Diintai

Hari telah usai menjemput petang tiba, terlihat kedua sahabat itu berbincang sambil tertawa menyusuri koridor sekolah. Sesekali kedua sahabat tersebut mengeratkan tas dipundaknya. Hari yang berat, dilalui juga dengan banyaknya bawaan buku di tas mereka.

"Besok aku akan menaruh semua buku ku di laci meja. Ini berat sekali," gerutu Kayla sambil mencebik kesal, begitu banyak buku paket yang dibawanya belum lagi beberapa novel yang ia bawa dan akan dibaca ketika senggang menyapa.

Jennita tertawa, "Kalau pak Robert tau ada siswa yang menyimpan buku di laci meja, dia akan menjemur kita sehari-" Gadis tersebut menutup mulutnya, lalu raut wajahnya terlihat sendu. Walaupun sedikit killer tapi pak Robert adalah guru yang tegas. Guru yang bisa mendidik dan mengayomi siswa siswi nya dengan baik. Namun siapa sangka guru paling tersohor itu telah ditemukan dengan keadaan yang mengenaskan.

Kepala yang hancur, tubuh yang termutilasi dan sudah dalam keadaan membusuk di gudang belakang sekolah. Namun anehnya kasus tersebut tidak diusut sampai tuntas oleh pihak sekolah. Mereka mengatakan pak Robert hanya menjadi korban perampokan dan kasus pun ditutup setelahnya, karena khawatir nama baik sekolah yang akan tercemar jika tersebarnya kasus pembunuhan yang cukul mengerikan. Banyak desas desus yang mengatakan bahwa pak Robert dibunuh dengan sengaja, terlihat dari mutilasi tubuhnya yang seperti pola dan sudah jelas bahwa pelakunya adalah orang yang cerdik.

"Pak Robert.." lirih Kayla pelan, entah kenapa ia merasa bersalah pada lelaki paruh baya yang sudah tiada itu, pasti ada keluarga yang harus dinafkahinya.

"Setelah bertahun-tahun berlalu, baru kali ini terdengar lagi kasus pembunuhan terjadi.."

"Lagi?" beo Kayla sambil menatap Jennita, kini keduanya tengah duduk di taman belakang sekolah sambil memandangi langit senja yang indah.

Jennita mendesah kasar lalu mengangguk, rasa keingintahuannya yang besar membawa dirinya untuk mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya ia ketahui. "Katanya dulu, sekolah ini terjadi pemban-"

"Kayla.."

Keduanya tersentak kaget lalu menoleh kebelakang. Mendapati Kenzie berlari kearah mereka membuat keduanya saling tatap. Jennita menggenggam erat tangan Kayla, dan gadis itu tersenyum.

"Kay ayo pulang," ujar Kenzie sambil mengambil tas Kayla untuk dibawanya, namun segera diambil gadis itu. Lelaki itu terdiam dan menatap Kayla datar, ini seperti bukan Kayla-nya.

"Ken aku mau ke toko buku dengan Jennita, kamu pulang duluan aja. Bunda juga udah aku kabarin tadi, dan katanya boleh."

Kenzie menaruh tas Kayla kembali ke kursi taman itu, lalu ia menoleh dan menatap Jennita intens. Melihat gadis itu mengangguk seolah mengiyakan membuat Kenzie menatap Kayla datar kembali. "Udah sore." jawab Kenzie singkat sambil menatap langit senja yang perlahan memudar dan digantikan malam.

"Belum terlalu sore Ken, jangan khawatir aku udah izin sama bunda."

Lelaki itu menatap Kayla dalam, kenapa ia merasa gadis ini seperti tengah menghindarinya?

"Oke!" Final Kenzi sambil memundurkan langkahnya lalu berlalu pergi, namun lelaki itu terhenti ketika ada tangan kecil yang mencegahnya.

"Jangan ngebut, dan langsung pulang."

Kenzie mendekat dan menyentak tangan Kayla dan dipeluknya erat, rasanya ia ingin menyembunyikan gadis ini dari tatapan semua orang.

Gadis yang sedari tadi duduk di kursi taman itu memalingkan wajahnya, ketika melihat Kenzie mendekap erat sahabatnya. Rasanya ia tidak melihat adegan romantis, namun sebuah adegan yang lebih horror daripada melihat seorang pshycho mencabik mangsanya.

