"Ada apa ini?"
Aku lihat ibu-ibu di warung tadi menggunakan pakaian serba hitam, memakai kaca mata hitam, di saat malam.
"Kenapa aku diculik?"
"Ayo, ikut kami!" ucap salah satu pasukan emak-emak berbaju hitam tersebut.
"Mau ke mana, Mba?" Aku selalu memanggil mereka dengan sapaan Mbak. Mereka tidak mau aku panggil, Bu atau Tante. Kata mereka aku sendiri sudah jadi ibu-ibu.
"Kami mau mengajak kamu melihat profesi yang dijalani oleh suamimu." ucap yang membawa mobil.
Lalu dengan tenang kucoba patuh menuruti ucapan mereka. Anehnya aku sama sekali tidak diajak ke lokasi yang ada dalam bayanganku. Suasana klub malam seharusnya gegap gempita. Tempat yang kami datangi ini suasananya tenang dan hening.
Mataku terbuka lebar saat menyadari bahwa lokasi ini adalah lokasi yang aku hampiri tadi malam bersama Bang Ojol. "Tidak mungkin! Tidak mungkin Bang Alan kerja di sini."
"Kamu tahu ini tempat apa?"
"Aagh ...." Mulutku tercekat teringat penjelasan Bang Ojol kemarin.
"Suamiku tak mungkin kerja di sini. Bang Alan kerja di klub malam sebagai pramusaji."
Pasukan ibu-ibu itu saling bertatapan satu sama lain. Lalu secara serempak menatapku dengan prihatin. "Kamu itu terlalu polos Nesya. Kami pikir, kamu benar-benar mengetahui bahwa suami kamu itu bekerja di tempat seperti ini." ucap Bu Mia yang mengemudi.
"Makanya, kalau masih muda itu kamu jangan nikah du---" Mulut Bu Wulan yang menyela ucapan Bu Mia, dibekap oleh Bu Retno dan Bu Jeni.
Aku paham maksud mereka. Mereka mengatakan aku ini terlalu naif dan bodoh. Seharusnya masih melanjutkan pendidikan malah sibuk ngasuh sambil membanting tulang.
"Coba kamu lihat!" Bu Mia menunjuk sebuah mobil mewah yang lewat di depan mobil yang kami tumpangi ini.
Dari dalam mobil itu keluar sosok wanita anggun, cantik, dan kemayu. Wajahnya tak asing lagi bagiku. Oh iya, dia wanita yang kemarin memesan makanan. Dari pintu yang sama dengan kemarin, muncul seorang pria--- mu--- da.
Air mataku langsung terjatuh. Pria yang muncul adalah Bang Alan, suamiku. Rambutnya disisir ke belakang dengan wax. Menggunakan kemeja yang sama dipakai saat berangkat dari rumah tadi.
Tanganku secara refleks menutup mulutku tak kuasa menahan apa yang telah aku lihat. Ternyata pekerjaannya seperti ini? Inikah pekerjaan enak yang dia maksud.
Sebuah tangan menepuk pelan bahuku. Aku lihat, Bu Retno memasang wajah prihatin. Perutku terasa bergejolak. Aku tak sanggup lagi menahan semuanya. Pintu mobil kubuka kasar.
"Huweeekk ...."
"Huweeekk ...."
Aku memuntahkan semua makanan yang tadi kami makan bersama. Aku merasa jijik. Aku merasa tak rela, telah menikmati makanan yang dibelikan oleh uang yang dia peroleh dari pekerjaan seperti itu.
Sebuah langkah telah berdiri tepat di hadapanku. Aku lihat kaki yang menggunakan sendal jepit tersebut. Kaki yang sudah aku hafal dan kulihat setiap hari selama tiga tahun terakhir.
"Mba, kamu tidak apa-apa?"
Apa dia tidak mengenalku? Oh iya, di sini gelap. Dia tidak bisa melihatku dengan baik. Aku bangkit dan berdiri tegap di hadapannya. Dia tampak terperenjat melihatku yang selama beberapa bulan ini telah dibodohinya.
"Jadi, ini pekerjaanmu?"
"Nesya?"
Untuk pertama kali aku mendengar mulutnya memanggil namaku. Ini sungguh terasa janggal di telingaku. Biasanya dia memanggil mesra dengan 'Dek.' Namun, kali ini tentu berbeda. Ada seseorang yang menjadi tamu cintanya.
Wanita yang cocok dipanggil tante itu memagut lengan suamiku dengan manja. Itu merupakan hal yang tak pernah kulakukan dengannya.
"Sayang, dia kenapa?" tanya wanita itu dengan lembut.
Bang Alan mencoba melepaskan tangan tersebut darinya. "Kamu tunggu sebentar ya, aku harus berbicara dengannya."
"Lho, bukan kah kita sepakat menjadi suami istri hingga satu tahun ke depan? Kamu masih menerima orderan dari yang lain?"
Bang Alan memberi kode telunjuk di jemarinya. Orderan yang lain? Oh iya ... dia adalah lelaki bayaran. Tentu bukan dia saja yang tidur dengan Bang Alan.
Bang Alan menarikku kasar. Aku berusaha memberontak melepaskan tangannya itu. Aku tak sudi, merasa jijik kepadanya.
"Lepaskan aku! Lepas!" Aku terus memberontak hingga membuat Elena yang tadinya tertidur, menangis merasa tidurnya terganggu.
