Bel sekolah berbunyi, tanda wakru belajar telah selesai. para siswa siswi berbaris dengan rapi sementara Alexa kini sudah berdiri di ambang pintu.
"Kalian sudah siap untuk pulang?" tanya Alexa.
"Siap Miss!!" teriak anak anak itu dengan wajah yang gembira. Hanya 1 anak yang terlihat murung.
Alexa menuntun mereka secara perlahan ke area taman di mana keluarga mereka akan menjemput. Secara bergantian, Alexa memanggil siswa siswi yang keluarganya telah datang. Hingga kini hanya tersisa Brandon saja.
"Daddy dan Mommymu belum datang, Brandon. Duduk di sini dulu bersama Miss," ajak Alexa pada Brandon. Mereka duduk di sebuah kursi kayu yang ada di bawah sebuah pohon besar.
Wajah Brandon terlihat sedih, berbeda sekali saat ia baru tiba di sekolah. Alexa mendekati Brandon dan mulai mengajaknya berbicara.
"Bran, mengapa kamu bersedih?" tanya Alexa.
Brandon menundukkan kepalanya. Alexa pun berlutut di hadapan Brandon dan memegang dagu anak tersebut.
"Apa yang mengganggu pikiranmu, sayang?"
"Miss, apa aku boleh pulang bersamamu?" tanya Brandon.
"Bersama Miss? Apa Brandon mau Miss antarkan pulang ke rumah?"
"Bukan! Aku ingin pulang ke rumah Miss saja. Bolehkah aku menginap?"
"Maafkan Miss, Bran. Bukan Miss mau menolakmu, tapi bagaimana nanti kalau kedua orang tuamu mencarimu. Mereka pasti akan sangat khawatir. Mereka pasti ingin kamu berada di rumah," jawab Alexa.
Alexa melihat bulir bening terjatuh dari mata Brandon. Hatinya terasa sakit ketika melihat seorang anak menangis. Ia tak pernah tega melihatnya karena menurutnya anak anak harus bahagia.
Alexa duduk di kursi kayu tersebut kemudian membawa Brandon ke pangkuannya. Ia memeluk Brandon dan mengelus punggungnya dengan lembut.
"Apa kamu ingin berbagi dengan Miss, hmm? Miss bisa mendengar ceritamu dan menyimpannya rapat di dalam peti harta karun," ucap Alexa. Ia berusaha agar Brandon tak menangis lagi.
"Bolehkah aku memelukmu, Miss?" pinta Brandon.
"Tentu saja, sayang," Alexa pun memeluk Brandon lagi, membuatnya merasa nyaman dalam dekapan Alexa.
cekrikk cekrikkk ....
Mata Alexa menangkap seseorang yang tengah mengambil gambar dirinya. Ia langsung diam dan mendudukkan Brandon di kursi, tidak lagi di pangkuannya.
"Bran, tunggu di sini sebentar ya. Miss harus menemui seseorang," ucap Alexa.
"Iya, Miss," Brandon menuruti permintaan guru kelasnya itu. Ia melihat langkah kaki Alexa yang menuju ke arah pagar sekolah yang memang tidak terlalu tinggi.
"Hapus foto yang baru saja kamu ambil!" perintah Alexa.
Pria yang baru saja mengambil gambar itu menurunkan kameranya dari posisi yang sejajar matanya. Ia melihat ke arah Alexa. Alexa yang masih mengingat wajah pria itu pun menjadi kesal karena pria itu masih terus saja mengambil gambar tanpa mempedulikannya.
"Apa kamu tidak mendengar perkataannku?" tanya Alexa.
"Dengar, tapi aku tidak akan melakukannya."
"Jadi kamu tidak mau menghapus foto yang barusan kamu ambil?"
"Ya, foto itu milikku dan terserah padaku mau menghapusnya atau tidak."
"Tapi kamu tidak boleh sembarangan mengambil foto orang lain, setidaknya kamu meminta izin," ucap Alexa.
"Izin? Maksudmu aku harus meminta izin padamu? Aku hanya mengambil foto anak kecil itu, bukan dirimu."
Alexa sangat yakin bahwa pria itu mengambil gambar dirinya. Tak mungkin jika ia hanya mengambil gambar Brandon saja. Dengan kecepatan tangan yang ia miliki, Alexa langsung merebut kamera yang dipegang oleh pria itu.
"Eh ... eh ... hei!" teriak pria itu yang sebenarnya sangat takut jika terjadi sesuatu dengan kamera yang bukan miliknya itu.
Brakkkk ...