"Jangan lama-lama, kabari aku kalau udah di rumah!" bisik Kenzie sambil mengecup kening Kayla, dan gadis itu tersenyum sambil mengangguk. "Jangan sampai lewat jam 7, kalau lewat," bisiknya lagi sambil mengelus rambut Kayla lembut. "Aku jemput kamu!"

"I-iya Ken."

"Aku pergi."

Kayla tersenyum sambil membalas lambaian tangan Kenzie yang perlahan mulai menjauh. Gadis itu terduduk lemas di kursi taman sambil menatap Jennita dan gadis itu mengangguk seolah mengerti apa yang sahabatnya itu katakan melalui tatapan. Kayla mengambil ponselnya lalu mengetikkan sesuatu dan mengirimnya pada Jennita dan gadis itu segera membalasnya.

"Jangan bertanya apapun Jenn, dia masih ada disini!"

"Aku mengerti Kay."

Kedua sahabat itu memasukkan ponsel mereka kembali, lalu berjalan meninggalkan taman.

"Ayo Jenn, nanti toko bukunya tutup."

"Sabar Kay!" gerutu Jennita sambil mengikuti langkah sahabatnya yang cepat. Gadis itu kemudian ia berjongkok untuk mengikat tali sepatunya yang terlepas. Ia bisa melihat ada sebuah siluet dibelakangnya, Jennita tersenyum memang sedari tadi lelaki itu tengan mengintai mereka berdua.

***

"Udah lama nggak kesini jadi makin rame." ujar Kayla celingukan, tempat ini sudah mereka datangi sejak masih SMP. Dulu tempatnya tidak sebesar dan seluas ini, juga belum ada karyawan seperti sekarang dan hanya dijaga oleh pemiliknya seorang lelaki paruh baya bersama anaknya.

"Jennita bukunya bagus semua. Aku mau semua!" pekik Kayla heboh yang langsung dibekap oleh sahabatnya.

"Sstt, semua orang melihat kesini." ujar Jennita dan membawa Kayla menuju rak novel. Gadis itu mencebik kesal lalu Jennita tertawa. "Kay mau novel apa?" tanya Jennita sambil melihat-lihat, begitu banyak novel horror kegemarannya yang membuatnya serasa berada di surga.

"Horror Jenn.."

"Oke, aku bantu cari!"

Kedua sahabat itu terus  menyusuri rak-rak novel, untuk mencari novel horror yang dapat menarik perhatian mereka. Jennita terus melihat-lihat sambil membaca judul dan sinopsisnya. Setelah membaca sinopsisnya, Jennita mendesah pelan alurnya yang berbelit membuay gadis itu kembali meletakkannya ke rak, namum tiba-tiba ia mengambil salah satu novel.

Hanya mellihat sampulnya ia sudah cukup tertarik untuk membacanya, gadis itu membalik novel itu dan mulai membaca sinopsisnya. "Wah.." gumamnya pelan, ternyata bukan hanya sampulnya yang indah namun sinopsisnya juga mampu membuatnya kagum. Bait kalimat yang tersusun rapi, terkemas menjadi sebuah sinopsis yang mengambarkan novel itu cukup menarik.

"Kayla, coba kamu liat!"

"Apa Jenn?" tanya Kayla dan mengahampiri sahabatnya itu.

"Novel ini-"

"Itu kisahnya bagus dik, kakak udah baca juga dan lagi best seller disini. Tuh liat penulisnya juga ada disini, semua pada ngantri minta tanda tangan. Huh memang warga Indonesia.." ujar gadis tersebut sambil melihat-lihat novel lain. Kayla dan Jennita tersenyum namum tertawa dalam hati setelah mendengar kata-katanya diakhir tadi.

"Iya kak makasih." jawab keduanya serempak, sepertinya gadis itu anak kuliahan yang tengah mencari buku referensi untuk tugasnya.

"Alunan Kematian.." gumam kedua sahabat itu sambil membaca judul novel itu, dan setelahnya keduanya saling tatap dan mengangguk. Kayla mengambil novel itu, juga Jennita lalu keduanya ikut mengantri untuk meminta tanda tangan sang penulis langsung.

Gadis itu sesekali melihat jam tangannya, sudah jam 6 dan waktunya tinggal lagi 1 jam. Kayla bergerak gelisah antrian ini cukup panjang, pantas saja toko buku ini rame di hari efektif.

"Aduh.." gumam Kayla pelan.

"Kay, apa kita batalin aja?" tanya Jennita ketika melihat sahabatnya itu bergerak gelisah.