"Apa yang kau lakukan di sini, hah? Kamu sengaja memata-matai aku?"
Aku masih mencoba meronta melepas tangannya yang menggenggam erat pergelangan tanganku. "Lepaskan! Aku tak sudi dipegang olehmu!"
Aku hentakan tanganku mencoba untuk lepas. Setelah berhasil lepas --plaaak-- sebuah tamparan berhasil melayang di pipinya.
"Terima kasih! Terima kasih atas segalanya! Oh ya, selamat! Selamat kamu telah berhasil menipuku!"
Meski langkah kaki ini terasa berat, aku terus berupaya berjalan menuju kendaraan yang telah membawaku kemari. Namun, dia berusaha menghalangi langkahku, dan wanita tadi mencegat kami.
"Kamu ini siapa, kenapa bawa-bawa anak ke sini?"
Aku lirik Bang Alan berusaha dan menahan air mata agar tidak terjatuh dengan bodohnya di hadapan dia. "Tante sendiri siapa?"
"Saya melarang Alan disewa oleh siapa pun hingga satu tahun ke depan. Kami sudah menikah secara siri semenjak satu bulan yang lalu. Namun, aku sudah mengandung anaknya. Kontrak itu akan aku hapus. Aku akan menjadikan dia suamiku secara utuh."
"Apa? Kamu hamil?" tanya Bang Alan dengan nada tidak percaya.
"Iya, Sayang. Tadi sepulang kantor aku langsung memeriksa keadaanku yang terasa tidak nyaman dan mual. Ternyata, aku sedang hamil, Sayang. Hamil anak kamu."
tes
tes
tes
Akhirnya butiran bening terus terjatuh. "Jadi, karena ini kamu tiba-tiba berubah?"
"Apa maksudmu?"
"Katakan padaku! Kau sudah bersiap untuk meninggalkan aku, bukan? Makanya kau membuat drama pura-pura berubah menjadi baik?"
"Dek, dengarkan a--"
"Sayang, apa hubunganmu dengan wanita itu?" Wanita yang mengaku sebagai istrinya ini menarik lengan Bang Alan, meminta satu jawaban.
"TANTE, KENAPA KAMU MAU MENERIMA DIA SEBAGAI SUAMI ... PADAHAL KAU TAU DIA SEORANG GI - GO - LO?" Teriakku menggelegar memecah suasana yang tadinya hening.
"Sssttt ...!!!" Bang Alan menarik dan menyuruhku diam.
"APA? APA LAGI YANG AKAN KAU SEMBUNYIKAN SIALAN!"
Perempuan yang tadinya terlihat anggun, bergerak mendekat dan --plak-- Dia menampar pipiku.
"Jaga omonganmu! Jika sebelumnya dia seperti itu, pasti karena tuntutan orang sekitarnya. Sekarang, dia akan utuh menjadi suamiku. Segala biaya dia, biar aku yang menanggungnya. Kamu jangan mem-booking dia lagi! Apa kamu tidak malu, booking dia sambil membawa anak seperti ini? Mana suamimu?"
"Suamiku ...?" Aku tatap Bang Alan yang tampak mulai frustrasi.
Aku kembali teringat pada pertengkaran tiga bulan yang lalu di antara kami. Di saat aku memaksa Bang Alan mencari pekerjaan. Jadi, apakah semua ini salahku? Apakah aku salah menuntutnya mencari nafkah?
bruuukk
Akhirnya aku terduduk lemas di atas rumput di halaman ini. Beberapa orang menarikku untuk bangkit. Aku perhatikan mereka adalah ibu-ibu yang membawaku ke tempat ini. Bu Mia menggelengkan kepalanya.
"Dia tak pantas untuk kamu tangisi."
Lalu Bu Retno dan Bu Wulan mendorong dan mendampingiku menuju mobil tadi. Aku mendengar Bang Alan terus memanggilku. Namun, dia dihalangi oleh wanita tadi yang sudah mengaku menjadi istrinya.
"Maaf kan kami. Kami bukan tidak ingin melihatmu bahagia. Namun, kami tidak ingin melihat kamu terus dibohongi oleh suamimu."
❤
❤
❤
Hay-Hay ... terima kasih sudah mampir pada karya terbaru aku yaaa ... Kali ini aku ingin mengajak kaka semua untuk mampir juga pada karya sahabatku yang kece badai.
Napen Author: Momy Ida
Judul karya: Cinta Pertama Membawa Luka
Blurb:
Pandangan pertama membuatnya jatuh cinta,sang gadis rela melakukan apapun demi bisa bersama dengan sang pujaan hati.
Zia Rose Amanda memperjuangkan cintanya kepada Dave Danuarta meskipun sering diacuhkan dan diberi harapan palsu.
Gabriel Gandratama sekertaris se-kaku kanebo diam-diam jatuh hati dengan Zia Rose Amanda.
Bagaimana kisah cinta mereka bertiga? Ikuti terus setiap babnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
fitria linda
baru nemu cerita ini.. seru n bkin empet.. mungkin ddunia nyat
a ada yg begini ya
2023-07-02
0
Hanipah Fitri
berselancar ke karya ini, Ternyata ku temui kejadian dimasyarakat kita tentang laki laki penjual diri
2023-01-03
0
Anonymous
sedihnya
2022-08-25
0