Bahkan, dia tidak memedulikan bagaimana keadaan anak kami. Padahal bidan mengindikasikan bahwa kehamilanku bermasalah. Kehamilanku masuk ke dalam pantauan medis karena anakku dalam keadaan terlilit tali pusar.
Aku disarankan untuk mengambil tindakan operasi caesar oleh bidan. Namun, tentu biayanya tidak lah murah. Belum lagi biaya ongkos keluar dari dusun, memakan biaya yang sangat tinggi.
Dengan seenaknya, Bang Alan memutuskan agar aku melahirkan di dusun saja. Dia seperti tidak peduli pada keadaanku dan anak kami yang turut berjuang untuk keluar melihat dunia ini.
Hari yang dinanti pun datang. Proses melahirkan Elena begitu memilukan dengan perjuangan yang sungguh menyakitkan. Di sana, aku merasakan bagaimana perjuangan hidup dan mati sebenarnya. Mataku mencari sosok yang seharusnya ada.
"Bapak, Bang Alan di mana?" Yang berada di sisiku ternyata bapakku sendiri.
"Kamu tidak perlu khawatir. Bapak akan menemanimu."
Ternyata, di saat aku tengah berjuang melahirkan anaknya, dia masih tidak memedulikanku. Dia lebih menyayangi ponsel daripada darah dagingnya sendiri.
"Ayo Nesya ... kamu pasti bisa!" ucap bidan Sri memberi semangat. Dia tidak bekerja sendiri, dibantu dukun beranak yang dipercaya oleh warga dusun kami. Dusun tertinggal ini tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai.
Segala kesakitan kurasakan sendiri di saat melahirkan Elena. Masih teringat jelas olehku, kala Bang Alan sama sekali tidak mendampingiku. Hanya Bapak yang berada di sisi mendampingi menggenggam tanganku.
"ooeekk ... ooeeekkk ... oooeeekk ...."
"Alhamdulillah ..." ucap Bapak membelai rambutku yang telah basah oleh kucuran keringat dan air mata.
Hatiku terluka, lantaran suamiku tidak memedulikanku sama sekali. Bapak menggendong bayi merah berjenis kelamin perempuan dan menyerahkan padaku. Dia berhasil lahir dengan selamat, walaupun keadaan kehamilanku cukup mengkhawatirkan.
"Terima kasih, Allah ... Engkau masih mengizinkan kami hidup di dunia ini." tangisku memeluk bayi mungil itu.
Bang Alan muncul dengan wajah tanpa dosa. "Giliran Abang azankan dia kan, Dek?" tanyanya cuek.
Meski hati ini kesal, dipenuhi amarah, tetapi entah kenapa dengan mudahnya luluh saat dia membelai lembut rambutku. Tanpa mengangkat bayi mungil ini, dia mengazankan dan iqomah bayi yang sedang berada dalam pelukanku.
Namun, aku terlalu bahagia, tak sempat untuk memendam amarah yang tadi membuncah. Menyambut kehidupan baru yang tercipta dari percampuran kami berdua. Gadis kecil ini terlihat sangat cantik, persis mirip dengan Bang Alan.
Kehidupan berjalan begitu cepat. Aku pikir setelah memiliki anak, Bang Alan akan berubah. Namun, perkiraanku salah. Dia tidak berubah sama sekali. Sehingga memaksaku untuk mengerjakan semua meski masa nifasku belum berakhir.
Setelah anak kami berusia satu tahun, dia memaksaku untuk tinggal di kota. Katanya, dia merasa sangat suntuk berada di dusun yang tidak ada signal ini. Berbeda dengan masa di saat dia sekolah dulu, di kota.
"Tapi, Bang? Biaya di sana pasti sangat besar? Nanti kita makan dengan apa?"
Bang Alan membelai lembut pipiku. Dia sangat mengenalku yang begitu gampang luluh oleh rayuannya. "Nanti, biar Abang yang bekerja untuk kalian berdua. Pasti banyak sekali perusahaan yang akan menerima Abang bekerja." ucapnya dengan percaya diri.
