"Pakailah ini untuk membeli sesuatu yang dibutuhkan."
**
Lie memandang kartu hitam itu lalu melihat ke arah Golden. Ia tau kartu itu. Ia mempunyainya dulu. Visa infinite card.
Kartu yang hanya diperuntukkan untuk kalangan atas dengan penghasilan minimal 1 miliyar pertahunnya.
Lie betul-betul tidak paham dengan isi pikiran pria didepannya ini, ia semakin sadar bahwa akan sangat sulit jika berurusan dengannya dimasa depan. Tapi apa yang harus dia lakukan? Ia pun tidak bisa apa-apa selain mengikuti keinginan pria itu sekarang.
Lie pun mengambilnya dan berkata "Visa infinite Card. Saya sungguh terkesan dengan kedermawanan anda Tuan Golden." "Terima kasih, kami akan memanfaatkannya dengan baik." "Kami permisi." jawab keduanya sambil pergi keluar setelah melihat Golden mengangguk.
"Callista, kau yang pegang kartu itu, sepertinya dia mempercayakannya padamu." kata Monca sambil tersenyum menggonda Lie. "Wow wow, bukannya malam ini namaku masih Lie?" balasnya protes.
"Haha baiklah baik Nona Lie, apa rencanamu besok? Sepertinya kita harus menyicil membuat proposal besok."
"Hmm kau benar, tapi aku ingin pergi ke makam orangtua ku terlebih dahulu, setelah itu kita baru mencari tempat untuk membuat proposal." "Aku juga harus pergi ke counter untuk mengganti nomor handphone ku ini, kartunya sudah mati beberapa bulan yang lalu."
"Baiklah, kita akan pergi besok. Tiba-tiba aku jadi kepikiran sesuatu"
Lie menengok kearah Monca "Tentang apa?"
"Aku ingin pergi ke Singapore, membereskan apartmenku dan mengambil barang-barang yang dibutuhkan. Aku tidak membawa banyak barang waktu dipulangkan ke sini." jawab Monca pelan.
"Kapan kau berencana kesana? Aku akan ikut bersamamu."
"Belum ku pikirkan, tapi apakah passportmu masih ada?"
"Adaa, tapi.." mengambil nafas dalam dan berat "Huft sepertinya memang aku harus pulang kerumah lebih dulu untuk mengambil barang yang penting."
"Bagaimana jika besok kita kerumahmu? Kita selesaikan apa yang bisa dibereskan besok. Aku akan menemanimu."
"Baiklah, besok kita akan berangkat pagi supaya tidak terjebak macet dan semua sesuai dengan planning. Kembalilah ke kamarmu, aku cukup lelah hari ini dan ingin istirahat" jawab Lie.
"Oke baiklah, bye nona Callista." balasnya sambil tertawa keluar. Lie hanya menggeleng gelengkan kepala melihat tingkah konyol temannya itu. Lalu mengambil tasnya ke sofa.
Lie membuka tas tangan kecil miliknya yang berwarna merah muda itu.Hanya ada dompet, handphone, dan beberapa alat kosmetik disana.
Tentu saja. Apalagi yang harus dia bawa untuk menemui 'kekasihnya'?
Membuka dompetnya dan melihat foto kecil terpajang disana, Lie mengeluarkan foto itu, ada 3 foto ternyata.
Memegang foto itu seperti memutar ingatannya, foto pertama yang diambil saat berada di disneyland. Foto candid Romie dan dirinya yang menampilkan tawa bahagia keduanya saat memakan permen gulali. 'Terlihat bahagia namun siapa sangka itu palsu' decak Lie sinis.
Foto kedua adalah dirinya sewaktu masih TK yang memegang boneka beruang yang lebih besar dari badannya dengan seorang laki-laki memegangnya dibelakang. Tersenyum kecil 'Aku bahkan tidak ingat siapa nama pria ini'
Dan foto ketiga membuat senyumnya langsung menghilang, foto dia dan kedua orantuanya saat Lie menamatkan pendidikannya di Havard. Tersenyum kecut sambil berfikir betapa bodoh dirinya bisa tertipu begitu lama oleh kelembutan Romie.
~
Golden masih berada diruang kerjanya sambil menyelesaikan beberapa pekerjaan, setelah selesai ia menatap keluar jendela sambil menyenderkan kepalanya, memejamkan mata dan memijit lembut pelipisnya. Pikirannya melayang pada wajah Lie tadi.
Entah kenapa senyum wanita itu terlihat manis kali ini. Kedua lesung pipinya terlihat diwajahnya yang halus cantik itu. Kenapa dia baru menyadarinya sekarang? Ujung bibirnya melengkung membentuk senyum sesaat lalu membuka matanya dan memulihkan kesadarannya. 'Kenapa juga harus memikirkan itu?' gumamnya sambil menggelengkan kepala dan berjalan keluar menuju kamarnya.
~
Dikamar Lie tidak bisa tidur, mencoba memejamkan mata dan membalikkan badannya berkali-kali dikasur namun tetap saja tidak bisa tidur. Ia berdiri dan berjalan ke arah sofa sambil membuka gorden dan memandang keluar jendela.
Menyilangkan tangan dan pikirannya melayang pada ide bisnisnya tadi.
'Heh dunia hiburan'
'Terlalu banyak berinteraksi dengan aktor dan aktris kah sehingga pria itu pintar memainkan peran seperti orang baik?'
Cukup lama dia duduk terdiam lalu memutuskan untuk menutup gordennya dan kembali ke kasur, memandang lampu meja yang masih menyala dan tertidur setelah beberapa saat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Jumsan Nande
sepertinya ada yg terpesona dgn senyumnya lie nih
2021-01-17
0
Ziah12
apakah pria yg bersama lie waktu kecil itu adalah golden ???
2020-04-22
5