''Tidak, kalau semua masalah bisa diselesaikan dengan maaf untuk apa adanya hukum'' jawab laki-laki. Asistennya yang bernama Teguh tidak bisa berbuat apa-apa. Hayati mulai emosi melihat sikap angkuh orang ini.
''Jadi anda maunya saya bagaimana? Jangan mentang-mentang anda ganteng anda seenaknya menindas saya. Iss kenapa saya hari ini apes sekali. Niat hati mau menikmati suasana Ngarai Sianok yang indah tapi malah ketemu pacar dengan selingkuhanya. Ditambah lagi mereka akan menikah. Betapa sakitnya hati ini. Sekarang saya juga bertemu dengan om-om yang juteknya minta ampun. Hanya karna saya tidak sengaja menendang botol dan mengenai kepalanya. Botol yang saya tendang juga kosong tidak berisi air sama sekali. Kalau anda mau minta ganti rugi anda bisa mencari saya di Panorama. Nama saya Hayati semua orang disana tahu saya. Tapi anda harus membawa bukti. Kapan perlu anda pergi kerumah sakit untuk merontgen kepala anda. Mana tahu kepala anda retak, terganggu atau ada saraf yang rusak karena botol tadi. Menurut saya pasti salah satunya. Soalnya anda agak aneh. Tapi anda harus membawa hasil rontgennya. Saya tidak akan ganti rugi tanpa ada bukti. Begitu pengajaran yang dikatakan ayah dosen saya. Anda mengerti. Saya permisi'' omel Hayati marah. Nafasnya terengah-engah karna bicara dengan cepat. Secepat kereta api. Teguh dan bosnya terdiam mendengarkan penjelasan Hayati yang panjang lebar. Mereka tidak bisa berkata apa-apa.
Hayati berjalan meninggalkan mereka berdua. Dia berhenti lagi dan berkata.
''Memaafkan itu lebih mulia jangan pernah remehkan itu'' Hayati berjalan gontai sambil mengomel.
''Huhu, tenyata benar kata Dea kalau aku akan menyesal bila tidak bawa motor. Jalan menanjak ini lebih menyakitkan daripada dikhianati pacar. Kapan sampainya, jalan malah terasa jauh'' omelnya dalam bahasa minang. Dia berjalan tanpa menghiraukan orang lain.
Mereka berdua masih mendengar omelan Hayati yang berjalan sudah jauh. Laki-laki itu tidak mengerti apa yang Hayati katakan. Sedangkan Teguh karna sudah lama tinggal disini dia sudah mengerti. Dia bahkan tersenyum lucu mendengar omelan Hayati.
''Kenapa dia yang galakan daripada saya. Seharusnya saya yang marah. Dasar perempuan aneh'' umpat laki-laki itu.
''Anda tidak tahu saja. Perempuan kalau sudah patah hati galaknya melebihi singa yang ada di kebun binatang. Kalau tidak percaya anda boleh mengejarnya sekarang'' jawab Teguh masih melihat kearah Hayati.
''Kamu asisten saya atau dia sih? Ngapain kamu belain dia?'' hardik laki-laki itu kesal.
''Bukan begitu pak'' jawab Teguh ragu.
''Iss, katanya gadis minang ramah-ramah. Tapi baru ketemu malah dapat yang seperti ini. Baru pertama kali saya mendapatkan perlakuan seperti ini. Saya yang seorang Dion Aditama selalu ditakuti dan dihormati. Malah diremehkan oleh perempuan seperti dia'' ucapnya kesal.
Namanya Dion Aditama. Dia seorang pengusaha muda dari Jakarta datang ke Bukittinggi untuk melihat hotelnya. Perusahaannya bergerak diberbagai bidang salah satunya perhotelan. Dari awal dia sudah malas datang ke Bukittinggi. Tapi karena perintah dari papanya dia akhirnya pergi juga.
''Orang mana yang tidak kesal melihat sikap anda. Padahal anda tidak dirugikan sedikitpun. Gadis itu juga sudah minta maaf. Anda saja yang sombong tidak mau memaafkan'' Batin Teguh.
Dia adalah Asisten Dion selama berada di Bukittinggi. Tapi kalau Dion sudah kembali ke Jakarta Teguh kembali menjadi manager hotel.
''Anda mau kemana lagi pak?'' tanya Teguh.
''Kita pulang saja, saya sudah tidak mood mengambil foto pemandangan disini. Tau gini lebih baik saya suruh Rahmat saja yang datang ke Bukittinggi. Saya tidak perlu datang jauh-jauh kesini'' ucap Dion masuk kedalam mobilnya.