Akhirnya aku luluh. Kami pamit kepada kedua orang tuaku, dan orang tua Bang Alan. Meminta izin agar mereka merelakan kami hijrah dan menetap di kota.
"Bang, mana uang hasil panen sawah kemarin?"
Bang Alan mengeluarkan sisa dana yang dia punya. Ternyata uang yang kudapat sekian juta, hanya bersisa satu juta saja. Selainnya telah habis digunakannya untuk membeli rokok dan keperluannya sendiri.
Menjelang berangkat, Bapak menarikku sejenak memberi kode telunjuk di bibir. "Ambil lah, untuk bekalmu nanti." Bapak menyerahkan sejumlah uang ke tanganku.
"Jangan, Pak. Buat Mak dan Bapak saja kurang." Aku kembalikan uang tersebut ke tangan Bapak.
Bapak menyerahkan kembali masuk ke tanganku. "Buat kebutuhan tak terduga nantinya."
Air mataku menetes terharu akan kasih sayang tulus yang tak pernah usai ini. "Bapak, terima kasih ... walau aku sudah berkerluarga, aku masih saja menyusahkan Bapak." Tubuhku berguncang mencium tangan Bapak. Bapak membelai kepalaku dengan lembut.
Setelah sampai di kota, kami segera mencari rumah kontrak yang murah. Namun, yang paling murah pun sewa sebulannya cukup tinggi bagi kantong kami yang sangat tipis.
Namun, aku merasa sedikit optimis. Aku masih teringat pada kata Bang Alan bahwa dia akan segera mendapat pekerjaan. Aku pun membantu dia untuk membuat surat lamaran pekerjaan.
Meskipun ijazahku hanya tamatan SMP, dahulunya aku selalu mendapat peringkat pertama di kelas. Berarti aku ini tidak bodoh-bodoh amat bukan? Hanya nasib yang tidak bisa membuatku melanjutkan pendidikan yang harusnya aku terima.
Bang Alan menyerahkan ponsel kesayangannya itu. Menyuruhku membuatkan beberapa surat lamaran pekerjaan yang dia lihat di laman internet. Aku pun membuatkan untuk beberapa perusahaan yang ingin dia lamar.
Setelah itu, dia sendiri yang mengantarkan surat lamaran tersebut satu per satu pada perusahaan tersebut. Sementara aku, sangat tertarik melihat begitu banyaknya jasa laundry di kota ini.
Apa aku mencoba juga ya? Lumayan buat tambahan biaya hidup, membantu-bantu keuangan suami, nantinya.
Aku segera menawarkan jasa cuci setrika kepada tetangga, dari pintu ke pintu. Awalnya mereka tidak menanggapiku. Namun, di saat aku menawarkan jasa dengan harga lebih rendah dibanding laundry, akhirnya banyak yang menggunakan jasa cuci setrikaku yang masih sederhana.
"Bang, bagaimana? Sudah ada panggilan kerja belum?" tanyaku setelah satu bulan CV dilayangkan pada perusahaan-perusahaan dulu.
"Belum nih, heran juga kenapa masih belum dipanggil." Namun, dia masih sibuk bermain dengan game onlinenya.
Saat itu, aku sudah memulai aktifitas menjadi buruh cuci sederhana. Jadi, kami masih bisa makan, meskipun seadanya.
Beberapa waktu kemudian, Bang Alan menengadahkan tangannya. "Minta uang!"
"Buat apa?"
"Buat beli rokok."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Nirwana Asri
emang rata2 gt ya anak perempuan mesti mirip bpkny padahal ibuny yg mengandung
2022-08-13
2
Mak Aul
boleh nih bang. sama granat. telen ya sekalian
2022-08-11
0
Itarohmawati Rohmawati
suami idaman nih 😅😅😅
2022-08-05
1