Bab 2

Bab 2

Terdengar suara adzan dhuhur saat aku selesai meeting. Restoran tempatku meeting kebetulan cukup dekat dengan sebuah masjid, hanya berjarak beberapa meter saja.

Waktu kecil aku tak pernah melupakan sholat, jangankan melupakan, terlambat untuk sholat pun rasanya tidak pernah. Namun, semua berubah saat aku mulai masuk SMA.

Ketampanan yang sudah melekat sejak lahir dibuat bullyan oleh ke dua sahabat yang dihadirkan sebagai setan dalam kehidupan ku. Bagaimana tidak? Mereka tak henti-hentinya berusaha untuk membuat aku seperti mereka yang punya banyak pacar.

Mereka selalu mengatakan bahwa aku harus memanfaatkan apa yang aku punya, wajah rupawan tapi jomblo. Mati aja sono. Kalimat yang selalu di ucapkan saat aku menolak untuk berpacaran, karena saat itu memang aku sama sekali tak berminat.

Kedua sahabat somplak ku tidak akan menyerah sebelum apa yang merekan inginkan aku kabulkan. Maklum, mereka berusaha mengotori telingaku sejak kami memgenyam bangku SMP.

Semua berubah ketika ada seorang siswi baru dari desa. Ya, ternyata gadis desa tak kalah cantik dari gadis-gadis kota yang pernah aku temui. Bahkan mereka lebih cantik alami dari gadis-gadis yang sering aku lihat.

Hal itu di jadikan kedua sahabat ku untuk meracuni ku kembali dengan kalimat-kalimat syaiton. Lama-kelamaan aku terpengaruh juga ke dalam lembah kenistaan yang meraka buat. Dan sejak saat itu, jadilah Bari yang sekarang. Aku dan sahabat ku selalu berlomba untuk mendapatkan perempuan paling cantik di sekolah.

"Tuan mau sholat?" tanya Firdaus dengan bodohnya. Padahal dia tahu aku sudah lama meninggalkan ibadah wajib ku. Tapi dia selalu menanyakan hal itu ketika kami di luar kantor dan adzan berkumandang. Mungkin dia ingin aku tobat.

"Sekali lagi lo nanya gitu ke gue. Gue kasih seragam baru."

"Apa?"

"Pembantu di rumah gue."

"Nggak apa-apa, ada bidadari surga di rumah tuan. Dengan senang hati akan saya terima tawaran tuan."

Tuing

Satu toyoran aku suguhkan di kening sekretaris gilaku itu. Sejak Farah datang ke kantor beberapa bulan lalu, secara terang-terangan Firdaus mengagumi sosok adikku yang lemah lembut.

"Sholat sana, gue tunggu di mobil." Aku melangkah dengan langkah yang berwibawa meskipun sebenarnya tanpa melakukan itupun semua mata pasti tertuju padaku.

Saat akan masuk mobil tak sengaja mataku melihat sosok wanita yang memakai pakaian sangat tertutup, bahkan wajahnya pun ia tutup dengan cadar. Wanita idaman ibu, batinku.

Ya, ibu selalu mengatakan padaku untuk mencari wanita yang sholeha meskipun ibu tahu bahwa aku ini bobrok luar dalam. Beliau tahu, aku memiliki banyak wanita dan melarang ku dengan keras untuk membawa ke rumah jika berniat tidak menikahinya. Dan hingga usiaku menginjak tiga puluh tahun sama sekali aku belum pernah membawa satupun wanita di hadapan ibu. Karena memang aku masih nyaman dengan peran ku dan juga masih menikmati hidup sebagai pria yang bebas. Belum ada kepikiran untuk menikah.

Meskipun usiaku sudah kepala tiga, wajahku masih tampan rupawan dan terlihat muda. Itulah sebabnya aku tak kesulitan mencari pasangan. Entahlah, aku sangat sulit untuk menjamin hubungan serius dengan seorang wanita. Padahal tak pernah sekalipun aku disakiti oleh mereka. Tapi rasanya sangat sulit untuk mencari wanita yang bisa aku jadikan istri.

"Bar, sudah cukup kamu begini Bar. Ibu pusing tiap hari lihat kamu keluyuran dengan perempuan di luar sana. Ibu nggak suka. Jika belum menemukan yang cocok lebih baik sendiri dulu. Jangan kamu coba semua wanita dengan mendekati mereka, mengumbar janji lalu pergi. Nggak sadar kalau kamu menyakiti hati ibu juga dengan kamu begini?" kata ibuku setahun yang lalu saat sedang terbaring di rumah sakit.

