"Selamat pagi, semua!" Mata dosen tersebut diedarkan keseluruh penjuru kelas. Untung saja aku terlewatkan. Namun, dia kembali menatap ke arahku. Kali ini dengan sinis.
Kenapa tatapannya itu tidak menyenangkan ya? Aku usap tengkuk berasa merinding bagaikan ada makhluk halus yang memperhatikanku. Aku pun membuang muka, mengelak dari tangkapan mata seperti menuduh itu.
"Selamat datang bagi kalian semua pada kelas Pengantar Akuntansi ini. Jadi, hingga beberapa bulan ke depan, mata kuliah Pengantar Akuntansi, akan kita bahas bersama. Apakah kalian sudah mengenal nama saya?"
Iiissh, apakah semua dosen seperti ini? Padahal kami semua mahasiswa baru, tentu tidak mengenal dia. Emangnya dia sejenis seleb gitu ya, bisa langsung terkenal?
Namun, Lingga yang berada di sampingku menunjuk tangan penuh antusias. "Saya tahu nama Bapak."
Dosen yang berdiri di bagian depan kelas tersebut tersenyum penuh makna. "Oh ya? Dari mana Anda mengenal nama saya? Apakah dari teman yang duduk di samping Anda?"
Semua mata menatap ke arah orang yang berada di samping Lingga. Orang itu adalah aku. Aku pun menunjuk diri sendiri karena merasa bingung. "A-aku?" Yang lain menganggukan kepala.
Aku memberi lambaian tangan, menyatakan itu tidak lah benar. "Bukan! Bukan aku! Aku tidak tahu nama Bapak dosen yang terhormat itu," elakku.
Aku besarkan mata pada Lingga. Dia harus segera mengonfirmasi berita yang dituduhkan kepadaku itu. Aku lihat Lingga malah tersenyum kikuk.
Lingga mengatakan dengan sedikit ragu. "Saya mendapatkan informasi dari senior di kosan kok, Pak. Bukan dari dia."
Aku mengangguk cepat, untuk menguatkan pernyataan yang disampaikan oleh Lingga. Jujur, aku tidak ingat nama dia. Namun, ternyata dia malah menjadi dosenku.
"Apakah kalian sudah menemui dosen pembimbing akademik masing-masing?" tanya Pak Dosen muda ini.
Aku belum melihat informasi terbaru. Waktu mendaftar kemarin, belum ada informasi siapa yang menjadi pembimbing akademikku hingga delapan semester ke depan.
"Di kelas ini sepertinya ada lima mahasiswa yang akan saya bimbing hingga mendapatkan gelar sarjana nanti." Dia terlihat membolak-balikan lembaran yang entah apa.
Lalu beberapa teman mulai berbisik-bisik berharap mereka adalah salah satu dari lima orang tersebut. "Pak, spil nama-nama mahasiswa tersebut ya?" pinta salah satu anggota kelas ini, yang belum aku kenal namanya.
"Ssstt ... yang sopan dong ngomongnya sama dosen. Disangka bicara sama temen sebaya apa?" ucap seseorang yang berada di sebelahnya.
"Uppss, melihat beliau berasa melihat kawanan anak-anak muda sebaya kita aja," balasnya.
"Ekheeemmm ..." Dosen yang terhormat itu sengaja berdehem untuk menenangkan kondisi yang riuh dengan bisikan. Lalu suasana menjadi hening dan semuanya kembali fokus kepada Pak Dosen.
"Nanti Anda semua bisa mengecek pada akun akademik masing-masing. Semua layanan akademik kita, bisa diakses secara fleksibel lewat perangkat gadget yang ada di tangan masing-masing. Apa kalian paham?"
"Baik lah, bagi yang belum mengenal saya, saya akan memperkenalkan diri. Nama saya Arendra Wijaya."
Oooh iya, benar ... Kak Vina pernah mengatakan namanya. Arendra Wijaya ya? Jadi kami semua harus memanggil dengan apa? Pak Aren atau Pak Rendra ya?
"Saya akan memberi sedikit informasi tentang riwayat pendidikan yang pernah saya tempuh. Semenjak pendidikan dasar hingga sekolah menengah atas, saya tempuh di kota ini. Saat strata satu, saya mendapat jalur undangan ke kampus yang tak jauh dari ibu kota. Strata dua dan tiga saya lanjutkan di University of Oxford."
prok
prok
prok
Semua mahasiswa di kelas ini terkesima dan memberikan sambutan serta penghargaan atas informasi yang diberikan dosen muda yang bernama Arendra itu. Lingga membesarkan mata padaku karena tidak memberikan tepukan seperti yang lain.
Oxford itu di mana? Aku tidak pernah mendengar ada kampus seperti itu di negeri ini. Namun, agar tidak diteror oleh Lingga, akhirnya aku ikut bertepuk tangan. Maklum lah, aku tidak tahu apa-apa. Berkuliah pun hanya karena faktor kebetulan.
"Sekian dulu perkenalan singkat hari ini. Apa ada pertanyaan?"
"Status?" sorak seseorang yang tidak terdeteksi olehku.
Wajar sih orang menanyakan hal tersebut. Dia terlihat cukup muda dan wajahnya mungkin bisa dikatakan cukup enak dipandang. Dia tersenyum mendapat pertanyaan seperti itu.
"Senyumannya manis sekaliii ...." Lingga menyikutku yang seolah tak tertarik dengan acara saling berkenalan seperti ini.