''Apa anda tidak mau makan itiak (itik) lado(cabe) hijau dulu. Disini terkenal loh sambal itu'' kata Teguh mengikuti masuk kedalam mobil.
''Apa kamu tidak tahu kalau saya tidak suka makan yang pedas-pedas'' jawab Dion kesal.
''Anda rugi kalau tidak suka makan pedas-pedas. Mana tahu nanti anda mendapatkan jodoh orang sini. Rata-rata masakan minang pedas-pedas. Saya saja dapat istri disini karna sambal ladonya yang enak'' ucap Teguh bangga. Walaupun dia bukan asli Bukittinggi. Tapi sejak tinggal dan punya istri orang Bukittinggi lidahnya sudah terbiasa dengan makanan disini.
''Udah jalan, saya tidak akan mencari jodoh orang sini. Walaupun hanya dia saja perempuan yang tinggal saya tidak akan mau'' jawab Dion percaya diri.
''Anda jangan takabur bos, jodoh tidak ada yang tahu. Apalagi gadis minang cantik-cantik'' ucap Teguh tidak mau kalah.
''Udah bicaranya? apa kamu mau saya suruh jalan kaki dari sini sampai kehotel?'' tanya Dion marah.
''Hehe, jangan bos'' jawab Teguh menyengir sambil mengarut kepalanya yang tidak gatal. Dia memutar mobilnya menuju arah Bukittinggi.
Mereka melewati Hayati yang sedang jalan kaki dengan nafas yang terengah-engah. Karna jalan yang menanjak menuju lubang jepang. Bahkan mata Dion sempat bertemu dengan mata Hayati. Tapi dengan angkuhnya Dion mengalihkan pandangannya. Hayati juga tidak peduli. Dia lebih peduli bagaimana bisa sampai dilubang jepang dengan cepat. Kakinya sudah terasa pegal.
''Tau gini, nanti ku suruh saja pak walikota buatkan jalan layang dari panorama sampai ke Ngarai'' ucap Hayati.
''Duh Hayati-hayati apa ayah dosenmu kenal dengan pak walikota. Kalaupun kenal apa pak Walikota mau mengabulkannya?'' ucapnya lagi. Dia bicara pada dirinya sendiri.
Sementar itu Teguh merasa tidak tega melihat Hayati berjalan kaki.
''Dasar cewek aneh, sambil jalan malah bicara sendiri. Apa tidak takut dibilang orang gila'' ejek Dion.
''Apa sebaikanya kita beri tumpangan pak? Kasihan dia jalan kaki'' tanya Teguh.
''Biarkan saja. Saya tidak sudih membantu orang sepertinya. Siapa namanya tadi? Oh iya namanya Hayati. Sepertinya saya pernah membaca namanya itu. Tapi dimana ya'' ucap Dion dingin.
''Tidak sudih tapi namanya yang sekali disebut malah ingat'' batin Teguh.
''Nama Hayati ada di salah satu buku karya buya Hamka. Semua orang tahu pak'' jawab Teguh.
''Aa iya, saya baru ingat. Kenapa dia punya nama seperti itu?'' tanya Dion seolah bertanya kepada dirinya sendiri.
''Mungkin ayahnya pengagum buya Hamka dan pencinta buku-bukunya pak'' jawab Teguh.
''Iss, dia tidak cocok memiliki nama itu dengan kelakuannya. Dasar perempuan aneh. Patah hati kok orang yang dimarahi'' ejek Dion. Dia masih belum terima dengan kejadian tadi. Apalagi sampai diomelin segala. Baginya hanya dia yang berhak memarahi orang. Karna dari kecil dia tidak pernah dimarahi.
Teguh diam saja.
''Anda duluan yang membuatnya begitu bos. Padahal dia sudah minta maaf. Tapi anda dengan angkuhnya tidak menerima permintaan maafnya'' batin Teguh.
Namun Teguh tidak mau mengatakan langsung kepada Dion. Dia takut dimarahi Dion. Bisa-bisa gajinya dipotong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Erlina Damiri
Hayati aku juga ingat dengan novelnya buya Hamka
2022-10-04
2
Baca Buku
Saya suka gaya berbahasanya..
❤️❤️❤️
2022-09-15
0
Rose Firaus
Dear author, bagus juga nih ceritanya selain *cinta diujung penantian* ... keep it up ... tq 🌹🌹🌹
2022-07-09
2