Berontak?

Jennita merapikan bukunya sambil menghela nafas lelah, ia bingung kenapa matematika ada ketika soalnya begitu rumit untuk dipecahkan. Gadis itu melirik ke samping, menatap heran pada sahabatnya yang terus memandangi sebuah coklat di tangannya.

"Tu coklat nggak bakal habis kalau di tatap terus!" gerutunya yang hendak mengambil coklat tersebut namun tangannya segera di tepis oleh empunya. "Ih Jennita! Kok mau diambil?" sungutnya sambil mencebik kesal namun justru terlihat lucu, sehingga Jennita meledakkan tawanya.

"Ya daripada kau tatap terus coklatnya, mending kasih aku sini! Lumayan buat mempermanis hidup, setelah dapat pahitnya matematika."

Kayla mencebik kesal sembari menatap Jennita horror, ini adalah coklat pertama dalam hidupnya dari lelaki yang selama ini ia tatap dari kejauhan dan seenaknya sahabatnya itu memintanya hanya untuk mempermanis hidup.

"Makan gula aja sampai mampus, bye!" decaknya kesal dan berlalu keluar sembari menggenggam coklatnya.

"Woi Kayla bocil!" teriak Jennita lantang yang hendak mengejar langkah kecil gadis itu, namun ia urungkan ketika ponselnya yang berdering di sakunya.

"Siapa sih ini, ganggu banget anjir!" gerutunya kesal, namun setelahnya ia terdiam ketika melihat nomor belakang yang menghubunginya. Ia kenal nomor itu, bukan hanya kenal tapi itu nomor yang selalu ia hindari.

Tanpa pikir panjang Jennita menolak panggilan itu dan segera menghidupkan mode pesawat dengan detak jantung yang berpacu cepat. Namun di detik terakhir ia menghidupkan mode pesawat, sebuah pesan muncul yang membuatnya terduduk lemas.

'Belum ada orang yang berani menolak panggilan dari seorang Elfata Devanka, tapi sekarang kau menolaknya. Selamat cantik, kau orang yang menarik'

"Brengsek!" desis Jennita sembari mengacak rambutnya gusar, pesan singkat itu berhasil membuatnya seperti merasa dihantui. Meskipun tidak ada ancaman, namun ketikan itu menggambarkan bahwa seorang Elfata adalah orang yang belum pernah di tolak dan sekarang ia menolaknya seolah itu adalah sinyal bahaya untuknya.

***

Semerbak bunga bermekaran di taman, gugur daun berjatuhan mengikuti arah angin. Seorang gadis terduduk di bawahnya dengan senyuman secantik bunga matahari. Satu buah coklat begitu membuat dirinya merasa bahagia, seolah ada jutaan kupu-kupu yang menggelitik perutnya. Ketika kebahagiaan menyapanya, ia merasa seperti gadis yang paling beruntung di dunia. "I'm so happy!" decaknya senang, sebelum seseorang datang dan merampas segalanya.

"Kay?"

Kayla terperanjat kaget dan segera memasukkan coklatnya ke sakunya. Ia menyelipkan anak rambutnya dengan gugup ketika melihat tatapan Kenzie yang menghunus retinanya. Gadis itu menghela nafas beberapa kali, berbisik pada dirinya sendiri untuk mencoba tenang karena tidak ada yang perlu ia takutkan.

"Ken? Ngapain disini?" Setelah helaan nafas beberapa kali kalimat itulah yang keluar pertama kali dari mulutnya. Dengan senyumannya yang tak luntur ia menatap Kenzie yang menatapnya dengan pandangan tak terbaca.

Lelaki itu melangkahkan kakinya perlahan dengan tatapan yang tak lepas sedikitpun dari gadis manis di hadapannya. Kayla menoleh ke kanan dan ke kiri, alarm bahaya seolah berdengung keras di telinganya ketika melihat Kenzie yang tidak menjawab pertanyaannya.

Kayla memundurkan langkahnya perlahan dan jantungnya semakin berpacu ketika ada sebatang pohon yang menghalanginya, ia terjebak dan entah apa yang akan terjadi.

"Berikan!"

Gadis itu menatap Kenzie cengo, ia tidak mengerti maksudnya apalagi lelaki itu mengadahkan tangannya seolah meminta sesuatu. "H-hah apa?"

Umpatan makian sedikit terdengar dari mulut lelaki itu yang membuat Kayla yakin bahwa lelaki itu sedang dilanda amarahnya.

Bugh!

Dedaunan dari pohon itu berjatuhan seiring dengan Kayla yang menutup matanya ketakutan, kala suara pukulan hingga pohon itu bergetar tepat di telinganya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***