Jangan pernah mengira bahwa ibuku akan diam saja melihat aku seringkali berganti pasangan dan memacari banyak wanita. Ibuku selalu marah dan ngomel ketika beliau tak sengaja bertemu denganku di suatu tempat.

Entahlah, aku selalu menuruti apapun yang ibu minta, tapi tidak untuk berhenti memacari para wanita.

Seperti yang sudah aku bilang, sangat sulit bagiku untuk hidup tidak di kelilingi oleh wanita. Aku pernah mencoba dan hanya bertahan satu minggu saja. Setelah itu aku pacari lima wanita sekaligus.

Selama pacaran dengan puluhan wanita itu, sama sekali tidak ada yang bisa membuat aku jatuh cinta. Membuat jantungku bergemuruh atau setidaknya deg deg an, satupun dari mereka tidak ada. Entah bagaimana wanita yang ku cari aku pun tak tahu.

"Ada meeting lagi nggak?" tanyaku saat Firdaus masuk mobil.

"Tidak tuan, setelah jam makan siang tuan free."

"Ya udah balik kantor naik taksi aja lo. Gue mau kerumah istri kedua," usirku seraya keluar mobil.

Aku mendengar sekretaris kebanggaan ku itu menghembuskan nafas panjang. Dengan tak mempedulikan perasaannya aku tetap melajukan mobil ke luar halaman restoran.

Hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit saja, aku sudah sampai di kediaman pacar kedua ku. Siang-siang begini dia pasti sedang berada rumah. Karena dia bekerja malam hari di salah satu cafe ternama.

"Tumben ke sini siang-siang di jam kerja lagi," tanya Diana kekasih kedua ku di musim ini.

"Tadi ada meeting di dekat sini," jawabku seraya masuk ke rumah tanpa permisi.

Aku menduduki salah satu sofa polos berwarna merah maroon yang tertata rapi di sana. Lalu di susul Diana yang duduk di dekatku. Aroma tubuhnya yang selalu harum adalah hal yang paling aku rindukan dari Diana.

"Assalamu'alaikum Di," teriak sesorang dari luar, yang jika ditebak adalah suara seorang wanita.

"Waalaikumsalam," jawab kami bersamaan. "Masuk aja mbak," lanjut Diana setengah berteriak.

Aku memandang pintu utama menanti siapa yang bertamu siang-siang begini, menggangu keromantisan ku saja, batin ku sedikit kesal.

Sosok wanita yang memakai pakaian tertutup dan menutup wajahnya dengan cadar masuk ke dalam rumah dengan sopan. Entah mimpi apa hari ini aku sudah bertemu dengan wanita yang berpakaian seperti sangat tertutup seperti itu dua kali.

Wanita itu seketika menundukkan kepala ketika tak sengaja menatap diriku yang tampan paripurna ini. Seketika aku melihat diriku sendiri, adakah yang salah dengan penampilan ku sampai dia langsung memalingkan wajah ke lantai? Tidak tahukan diriku ini menjadi dambaan setiap wanita? Disaat semua wanita yang tak sengaja menatap ku seketika tak mengedipkan mata dan terpesona dengan wajahku, tapi dia bertingkah sebaliknya.

"Ada apa mbak?" tanya Diana seraya berjalan mendekatinya.

"Ini tadi ada oleh-oleh dari ibu buat kalian. Ibu tari baru saja mengunjungi saudaranya yang menikah. Aku langsung pulang ya, assalamu'alaikum." Wanita bercadar itu langsung membalikkan badan dan pergi tanpa kembali melihatku.

"Wa'alaikumussalam."

"Siapa?" tanyaku

"Sepupu aku yang."

Aku hanya manggut-manggut saja. Entah kenapa aku jadi memikirkan dirinya. Jika sekilas aku melihat wanita itu, matanya nampak indah. Namun, sedetik kemudian aku membuang buang jatuh pikiran ku. Aku sama sekali tak menyukai wanita yang begitu tertutup begitu.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

🍀 chichi illa 🍒

🍀 chichi illa 🍒

apa sepupu Diana ni yang bakalan jadi sama bari..

2022-08-01

0

GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™

GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™

maaf sedikit koreksi kalau namanya sang Casanova itu main celap celup, hehehe pengalaman baca novel othor femes tentang Casanova sih, tapi selebihnya ceritanya bagus, semangat 👍👍

2022-07-31

0

Simply Yunita

Simply Yunita

Lebih baik jomblo daripada banyak pacar tapi makan ati mulu.... wkwkwwk.. mantap mak 👍👍

mampir juga di
DEBURAN GAIRAH SANG SEGARA dan MUARA HASRAT BARUNA
Numpang pemes disini 🙏😍😍

2022-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!