Ini hari yang cerah dan Leila ingin menghabiskan waktunya dengan sebaik-baiknya di ibu kota, sembari memikirkan apa yang sebaiknya dia bawa kembali ke dalam hutan tentunya.
"Arum manis! Arum manis! Siapa mau Arum manis?! Harganya hanya satu perak saja! Ayo! Siapa yang mau beli!"
Mendengar teriakan penjual Arum manis terbesit pemikiran untuk menjahili si Rakun itu. Dia ingat rakun itu selalu mencuci makanan yang dia curi dan apa yang terjadi jika Arum manis yang dia berikan dan rakun itu cuci.
Membayangkan ekspresi terkejut Rakun tentu saja membuat Leila tertawa sendiri yang membuat semua orang yang ada disekitarnya menjauh dan menatap aneh dirinya. Wanita asing bertudung merah yang tertawa sendiri.
"Kasihan mana masih muda."
Leila yang bisa mendengar itu tidak bisa menahan kekesalannya. Akan tetapi, ini ibu kota. Pakaiannya yang sederhana, berjubah dengan tudung merahnya menarik perhatian seisi ibu kota yang memiliki pakaian yang lebih terkesan modern dan rapi dari pada dirinya yang memiliki gaun sederhana.
Orang biasa dipandang rendah ya disini.
Sejujurnya jika Leila ingat kembali seminggu yang lalu setelah mengetahui siapa bocah berambut merah yang sering tersesat atau sengaja tersesat di Hutan Berkabut itu adalah salah satu karakter yang dia ciptakan. Yang memiliki peran sebagai antagonis, dan baru dia sadari kemarin lusa juga jika dipikir-pikir dirinya ini juga termasuk kedalam karakter antagonis yang hanya muncul diawal cerita juga.
Dimana karakter protagonis di dunia ini, yang dia tulis itu adalah seorang wanita yang memiliki kekuatan suci yang berasal dari berkah Dewa Dewi yang selalu menyeleksi setiap manusia, setiap seribu tahun sekali. Untuk dijadikan utusan untuk menyelamatkan dunia ini.
Dia ingat sekarang. Penyihir menyeramkan tinggal di dalam Hutan Kematian yang dimana kabut selalu menyelimutinya.
Wanita yang memiliki jiwa kesatria dan tak kenal takut itu mengambil langkah awalnya menjadi seorang pahlawan dengan membantu desa diperbatasan.
Tentu saja kemenangan yang dia dapat. Bahkan disaat dia menghabisi penyihir itu, dia merasa sangat enggan dan masih memikirkan jalan keluar lainnya selain jalan yang dia ambil ini yaitu membunuh.
Akan tetapi, jalan yang dia tempuh tidak semulus dia kira. Surai hitam pekat yang sepanjang punggung itu dia ikat ekor kuda dengan ciri khas anting sebelah yang dimana terdapat lambang naga disana.
Leila berharap jika dengan dirinya yang sekarang menjadi seorang Penjaga. Leila harap tokoh protagonis wanita bernama Aria River. Tidak akan datang ke Hutan Berkabut untuk dirinya.
Seorang gadis yang bukan dari kalangan bangsawan yang ingin menjunjung tinggi keadilan dan ingin melihat bagaimana dunia di luar sana sebenarnya.
Masih Leila ingat awal dari dia memberikan konflik pada Aria. Membuat dirinya yang selalu rutin setahun sekali ke kuil, kota sebelah, dan kembali pulang mendapatkan kabar jika desanya rata oleh tanah karena para kesatria atas nama kerajaan mengambil pajak. Akan tetapi, desa mereka yang gagal panen tahun ini tidak bisa membayar pajak akhirnya para kesatria menjarah dan mengambil wanita muda dan anak-anak dia bawa sebagai tahanan sampai desa mereka bisa membayar pajak kerajaan.
Mengingat disaat-saat dia mengetik cerita itu masih membekas diingatan Leila. Saat itu hujan turun dan secangkir teh melati menemaninya.
Waktu itu Leila hanya merasa lelah dan ingin mengganti genre romantis yang sering dia tulis. Dia ingin menulis setelah apa yang dia dengar dari rekaman suaranya saat kecil dulu yang sampai sekarang masih dia simpan.
