Terdengar ringisan pelan dari gadis yang tengah terbaring di sofa, membuat atensi beberapa orang yang ada di sana menatap ke arahnya.
Setelah merasa cukup kuat untuk membuka mata, sang gadis segera melakukannya. Hal pertama yang dia lakukan adalah bangkit, kedua matanya terlihat menyapu keseluruh ruangan.
Ini masih ruangan yang sama, saat dia melihat seorang pria berwajah tampan- tapi pria itu tidak memakai apa pun, hanya memakai-,
"Kamu sudah sadar?" sang gadis menoleh, kedua matanya mengerjab pelan saat melihat seorang wanita paruh baya tengah menatap khawatir padanya.
"Ta-tadi, tadi aku melihat-,"
"Minumlah, tenangkan diri mu Pengasuh Mia. Setelah kamu tenang, nanti bisa bicara dengan Eyang," ucapan wanita paruh baya itu terdengar sangat lembut.
Bahkan tatapan dan cara tersenyum-nya pun begitu tulus, membuat gadis yang baru saja menyandang sebagai pengasuh Tuan Muda rumah ini, ikut mengembangkan senyum tipis.
Mia menurut, gadis itu meraih gelas yang di sodorkan padanya. Kedua matanya terus saja bergulir kesana kemari, seakan tengah memastikan sesuatu. Sementara tenggorokannya yang sedari tadi kering, kini mulai basah dan segar kembali.
Namun saat Mia menggulirkan sudut matanya ke arah tempat tidur,
Byurr!
"Uhuk!"
Air yang ada di dalam mulutnya tersembur keluar, bahkan Mia sampai tersedak karenanya. Kedua bola matanya membulat, saat melihat pria yang tadi dilihatnya- tengah duduk bersila di atas tempat tidur, sembari memainkan rubik.
Bahkan Mia dapat melihat pria itu melirik malu malu padanya, membuat gadis itu ikut malu di buatnya.
"Di-dia, dia pria yang tadi tidak memakai baju tadi!" seru Mia heboh.
Telunjuknya mengacung tajam ke arah tempat tidur, wajah Mia panik dan bingung. Sedangkan wanita tua yang ada disisi nya terlihat tidak suka, saat melihat Mia melakukan itu.
"Pria yang kamu tunjuk itu adalah cucu ku. Dialah yang akan kamu asuh, Pengasuh Mia,"
Tubuh Mia membeku, bahkan rasanya untuk bernapas saja Mia kesulitan- saat mendengar penuturan wanita tua yang tadi begitu baik padanya.
"Itu cucu bungsuku, namanya Januar Keizan Rajendra. Bukannya kamu sudah tahu, kalau orang yang bakalan kamu asuh itu pria berusia 25 tahun? terus kenapa kamu seperti terkejut?" cecarnya.
Mia tidak dapat berucap apa pun, kepalanya tiba tiba saja berdenyut. Rasanya saat ini dia ingin pingsan lagi, lalu terbangun dalam keadaan seperti yang dia inginkan- menjadi pengasuh anak berkebutuhan khusus, yang berusia 9 tahun. Bukan menjadi pengasuh om om tampan, yang saat ini tengah melirik malu malu padanya.
"Enggak! ini enggak mungkin. Kalian, kalian nipu aku! di surat itu enggak ada yang menjelaskan berapa usia anak yang bakalan aku asuh!"
Mia tidak terima ini, bahkan dia tidak peduli dengan tata bahasanya yang sudah kembali santai, tidak seformal saat dia baru datang ke rumah ini.
"Bukannya Nyonya Arsita sudah menyuruh kamu untuk membaca ulang, surat perjanjiannya kemarin?"
Deg!
Jantung Mia rasanya berhenti beberapa detik, gadis itu mematung bagai orang tidak bernyawa. Surat perjanjian? bukannya dia sudah membaca dengan teliti, apa mungkin ada yang terlewat?
"Jadi tidak ada penipu dan menipu, Pengasuh Mia."
Mia tidak dapat berkutik, bahkan untuk membela diri saja dia tidak bisa. Mia tidak tahu kesalahan ini terletak pada siapa, dirinya yang teledor atau si Nyonya itu yang cerdik.
"Aku akan membatalkan perjanjian ini, iya aku akan menemui Nyonya Arsita!"
Mia bangkit, dia tidak akan sanggup untuk mengasuh pria dewasa. Apa lagi sampai yang paling detail.
"Kau harus membayar denda 10 kali lipat dari gajihmu, apa kau sanggup?"
Mia yang baru saja hendak bangkit, kini terduduk kembali. Gadis itu menoleh pada wanita berpakaian hitam putih, yang berbeda dari pelayan lainnya.
"Dan jangan lupa, keluarga Rajendra bisa melaporkan mu pada pihak berwajib, karena kamu sudah mengingkari perjanjian!" tukas Sang Kepala Pelayan tajam.
"Kalian menipu ku?" ucap Mia masih tidak menerima.
"Nak, tolong dengarkan Eyang terlebih dahulu," wanita tua itu berusaha menenangkan Mia yang terlihat mulai tersulut emosi.
Wanita tua itu sadar, kalau saat ini Pengasuh cucunya ini tengah shock. Wajar saja kalau Mia shock, gadis mana yang tidak terkejut saat mendapatkan anak asuh yang jauh dari ekspetasinya.
"Janu memang sudah dewasa kalau kamu melihat dari fisiknya, tapi lihat jiwanya. Janu hanya anak kecil berusia 8 tahun, dia hanya butuh teman bermain- butuh pengasuh yang mengerti dia, Eyang yakin kalau kamu bisa diandalkan," wanita yang menyebutnya Eyang itu terus saja memohon pada Mia.
Namun Mia belum memberikan tanggapan apa pun, gadis itu masih terdiam.
"Eyang sudah tua, sudah enggak kuat lagi bermain dengan Janu. Tolong Nak, demi Eyang- demi Janu yang berusaha untuk sembuh lewat terapinya. Hanya kamu harapan Eyang, karena sudah banyak pengasuh yang menangani Janu- tapi mereka hanya bertahan satu hari, bahkan hanya beberapa jam saja," sambungnya.
Mia bimbang, tapi didalam hatinya ada rasa iba pada wanita tua yang tengah menggenggam tangannya. Namun hatinya belum menerima, Januar mungkin bersikap seperti anak berusia 8 tahun- tapi apa mungkin bagian onderdil dalamnya juga seperti anak berusia 8 tahun? tidak mungkin kan.
Astaga, pikiran kotor Mia mulai merusak kesucian otak seorang perawan.
"Aku bakalan pikirin dulu, kasih aku waktu buat berpikir," pinta Mia.
"Baiklah, Eyang mengerti. Pikirkan baik baik, Eyang sangat berharap sama kamu," ucapnya mengakhiri percakapan mereka.
**DEDE JANU, AKU BOLEH LIHAT ONDERDILNYA GAK?
MIA: NERAKA ATAU RUANG ICU?
AMPUN YANG MULIA 🏃🏃🏃**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwkwkk dia yg ceroboh,Malah dia yg pengen protes,Apa dia pikir semudah itu membatalkan surat kontrak...😏😏😏
2024-05-03
2
Neni Bunda Alif
thor kenapa janu nya gak cha wun woo aja...hehehe .....🤭
2024-05-02
1
Arty Asik
gara2 onderdil nih otak jadi mikir keras
2024-05-02
0