 26: PERTEMUAN YANG TIDAK TERDUGA (1)
28
BAB 27: PERTEMUAN YANG TIDAK TERDUGA (2)
29
BAB 28: INGIN BERMAIN LEILA?
30
BAB 29: AJAKAN (1)
31
BAB 30: AJAKAN (2)
32
BAB 31: AJAKAN (3)
33
BAB 32: AJAKAN (4)
34
BAB 33: BAKAT SIHIR
35
BAB 34: DESA KILKAST (1)
36
BAB 35: DESA KILKAST (2)
37
BAB 36: DESA KILKAST (3)
38
BAB 37: DESA KILKAST (4)
39
BAB 38: DESA KILKAST (5)
40
BAB 39: DESA KILKAST (6)
41
S2 - BAB 1: ALASAN
42
S2 - BAB 2: ISTANA AMÌOS
43
S2 - BAB 3: SALAH PAHAM
44
S2 - BAB 4: ARIA GREY (1)
45
S2 - BAB 5: ARIA GREY (2)
46
S2 - BAB 6: ARIA GREY (3)
47
S2 - BAB 7: ARIA GREY (4)
48
S2 - BAB 8: ARIA GREY (5)
49
S2 - BAB 9: ARIA GREY (6)
50
S2 - BAB 10: ARIA GREY (7)
51
S2 - BAB 11: ARIA GREY (8)
52
S2 - BAB 12: HARI PERBURUAN (1)
53
S2 - BAB 13: HARI PERBURUAN (2)
54
S2 - BAB 14: HARI PERBURUAN (3)
55
S2 - BAB 15: HARI PERBURUAN (4)
56
S2 - BAB 16: HARI PERBURUAN (5)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!