Bagaimana Leila kecil menceritakan semua imajinasi terutama imajinasi disaat di pondok tua yang sudah berulang kali kini sudah orang tuanya renovasi.
Imajinasi bagaimana dia berpetualang di pondok itu. Mengatakan hal yang tidak masuk diakal yang membuatnya tidak menyangka jika dirinya dulu sangatlah imajinatif sekali.
Itulah yang membuat dirinya membuat novel berjudul 'Cara Bertahan Hidup Sungai Emas Everuz'. Meskipun judulnya sangat panjang. Akan tetapi, Leila membuat dengan sepenuh hati. Membuatnya dengan jelas dan padat tanpa membuat pembaca bertanya-tanya lagi.
Yang tentu saja 'sungai' yang disini dimaksud adalah nama belakang Aria. Sedangkan untuk makan 'emas' adalah darah naga yang berarti berkat yang dia dapatkan.
Leila tahu bagaimana perasaan Aria River yang hidup di dunia yang dia tulis itu. Bagaimana perasaan campur aduk dikhianati oleh seseorang yang dia percayai tumbuh menjadi hati yang semakin dingin, dengan otak licik yang semakin dia asah dari wanita polos menjadi wanita penuh kecerdikan.
Teman seperjuangan yang melihat sikap Aria yang perlahan berubah tidak heran lagi. Lagi pula dalam perjalanan mereka bersama Aria. Mereka melihat bagaimana Aria yang tidak kenal lelah maju di garis terdepan untuk mereka. Itu yang membuat hati mereka tertegun dan mengikuti langkah wanita yang diberkati oleh Dewa Dewi itu.
Sebenarnya, cerita itu menurut pendapat Leila sendiri adalah masterpiece-nya. Itu adalah karya yang dia buat selama tiga tahun terakhir. Sungguh, itu memeras pikirannya hingga membuat memutuskan mengambil hiatus dan tanpa sadar dia sudah meninggal dan berada di dunia ini.
"Hidup itu penuh dengan kejutan ya."
Leila yang berjalan menuju sebuah toko buku, yang sudah menjadi langganannya. Tempat untuk bertemu dengan sang editor sekaligus pemilik penerbit buku yang sudah menjalin kontrak dengannya di dunia ini.
Terdengar lonceng berbunyi yang menandakan seseorang masuk kedalam toko dan seseorang itu sudah menunggunya sejak terbitnya matahari.
Pria yang nampak masih muda tengah menyeruput teh hangat yang membantunya merasa baik dengan hidung tersumbatnya.
"Selamat datang di toko buku kami! Silahkan melihat-lihat!" Serunya dengan ceria meskipun dengan suaranya berdengung karena hidung tersumbatnya. Mendengar itu Leila bergegas menyibakkan tudung merahnya kebelakang dan melihat ke sekeliling.
"Masih tidak berubah ya," gumam Leila tanpa sadar karena dirinya hanya bisa keluar beberapa tahun sekali saja dengan mode autopilot-nya dan terlebih lagi umur Ryuu diusia ras naga masihlah anak remaja yang nakal dan sekarang bermain dengan seisi penghuni hutan.
Melihat wanita asing tadi melepaskan jubah dan menggantung disudut ruangan membuat pria muda itu segera bersemangat. Ini adalah pekerjaan turun temurun yang dilakukan oleh keluarganya.
"Nona Felix! Itu Anda rupanya!"
Melihat reaksi yang pria muda itu berikan membuat Leila menarik kedua sudut bibirnya. Dia masih ingat saat pertama kali datang ke toko buku yang hampir ditutup ini. Karena sebuah cerita yang dia tulis dan dengan bantuan penerbit ini. Toko buku ini kembali bangkit dan ceritanya kembali sukses seperti dikehidupan sebelumnya.
"... Rion, kan? Maaf jika aku salah."
Pria muda itu mengangguk dengan semangat. Menandakan Leila sama sekali tidak salah.
"Anda tidak salah sama sekali, Nona Felix."
"Ah, jangan panggil aku Nona. Aku terlalu tua untuk itu," timpal Leila yang memang tidak menolak dengan angka umurnya yang besar itu. Lagi pula dengan angka besar itu membuktikan seberapa banyak yang sudah dia lihat dibandingkan orang kebanyakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Mega Winter
thorrr lanjutt ya
2023-07-10
0