"Nanggung Jenn, tuh lagi 2.." tunjuk Kayla pada antrian di depannya yang semakin menipis, dan Jennita mengangguk. Tiba gilirannya, Kayla menyodorkan novel itu untuk di tandatangani penulisnya namun ia tersentak kaget ketika melihat siapa penulisnya.

"El?"

"Kayla, wah sudah lama ya.." jawab lelaki itu sambil menandatangani novel Kayla.

Jennita mengernyit lalu berbisik di telinga sahabatnya. "Siapa Kay?"

"Eh iya kenalin Jenn, dia Elfata anak pemilik toko buku ini."

Lelaki itu tersenyum lalu menyodorkan tangannya hendak berjabat tangan, dengan kikuk Jennita membalasnya. Tidak disangka penulisnya masih muda.

"Elfata."

"Jennita."

"Salam kenal!" ujar keduanya serempak yang membuat Kayla tertawa. "Sejak kapan kamu jadi penulis El? Hebat banget penggemarmu sampai antri tuh." Tunjuk Kayla pada antrian di belakangnya, semakin malam semakin ramai saja.

"Hehe. Udah lama Kay, tapi nggak lama juga. Kamu tumben mampir lagi." jawab lelaki itu sambil menandatangani novel Jennita.

"Iya, soalnya lagi pengen mampir."

Lelaki itu tertawa gadis itu masih saja lucu seperti dulu. "Udah ya El, kami pamit sebelum yang di belakang mengamuk." ujar Kayla terbahak lalu berlalu pergi setelah mendapatkan tanda tangan dan membayarnya.

"Iya mampir lagi ya Jennita, Kayla." teriaknya setelah melihat keduanya menghilang.

Setelah berhasil keluar kedua sahabat itu mendesah lega, berada di dalam sana cukup sesak. "Kamu kenal dia Kay?"

"Iya Jenn, dulu waktu SMP aku sering kesini waktu tokonya pertama kali buka dan yang jaga itu ayahnya sama dia tadi Elfata."

Jennita mengangguk, pantas saja sahabatnya itu mengenalnya. Perlahan ia membuka kembali novel itu, dan berbinar senang ketika mendapatkan tanda tangan penulisnya langsung. "Hebat ya dia Kay, masih muda udah jadi penu-"

"Kenapa Jenn?" tanya Kayla ketika melihat sahabatnya itu menjeda kalimatnya.

"N-nggak Kay." jawab Jennita dan memasukkan novelnya dengan cepat ke tas nya. Apa yang ia lihat di halaman pertama setelah tanda tangan itu cukup membuatnya kaget dan ia menjadi cukup penasaran dengan lelaki yang bernama Elfata Devanka.

Kayla mengangguk lalu kembali melirik jam tangannya, sudah jam 18:50. "Aduh tinggal 10 menit.." gumamnya pelan. "Ayo Jenn, ngebut ya nanti!" ujar Kayla sambil menarik tangan sahabatnya. Kelamaan bicara sampai membuatnya lupa waktu.

"Iya Kay, ayo kita pu-"

"Kenzie?" gumam keduanya bersamaan ketika melihat seorang lelaki yang menghampiri mereka dengan raut wajah datar.

"Ayo pulang!" sentak Kenzie sambil menarik tangan Kayla. "Kenapa kau ada disini?" tanya Kayla sambil mengikuti langkah lebar lelaki itu.

"Menjemputmu apa lagi!"

"Tapi ini belum jam 7 Ken."

"Kurang 10 menit! Ayo pulang!"

"Aku nggak suka diginiin!" gumam Kayla lirih, namun masih jelas di pendengaran lelaki itu.

"Apa kamu bilang?"

"Nothing, ayo pulang! Jenn aku duluan ya.." Lambai Kayla dari jendela mobil pada Jennita yang mematung menatapnya.

"Iya Kay hati-hati!"

Kayla menghela nafas pelan, ia sangat tidak nyaman dengan ini. "Ken, lain kali jangan menjemputku tiba-tiba begitu. Aku merasa nggak bebas, lagian aku udah izin sama bunda!"

Kenzie terdiam dan menatap jalanan dengan tajam. Tanpa menjawab apapun ia terus melajukan mobilnya untuk mengantar Kayla pulang dengan amarah yang semakin berkobar.

tbc.

Terpopuler

Comments

꧁𝙉Ⓐノ𝙎ム꧂💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

꧁𝙉Ⓐノ𝙎ム꧂💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

mangat thor ⚡🔨

2022-08-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!