"Masuklah ke kamarmu Nona Lie"
**
Bohong jika Lie tidak takut dengan apa yang ia lakukan tadi, tangannya tak berhenti bergetar sedari tadi dan tanpa ia sadari dokter Mo melihat itu semua.
"Kenapa melakukan itu jika tidak mampu menanggung konsekuensinya?" tanya dokter Mo pada Lie tanpa memalingkan wajahnya dari jendela.
"Aku tau ketika pulih dari sini akan dibawa langsung ke dalam penjara, jadi agar aku tidak menyesal sebelum masuk penjara, aku ingin memberikan hadiah perpisahan padanya. Kuberikan dia hadiah ataupun tidak, ga akan mempengaruhi keputusan mereka memasukkanku ke sana bukan?" jawabku acuh tak acuh.
"Apakah kau punya hati Nona?" mendengar pertanyaan ini membuat lie tertawa hambar
"Hati? Hatiku sudah mati rasa dokter Mo. SUDAH MATI." setiap kata yang Lie ucapkan penuh dengan penekanan hingga memberi sensasi campur aduk didalamnya, takut, sedih, dingin dan kejam.
Tidak ada kata lagi, mereka berdua diam seribu bahasa dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Hingga tiba-tiba,
'buggh' pintu kamar terbuka kencang sekali dan melihat Robert Dala muncul dengan wajah merah padam menahan marah.
Melihat ini, Lie tertekun dan tubuhnya kaku selama beberapa detik lalu kembali seperti sedia kala "Om Robert, maaf ruang kamar Romie tidak disini. Om salah ruangan" berusaha berkata dengan sangat tenang walaupun hatinya bergejolak sangat kencang karna ia tau bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Saya tidak menyangka bahwa anak perempuan yang selalu dibanggakan oleh keluarga Utama ternyata tidak layak disebut manusia. Kamu harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan putri Lie. Kedua orangtua mu pasti sangatlah kecewa padamu." suara yang terdengar sedih namun kecewa, sangat sakit bila didengarkan.
Tiba-tiba polisi datang dan masuk kedalam ruangan lalu membawa Lie pergi dari situ.
Yaa. Bertanggung jawab. Ia akan mempertanggung jawabkan perbuatannya karna telah menusuk Romie, jadi ia selalu berfikir masuknya ia kepenjara karna hal itu bukan karna membunuh kedua orangtua nya.
Ia tidak akan pernah mengakui itu. Jadi ia memilih menjadikan Romie sebagai alasan utamanya dalam penjara.
-Dua tahun berlalu-
Kehidupan penjara yang keras membuat Lie berubah menjadi sosok wanita yang sangat dingin dan kejam.
Itu bukan tanpa alasan, karna didalam penjara ada begitu banyak orang yang selalu mencari gara-gara dengannya. Membuat ia harus bisa bertarung untuk bertahan hidup.
Walau dalam penjara, tetap banyak aktifitas yang bisa mereka lakukan dengan bebas asal tidak mengganggu dan melanggar aturan.
Lie selalu datang ke ruang samping sebelah ruang makan setiap sore. Ruangan itu tidak terlalu besar, dindingnya berwarna hijau muda dan 2 kursi usang berwarna coklat.
Tempat yang sangat tenang namun pencahayaan yang kurang karna hanya ada 1 lampu kecil berwarna kuning yang hampir mati. Lie selalu terduduk di salah satu kursi usang itu sambil memandang langit dari jendela didepannya.
"Lie kangen kalian, sudah 2 tahun dan lie belum sempet menengok ayah dan ibu. maafin Lie." air matapun tak dapat dibendung lagi, mengalir dengan deras sambil sesegukkan.
"Berhentilah menangis, apa ini tempatmu untuk mencurahkan semua gundahmu? Hah?" tersentak kaget mendengar suara itu, menghapus airmata dan menengok dengan cepat ke arah suara itu.
Seorang laki-laki duduk tepat di atas kursi usang itu sambil menaruh kedua tangan dikepalanya. "Siapa kau? Sejak kapan disini? Aku tidak bisa mendengar suara langkah kakimu saat datang kesini." tanya Lie dengan sangat bingung.
Dia yang terlalu fokus atau memang pria ini yang tidak bersuara saat berjalan? "Aku disini dari tadi. Kau yang tak melihatku dibelakangmu. Ketika kau datang, kau langsung duduk disitu dan menangis tanpa melihat disekelilingmu ada orang atau tidak." jawabnya tegas tapi tanpa memalingkan wajah dan membuka matanya
"Ruangan ini tidak terlalu besar bagaimana mungkin aku tidak melihatmu didalam?" Lie benar-benar bingung namun sedang tidak mood untuk bertengkar dengan orang lain maka sebelum pria itu menjawab dia berkata lagi "Baiklah kalau begitu aku minta maaf sudah menggaggumu, permisi" berdiri dan berjalan hendak membuka pintu.
Tiba-tiba pria itu bertanya "Siapa namamu? wajah sepertimu, siapa orang yang begitu kejam memfitnahnya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Esti Susanti
AQ mampir ka... suka ceritanya.....🥰
2021-04-02
0
Diane Djenny Wehantow
😢😢😢
2021-02-10
0
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2021-01-13
0