"Siapa yang bertanya?" tanya Pak Rendra itu.
"Apa kamu?" Jemarinya lurus menunjuk padaku.
Hah? Aku lagi? Kenapa dia selalu menuduhku seperti ini? Dendam apa dia kepadaku?
"Kamu!" Pak Arendra menunjukku kembali.
"Saya, Pak?"
"Iya, kamu!"
Aku bangkit dan berdiri di dekat bangku yang aku duduki tadi. "Ada apa, Pak?"
"Nanti, kamu harus menghadap saya!"
*
*
*
"Bagaimana ini Ngga?"
Kami berdua berada tepat di depan pintu yang tertulis nama Arendra Wijaya, D.Sc. (D.Sc. \= Doctor of Science)
Lingga tampak mengusap jari di dagunya. "Kira-kira, ngapain ya Pak Dosen ganteng manggil kamu?"
Aku hanya bisa mengedikan bahu. Aku masih teringat dia ngomel sendiri tanpa tahu subjek yang sedang diomelinya. Namun, perasaanku sungguh tidak enak semenjak di kelas tadi. Tatapannya sungguh terasa sangat aneh.
Pintu tersebut tampak dibuka dari dalam. Aku yang masih ribut dengan Lingga terkesiap saat mendengar deheman dari pria yang menjadi dosen kami ini.
"Kenapa hanya ribut di luar? Saya sudah menunggumu semenjak tadi."
Lingga membesarkan matanya menatapku. Lalu beralih dengan cepat menatap Pak Arendra. "Saya ditunggu juga nggak, Pak?"
Pak Arendra terlihat bingung dan sedang berpikir. "Maaf, Anda siapa?"
Lingga langsung mendorong hingga membuatku hampir jatuh. Untung aku segera berpegangan pada tangan yang mencoba menyambutku. Setelah berdiri dengan sempurna, aku baru menyadari, tangan seseorang yang menyelamatkanku barusan adalah milik Pak Arendra.
Aku segera melepaskannya. "Ma-makasi, Pak. Maaf ...."
Lingga menyikutiku dengan wajah penuh tanda tanya. Aku kembali mengedikan bahu menggelengkan kepala. Tanpa kami sadari, sudah ada wanita berpakaian rapi. Dia terlihat muda juga, tengah bersidekap dada berdiri di dekat kami.
"Ada apa ini? Kenapa kalian ribut-ribut di depan ruang kerja milik Pak Rendra?" Suara wanita tersebut terdengar cukup tajam menusuk telingaku. Apakah Lingga merasakan hal yang sama.
"Kami dipanggil oleh Pak Arendra, Bu." ucapku.
"Bu Gendis, ada apa? Kenapa Anda ke sini?" tanya pria yang masih berdiri di sisi pintu.
"Oh, saya ingin minta bantuan Pak Rendra untuk membuatkan saya program untuk perkuliahan nanti." Suara wanita yang dipanggil Gendis tiba-tiba berubah menjadi kemayu.
Berdasarkan pengalamanku yang sudah sangat banyak, aku bisa memastikan Bu Gendis menyukai Pak Arendra. Wanita yang menggunakan setelan blazer warna senada tersebut melirik aku dan Lingga secara bergantian. Aku memberikan anggukan kepala merasa tidak enak.
"Sepertinya kami akan kembali lagi nanti, Pak." ucapku mulai menarik tangan Lingga hendak pergi.
"Tunggu! Siapa suruh kamu pergi begitu saja? Saya masih ada urusan denganmu!"
Aku merasa aneh atas sapaan yang terlalu akrab tadi. Bu Gendis seakan menatapku tajam seperti ingin mem bu nuh.
"Sepertinya Bapak ada urusan dengan Ibu ini. Jadi, silakan melanjutkan rencana yang sudah dibuat."
Pak Rendra melihat ke arah jam tangannya sejenak. Setelah itu menoleh pada Bu Gendis. "Bu Gendis, bukan kah fakultas Anda jauh dari sini? Sebentar lagi ada perkuliahan bukan? Sepertinya saya akan masuk kelas berikutnya."
Ternyata, dia bukan dosen fakultas ini.
💖
💖
💖
Hay-Hay ... terima kasih sudah mampir pada karya terbaru aku yaaa ... Kali ini aku ingin mengajak kaka semua untuk mampir juga pada karya sahabatku yang kece badai.
Napen Author: KAY_21
Judul karya: Hasrat Sang Penggoda
Blurb:
Aku, adalah protagonis jahat. Pemeran utama yang menggoda suami orang, membuat konflik diantara hubungan suami istri hingga membuat keduanya berpisah.
Aku … adalah protagonis.
Semua demi apa?
Heyri merubah nama, wajah, penampilan, bahkan seluruh hidupnya demi bisa menarik perhatian seorang pria bernama Jeff. Hakim kondang dengan karir yang gemilang, serta menantu dari keluarga Yoon, konglomerat kaya dengan sederet bisnis sukses.
"Aku bersumpah, akan mendapatkanmu kembali, Jeff. Tidak peduli jika harus merebutmu secara paksa dari istrimu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Anonymous
sama pak dos
2022-08-25
0
FieAme
nice
2022-08-13
0
Gina Savitri
Rendra gak profesional masalah laundry di bawa2 ke kampus 😣
2022-07-17
1