Benar saja, ketakutannya sejak tadi beralasan. Ia melihat ke arah bawah di mana kamera pinjamannya sudah tergeletak di jalan dengan beberapa bagian lepas.
Alexa yang sedikit kaget dengan hal itu, langsung mengambil kamera tersebut. Ia juga mengambil beberapa bagian yang lepas dan mencoba memasangnya kembali. Namun, ia melihat ukiran inisial di bagian bawah kamera tersebut.
Jamesss!! - Alexa.
"Lihat hasil perbuatanmu! Kamu telah membuat kameraku rusak!" teriak pria itu, membuat Brandon yang awalnya hanya duduk diam, kini datang menghampiri.
"Miss, are you okay?"
"Miss tidak apa apa, Bran."
"Kamu harus bertanggung jawab!" ucap pria itu lagi.
"Itu bukan murni kesalahanku. Kamu yang sembarangan mengambil foto," ujar Alexa tak mau kalah.
"Apa kamu mau lari dari kesalahanmu? Apa kamu tidak malu dilihat oleh siswamu? Ia pasti akan menganggap dirimu tidak bertanggung jawab dan mencontoh yang tidak benar. Itu semua karena ajaran dari gurunya."
Alexa menatap tajam ke arah pria itu. Ia tahu berapa harga kamera tersebut karena Alexa lah yang membelikannya untuk James. Namun, sebagai seorang guru di Kota Erskine, tak mungkin ia bisa menggantinya. Semua akan bertanya tanya dari mana ia mendapatkan uang sebanyak itu.
"Aku akan bertanggung jawab, tapi kamu harus menghapus foto foto yang kamu ambil sembarangan," ucap Alexa.
"Bagaimana aku bisa menghapusnya sekarang kalau menyala saja tidak bisa."
Di dalam hati, Alexa membenarkan perkataan pria itu. Memang fotonya tidak dapat diakses sampai kamera itu menyala kembali atau bahkan tidak akan pernah menyala lagi.
"Brandon!" suara seorang wanita memecah aura pertikaian di antara keduanya.
"Mommy," Brandon langsung melepaskan diri dari Alexa dan berlari menuju Mommynya.
Melihat hal itu, Alexa menyingkir sementara dari hadapan pria itu dan mendekat ke arah Mom Brigitta. Ia berdiri di hadapan wanita itu dan tersenyum.
"Maaf ya Miss menunggu lama. Ada hal yang harus kukerjakan terlebih dahulu."
"Tidak apa apa, Mam. Brandon anak yang baik dan penurut," ucap Alexa.
Mom Brigitta setengah berlutut dan menatap Brandon, "Kita pulang ya, sayang."
Brandon menganggukkan kepala dan ikut masuk ke dalam mobil yang dikemudikan sendiri oleh Mom Brigitta.
"Sampai besok ya, Bran," Alexa melambaikan tangannya ke arah mobil dan dibalas oleh Brandon dengan lambaian tangan dan senyuman manisnya.
Setelah kepergian keduanya, Alexa kembali menoleh ke arah pria yang masih dengan setia berdiri untuk meminta pertanggung jawabannya. Ia menghela nafasnya pelan dan kembali mendekatinya.
"Kita bicara di tempat lain," ujar Alexa.
Ia masuk ke dalam sekolah dan mengambil tas serta jaket cardigan yang terbuat dari bahan rajutan. Penampilan Alexa tampak biasa. Ia menggunakan kemeja dan rok selutut yang agak lebar di bagian bawah, jaket cardigan, sepatu dengan heels pendek, kacamata, dan rambut yang dikuncir kuda. Namun, penampilannya itu sesaat membuat pria itu terpesona dan terdiam beberapa saat.
"Ayo. Kita bicara di sana saja," ajak Alexa dan diikuti oleh pria itu.
Kini mereka duduk di dalam sebuah cafe kecil. Meja dekat jendela dengan kursi yang saling berhadapan menjadi pilihan mereka.
"Kenalkan, namaku Michael," Michael menyodorkan tangannya.
"Alexa."
🧡 🧡 🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Ray
Baru berkenalan setelah pertemuan ke2. Dan apakah akan berlanjut pada pertemuan berikutnya? Kalo begitu baca terus biar gak penasaran😘🙏
2024-07-22
0
Ita rahmawati
kok gk ada adegan terkejut nya ya semisal bareng ngucapin kata "kamu" gtu,,kan udh pernah ketemu dn bertengkar juga 🤣
2024-05-02
1
hani chaq
kok ga pada kaget.secara alexa nolong pas mau bundir
2022-10-25
2